BerandaAdventurial
Kamis, 4 Des 2024 15:54

Belajar Sejarah dari Koleksi Fosil Hewan Purba di Museum Patiayam Kudus

Ari Mustakim tengah memandu para wisatawan dalam sebuah tur yang rutin digelar di Museum Situs Purbakala Patiayam Kudus. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Selain menjadi 'rumah' bagi koleksi fosil hewan purba, Museum Patiayam Kudus juga menjadi tempat bagi orang-orang untuk belajar sejarah.

Inibaru.id - Bagi sebagian orang, fosil mungkin hanyalah benda mati yang kebetulan kita temukan pada era sekarang ini. Namun, nggak demikian dengan Ari Mustakim. Sebagai orang yang telah bertahun-tahun bekerja di museum, baginya fosil adalah jendela untuk melongok masa lalu.

Ari, demikian dia biasa disapa, bekerja di Museum Situs Purbakala Patiayam; "rumah" bagi fosil gajah purba dan berbagai benda kuno yang ditemukan di Pegunungan Patiayam. Museum ini berlokasi di Dukuh Kancilan, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.

“Setiap fosil di sini bukan hanya benda mati,” kata Ari tiap kali mengawali cerita di hadapan peserta tur di Museum Patiayam. “Mereka adalah jendela bagi kita untuk memahami bagaimana lingkungan dan kehidupan berevolusi.”

Ari Mustakim, edukator museum sedang menjelaskan tentang penemuan gading gajah purba. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Sebagai edukator di Museum Patiayam, Ari terbiasa memandu para pengunjung berkeliling museum. Sambil menunjukkan berbagai koleksi yang dipamerkan, dia akan bercerita panjang lebar tentang riwayat benda-benda tersebut.

"Saya coba perkenalkan berbagai koleksi fosil yang dipamerkan di museum ini, mulai dari gajah purba, badak, banteng, hingga rusa yang pernah hidup pada era Pleistosen (zaman es)," terang Ari saat Inibaru.id berkesempatan berkunjung ke Museum Patiayam baru-baru ini.

Menjadi Destinasi Wisata Edukasi

Selain dipakai untuk menyimpan pelbagai artefak bersejarah, saat ini Museum Patiayam memang dijadikan sebagai pusat pendidikan sejarah. Inilah yang membuat tempat tersebut kini mendapatkan predikat baru di kalangan masyarakat Kudus dan sekitarnya, yakni sebagai destiasi wisata edukasi sejarah.

Replika gajah purba menjadi salah satu daya tarik di Museum Situs Purbakala Patiayam Kudus. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Ari mengatakan, pihak museum secara rutin mengadakan tur edukatif untuk sekolah-sekolah, terutama bagi anak-anak yang ingin mempelajari zaman pra-sejarah dengan cara yang menyenangkan. Menurutnya, hal ini bagus untuk menanamkan rasa cinta anak-anak pada ilmu pengetahuan dan sejarah sejak dini.

"Mereka (anak-anak) selalu takjub saat melihat fosil-fosil besar ini. Seperti pelajaran sejarah yang hidup," kelakarnya.

Meski ada program khusus untuk anak sekolah, Ari melanjutkan, bukan berarti museum ini nggak cocok untuk orang dewasa. Banyak mahasiswa, peneliti, hingga arkeolog dari berbagai daerah datang yang datang ke sini untuk memperdalam ilmu tentang evolusi dan sejarah bumi.

Situs Arkeologi Penting di Indonesia

Koleksi fosil gajah purba dikumpulkan dalam satu tempat di Museum Patiayam. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Ari memaparkan, Pegunungan Patiayam yang menjadi sumber dari fosil-fosil di museum ini memang telah lama diakui sebagai salah satu situs arkeologi penting di Indonesia. Maka, dengan bantuan masyarakat lokal dan pemerintah, menurutnya museum ini bisa terus berkembang, baik dalam hal koleksi maupun fasilitasnya.

"Situs ini adalah harta karun sejarah yang saya yakin bisa dikembangkan lebih jauh lagi," terangnya. "Dengan penanganan yang tepat, saya optimistis Museum Patiayam mampu menjadi pusat edukasi berskala nasional, bahkan internasional."

Yap, potensi itu memang ada, karena sejatinya kita akan selalu tertarik pada masa lalu yang belum terkuak, apalagi jika menyangkut era prasejarah yang sangat jauh dari jangkauan kita. Seperti kata Ari, fosil dan artefak kuno adalah jendela; tempat kita melongok ke masa-masa jutaan tahun lalu.

Selama mesin waktu belum berhasil ditemukan, hanya benda-benda kuno inilah cerita yang bisa membuat kita memahami kehidupan purba, bagaimana lingkungannya berubah, dan sejauh mana bumi berevolusi. Begitu kan, Millens? (Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Tanda Diabetes pada Kulit yang Jarang Disadari

8 Des 2024

Berapa Luas Kamar Tidur yang Ideal?

8 Des 2024

Piknik Santai di Rowo Gembongan Temanggung

8 Des 2024

Ombudsman: Terkait Penanganan Kasus Penembakan Siswa SMK, Polrestabes Semarang Nggak Profesional

8 Des 2024

Dekat dengan Candi Prambanan, Begini Keindahan Candi Sojiwan

8 Des 2024

Pemprov Jateng: Pagu 10 Ribu, Makan Bergizi Gratis Nggak Bisa Sediakan Susu

8 Des 2024

Hadirkan Stefan William di Acara Pembukaan, Miniso Penuhi Gaya Hidup Modern dan Kekinian Warga Kota Semarang

8 Des 2024

Ada Tiga Bibit Siklon Tropis Kepung Indonesia, Apa Dampaknya?

9 Des 2024

Menilik Hasil Rekapitulasi Suara Pilkada 2024 di Lima Daerah

9 Des 2024

Produksi Genting di Desa Papringan, Tetap Autentik dengan Cara Tradisional

9 Des 2024

Rekor 1.000 Poin Megawati Hangestri di Liga Voli Korea

9 Des 2024

Peringati Perang Diponegoro, Warga Yogyakarta Gelar Kirab Tongkat Kiai Cokro

9 Des 2024

Tanpa Transit! Uji Coba Direct Train Gambir-Semarang Tawang, KAI Tawarkan Diskon 50 Persen

9 Des 2024

Sidang Kode Etik Kasus Penembakan di Semarang, Hadirkan Saksi dan Keluarga Korban

9 Des 2024

Apa yang Bikin Generasi Z Sering Dideskripsikan sebagai Generasi Paling Kesepian?

9 Des 2024

Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Robig Dipecat Tidak Dengan Hormat!

10 Des 2024

Penembak Siswa SMK 4 Semarang Dipecat; Ayah Korban: Tersangka Nggak Minta Maaf

10 Des 2024

50 Persen Hidup Lansia Indonesia Bergantung pada Anaknya; Yuk Siapkan Dana Pensiun!

10 Des 2024

Asap Indah Desa Wonosari, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Jawa Tengah

10 Des 2024

Hanya Membawa Kerugian, Jangan Tergoda Janji Manis Judi Online!

10 Des 2024