BerandaAdventurial
Sabtu, 29 Mar 2019 16:00

Menelisik Simbol-Simbol Buddha di Candi Bubrah Klaten

Candi Bubrah setelah dipugar. (Sseratan.blogspot)

Candi Bubrah memiliki simbol-simbol yang mewakili ajaran Buddha. Dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, candi ini baru diresmikan pada masa pemerintahan Rakai Panaraban. Seperti apa keelokan candi ini?

Inibaru.id – Pada masa Dinasti Syailendra, Rakai Panangkaran sebagai pemimpin Kerajaan Mataram Kuno membangun tempat pemujaan agama Buddha. Candi Sewu, Kalasan, Sari, dan Bubrah pun berdiri. Nama terakhir yang menghadap timur diresmikan setelah Rakai Panangkaran meninggal.

Perlu kamu tahu, Candi Bubrah disebut demikian karena ditemukan saat candi sudah nggak berbentuk bangunan utuh. Dalam bahasa Jawa, bubrah berarti rusak atau roboh. Setelah dipugar pada 2017 lalu, candi tersebut menjadi salah satu situs yang menarik wisatawan saat berkunjung ke kompleks Prambanan.

Berlokasi di Dukuh Bener, Desa Bagusan, Kecamatan Prambanan, Candi Bubrah memiliki ukuran 12x12 meter. Berdasarkan prasasti Manjusrigrha, candi ini diresmikan pada 792 Masehi.

Candi Bubrah mengambil konsep pantheon dalam agama Buddha, menilik bentuknya yang ramping. Candi ini menggunakan satu stupa yang pada bagian puncak, yang dikelilingi delapan stupa tepat pada bagian bawahnya. Kemudian, di bawah delapan stupa, ada 16 stupa yang bergelung mengelilinginya.

Candi Bubrah setelah dipugar tampak begitu menawan. (Wisnuherlambang)

Motif bunga teratai yang menjadi ciri khas candi ini membuatnya tampak istimewa. Oya, motif ini juga kerap dipakai sebagai motif batik, lo!

Ciri khas lain dari Candi Bubrah adalah pada simbol dua konsep mandala, yakni Garbhadhatu dan Vajradhatu. Dalam agama Hindu, konsep ini disebut Lingga dan Yoni atau simbol maskulinitas dan feminitas.

Tertarik mempelajari keunikan candi ini? Datang saja pada pukul 06.00-17.00 WIB. Candi ini dibuka setiap hari dengan harga tiket yang relatif murah, kok. Cukup merogoh kocek sebesar Rp 10 ribusaja, kamu bisa menikmati keindahan Candi Bubrah sepuasnya.

Gimana, tertarik mengenal lebih lanjut Candi Bubrah? (IB15/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024