BerandaAdventurial
Minggu, 8 Okt 2022 18:00

Museum Samanhudi, dari Revolusi Batik hingga Sosok di Balik Sarekat Islam

Haji Samanhudi, tokoh yang melatarbelakangi berdirinya Museum Samanhudi. (Islam Today)

Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta memiliki satu museum unik yang ukurannya mungil. Di sana kamu bisa melihat perjalanan hidup pendiri Sarekat Dagang Islam sekaligus perkembangan batik di Laweyan.

Inibaru.id – Di Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta kamu bisa menemukan sebuah museum kecil berukuran 6 x 12 meter. Museum ini adalah Samanhudi. Nama museum ini diambil dari seorang tokoh yaitu Haji Samanhudi. Dia adalah saudagar batik asal Laweyan yang mendirikan Sarekat Dagang Islam.

Di ruangan mungil itu terpajang foto-foto dan dokumen yang menceritakan kehidupan sang pendiri, catatan perkembangan Sarikat Dagang Islam, dan beberapa buku bacaan. Nggak hanya itu, Museum Samanhudi memamerkan berbagai gambar, foto, dan dokumen tentang revolusi batik.

Beberapa koleksi foto-foto perjalanan hidup Haji Samanhudi di Museum Samanhudi. (Kelurahan Sondakan Surakarta)

Sebagai informasi, daerah Laweyan Surakarta dikenal sebagai salah satu sentra industri batik di Jawa Tengah. Dari masa ke masa batik di Laweyan itu mengalami perubahan meliputi ragam motif batik hingga peralatan untuk membatik. Asal kamu tahu, dinamika industri batik di Laweyan nggak bisa lepas dari Haji Samanhudi.

“Dulu itu batik adalah aset berharga orang Laweyan. Untuk penjagaan, beliau (Haji Samanhudi) mendirikan Rekso Roemekso. Kemudian organisasi itu bertambah besar menjadi Serikat Dagang Islam dan berubah nama Serikat Islam,” ungkap Pemandu Wisata Kampung Sondakan, Aziz Okta sebagaimana dikutip dari Eduwara, Kamis (6/10/2022).

Saat itu, tujuan Samanhudi mendirikan Sarikat Dagang Islam sebenarnya untuk menyatukan para saudagar batik muslim bumiputra yang ada di Laweyan untuk menghadapi Belanda yang pengaruhnya semakin kuat pada keraton. Bisa dibilang, Sarekat Dagang Islam menjadi simbol para pedagang batik di Laweyan atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang.

Salah satu kontribusi besar Haji Samanhudi dalam perkembangan batik di Laweyan adalah mempopulerkan batik cap. Berawal dari satu sapu tangan kecil, batik cap kemudian diaplikasikan pada kain berukuran tiga meter.

Untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa perjuangan yang telah dia berikan kepada bangsa ini, Samanhudi dianugerahi gelar pahlawan Kemerdekan Indonesia yang disampaikan oleh Presiden Soekarno kepada salah seorang putra Haji Samanhudi. Nggak cukup, kepada keluarganya juga dihadiahi sebuah rumah di Kampung Belukan Pajang pada 1962.

Museum Samanhudi berada di Kompleks Kantor Kelurahan Sondakan. (Eduwara)

Omong-omong ya, dikutip dari Kelurahan Sondakan, Kamis (6/10/2022), pada awalnya museum ini didirikan oleh Yayasan Warna Warni Indonesia di Kelurahan Laweyan pada 23 Agustus 2008. Sempat mangkrak, Kelompok Dasar Wisata (Pokdarwis) Sondakan kemudian memindahkan museum beserta koleksi seizin pendiri yayasan, Nina Akbar Tandjung dan dibuka kembali pada 18 Mei 2012.

Kalau kamu tertarik berkunjung ke museum ini dan mengenal lebih dekat peninggalan sejarah di Kota Solo, kamu bisa mengunjungi Museum Samanhudi yang buka setiap hari, mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB.

Jadi, kapan nih kita main ke Surakarta berkunjung ke Museum Samanhudi, Millens? (Fatkha Karinda Putri/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: