BerandaAdventurial
Minggu, 30 Jan 2021 17:00

Virtual Run, Ajang Pengganti Lomba Lari di Tengah Pandemi

Tampilan nomor peserta lari virtual 99 Virtual Race. (Inibaru.id/ Audrian F)

Pandemi bikin event-event olahraga terganggu termasuk lomba lari. Solusinya, lomba lari virtual. Meski nggak ada pemenang, semua senang!

Inibaru.id - Dunia olahraga termasuk salah satu sektor yang juga "hancur" akibat pandemi. Semua event olahraga baik dari kelas amatir sampai profesional serba dibatasi atau bahkan ditiadakan demi mencegah penularan Covid-19.

Salah satu yang terkena dampak adalah perlombaan lari di Indonesia. Sebelum pandemi perlombaan lari begitu masif diadakan terutama di kalangan komunitas. Lari juga bukan sekadar kompetisi namun juga menjadi charity. Tetapi lagi-lagi semua serba terbatas karena ada pandemi.

Para pegiat lari di Indonesia tentu nggak kurang akal. Jika semua aspek kehidupan serba beralih dengan daring semenjak ada pandemi, lomba lari pun juga demikian. Komunitas lari “Semarang Runner” adalah salah satu contohnya.

Victorio Kharismayana atau yang akrab diapa Rio, pengurus Semarang Runner menuturkan pengalamaannya. Tradisi komunitas pada tahun baru harus diubah karena pandemi. Mau nggak mau semua diadakan secara virtual.

Komunitas Semarang Runner harus mengubah agenda taahunannya menjadi daring. (Inibaru.id/ Audrian F)

Pada awalnya, Rio dkk merasa nggak yakin acara ini bakal sukses. Maklum, ini kali pertama mereka mengadakan lari virtual. Ternyata, respons peserta di luar dugaan.

“Animo sangat tinggi, bahkan peserta sampai lintas provinsi bahkan sampai Papua,” ujarnya.

Website resmi yang sebelumnya sudah mereka miliki turut memudahkan jalannya acara, meskipun komunitas Rio tetap perlu meng-upgrade tools di sana-sini.

Teknis perlombaan cukup simpel. Tiap peserta wajib mengunduh aplikasi pengukur jarak. Peserta juga diharuskan finish berapa pun waktunya. Boleh mencicil kok kalau nggak bisa langsung selesai.

“Kalau nggak finish, medali dan jersey finisher nggak akan dikirim ke alamat peserta,” jelas Rio.

Oh, iya, rata-rata untuk ikut lari virtual, kamu harus mengeluarkan biaya pendaftaran antara Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Harga itu tentu sebanding dengan fasilitas yang didapat ya seperti jersey dan medali. Nggak menutup kemungkinan, peserta bakal kebagian hadiah-hadiah lainnya.

99 Virtual Race bisa didownload di playstore. (99VirtualRace)

Lari Virtual Sebelum Pandemi

Ternyata, lomba lari virtual sudah ada sebelum pandemi, lo. Lomba ini sudah sering diadakan 99 Virtual Race. Dibentuk sejak 2017, 99 Virtual Race sudah banyak pengalaman mengadakan event lari secara daring. Mereka juga sudah memiliki aplikasi yang bisa kamu unduh di play store.

Founder 99 Virtual Race Stevie Go mengatakan, dibuatnya lari virtual ini awalnya berasal dari pengalaman pribadinya ketika berpartisiasi dalam sebuah perlombaan lari.

“Kalau ada lomba harus ke luar kota atau luar negeri biayanya nggak sedikit. Namun dengan virtual race dengan tema yang sama bisa lebih irit. Dan sama-sama dapat medali dan jersey semua,” terangnya.

Sama dengan ketentuan Semarang Runner, nggak ada istilah pemenang dalam 99 Virtual Race. Kata Stevie, biar nggak ada yang curang. O ya, mereka juga mengadakan balap sepeda vrtual, lo. Cocok banget buat kamu yang hobi gowes. Bedanya, kalau ikut ini kamu nggak cuma dapat keringat, tapi juga hadiah.

Medali milik event 99 Virtual Race. (Inibaru.id/ Audrian F)

Hadiah bisa didapat peserta dengan doorprize atau sistem undian. Eits, jangan remehkan medalinya. Panitia serius banget dalam mendesain atau memilih bahan.

“Medali kami bahannya dari Alloy Zinc. Jadi ukiran dan kualitasnya serta nggak gampang rusak,” kata laki-laki berusia 42 tahun ini.

Bukan cuma untuk mengajak masyarakat hidup sehat, 99 Virtual Race juga membuka donasi. Rencananya, mereka bakal mengadakan charity run untuk membantu masyarakat yang terkena bencana.

Jadi, buat kamu yang pengin ikutan lomba lari virtual ini, langsung saja kepoin 99 Virtual Race atau Semarang Runner ya, Millens. (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024