BerandaAdventurial
Kamis, 22 Nov 2017 12:13

Mendayung Kayak dan Menerobos Kabut Telaga Merdada

Telaga Merdada (indonesiakaya.com)

Mengayuh kayak di atas telaga yang berada di dataran tinggi, menerobos kabut, dan merasakan sensasi sejuk udara, adalah petualangan yang tak bakal terlupakan

Inibaru.id – Mau mendayung kayak di atas telaga yang berada di dataran tinggi? Sensasinya pasti menggetarkan hati.

Ya, di atas ketinggian kawasan Dieng di Jawa Tengah, kawasan berjuluk Negeri di Atas Awan punya satu lagi destinasi yang tak bisa diabaikan siapa pun yang demen melancong. Pasalnya, kini pewisata bisa menikmati sensasi unik mengayuh kayak di Telaga Merdada.Telaga itu berada di sebelah barat Pegunungan Dieng, tepatnya di Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Seperti dilansir Beritagar.id (21/11/2017), saat ini lokasi Telaga Merdada belum banyak disambangi atau diketahui pelancong, terutama pelancong luar daerah. Itu sebabnya pemerintah setempat sedang gencar meningkatkan dan memperkenalkan potensi wisata di telaga tersebut. Salah satunya dengan menyediakan sarana wisata kayak.

Mendayung kayak di Telaga Merdada terasa unik. Pasalnya suasana di sekitar telaga dengan pantulan awan dan langit memberi kesan seolah-olah sedang mendayung di atas awan.

Berbeda dari wisata kayak kebanyakan yang umumnya dilakukan di tempat terbuka dengan cuaca relatif hangat, di sini pelancong akan diajak bertualang menerobos kabut, lengkap dengan tiupan angin dingin khas Dataran Tinggi Dieng.

"Sensasi mengayuh kayak di Telaga Merdada baru dikelola. Di sini, wisatawan dapat melihat secara dekat burung belibis yang banyak di Telaga Merdada," kata Irhamto, salah seorang pengelola telaga seperti dilansir Detik.com, Minggu (19/11/2017).

Untuk berperahu sendirian pengelola memasang tarif Rp 30 ribu. Jika tidak berani, kita bisa berkayak berdua dengan tarif Rp 50 ribu per setengah jam. Khusus akhir pekan tarifnya ditambah Rp1 5 ribu. Sementara penyewaan satu jam penuh sendirian dikenakan tarif Rp 50 ribu.

"Jadi lima puluh ribu itu, selain untuk kayak juga untuk makanan tradisional. Menu utamanya nasi jagung," tandas Irham yang juga merintis wisata kayak.

Baca juga:
Destinasi Wisata di Jepang Ini Ramah Muslim
Warna-warni di Bantaran Sungai Cisadane

Meski terbilang baru, beberapa pelancong sudah bertandang mencicip sensasi tersebut.

"Awalnya memang takut, tetapi setelah mengelilingi telaga rasanya tidak mau turun dari perahu," ujar seorang pelancong.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Dwi Suryanto menyarankan agar pelancong tak perlu khawatir. Berperahu kayak aman karena memiliki standar keamanan dan dikawal pemandu yang ahli di bidangnya.

"Pastinya wisatawan akan merasa lebih nyaman. Wisatawan dapat menikmati banyak ikan yang berwarna menarik dengan menggunakan kayak sambil mengelilingi telaga," jelasnya.

Pengenalan wisata kayak sebetulnya telah dilakukan sejak 2016. Selain bersifat komersial, wisata baru ini juga dijadikan ajang meningkatkan kepedulian masyarakat setempat untuk melestarikan lingkungan di sekitar telaga.

Sebelumnya, sedimentasi di telaga ini dalam tahap yang mengkhawatirkan. Telaga yang tergenang air tinggal 20 persen dibandingkan tahun 1960-an.

"Dulu, telaga itu penuh kebun kentang, sampai pinggiran. Sejak dua tahun lalu kita tumbuhkan lagi pepohonan besar. Kita berharap kayak bisa menjadi pendamping upaya konservasi yang sedang dilakukan," pungkas Irham.

Pemandangan Asri

Secara garis besar, Telaga Merdada memiliki pemandangan yang masih asri dengan udara sejuk. Airnya cukup jernih dan dikelilingi dua bukit hijau, yaitu Bukit Pangonan dan Bukit Semurup yang sebenarnya bernama “Summer Up" karena tanah bukit ini berwarna merah dan sering terjadi kebakaran. Namun masyarakat sekitar salah mengejanya.

Telaga ini berada di ketinggian 2.045 meter di atas permukaan laut dengan luas 25 hektare, dan diklaim sebagai yang terluas di kawasan Dieng. Nama Merdada merujuk pada "dada", yang mengandung makna lapang atau luas.

Konon, cekungan yang sangat lebar pada telaga terbentuk dari letusan gunung berapi dahsyat pada masa lampau. Masyarakat Dieng pun masih percaya mitos bahwa telaga Merdada merupakan jelmaan Cupu Manik Astagina, sebuah pusaka dewa yang sangat sakti.

Baca juga:
Mencari Jejak “Laskar Pelangi” di Belitung
Menikmati Kolam Renang Raksasa di Desa Tertua

Uniknya lagi, telaga Merdada tidak memiliki sumber air. Seluruh air yang menggenangi telaga mengandalkan curah hujan. Pada musim kemarau airnya akan menyusut hingga kadang bagian tengah telaga yang tertutup air bisa terlihat. Meski begitu bukan berarti bisa dilintasi, karena di dalamnya terdapat lumpur yang dalam.

Air telaga ini merupakan sumber air penting bagi para petani sekitar. Lahan-lahan kentang yang terdapat di sekitar telaga sangat bergantung pada debit airnya.

Mengingat betapa pentingnya keberadaan Telaga Merdada, pemerintah setempat telah menggelar Festival Telaga Merdada yang bertema Merdada Goes to Nature 2017 pada Oktober lalu. Tujuannya agar pesona telaga dan wisata kayak sebagai potensi wisata air di Dieng lebih dikenal masyarakat, khususnya bagi pelancong luar daerah.

Setiap Hari

Perlu diketahui Telaga Merdada dibuka untuk umum setiap hari dari jam 07.00 WIB sampai 16.00 WIB. Tiket masuk ke tempat wisata ini sebesar Rp 5.000 per orang.

Jarak dari Desa Dieng menuju obyek wisata Telaga Merdada bisa ditempuh sejauh 3,9 kilometer, atau berkendara sekitar 13 menit lewat Jalan Raya Dieng.

Untuk menginap, tak jauh dari telaga itu ada beberapa rekomendasi penginapan berupa hotel, homestay, vila, dan rumah sewa harian. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024