BerandaTradisinesia
Jumat, 20 Jan 2022 13:00

Watu Nganten Blora, Simbol Larangan Berjodoh Warga Dua Desa

Watu Nganten Blora. (Liputan 6/Ahmad Adirin)

Di Blora, ada batu keramat bernama Watu Nganten. Artinya adalah batu pengantin. Tapi, batu ini justru jadi simbol larangan perjodohan dari dua desa. Gimana ceritanya, ya?

Inibaru.id – Kalau bicara soal Watu Nganten, yang terpikir biasanya adalah sebuah spot cantik yang ada di Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun, kali ini yang kita bahas adalah Watu Nganten Blora. Yap, batu berukuran besar ini kabarnya adalah penanda alias simbol bahwa ada larangan warga dari dua desa untuk berjodoh. Wih!

Watu Nganten Blora ini ada di Dukuh Ngelobener, Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Dari namanya saja, kita bisa tahu kalau artinya adalah ‘batu pengantin’. Sekilas, batu berukuran besar dekat dengan pohon besar ini terlihat seperti batu biasa. Namun, masyarakat setempat percaya kalau ada kisah mistis di balik keberadaan batu ini.

Ceritanya sih ya, Watu Nganten ini dulunya adalah pasangan suami istri yang dikutuk menjadi batu. Mirip-mirip Malin Kundang gitu. Tapi, kalau yang ini dikutuk gara-gara buang hajat sembarangan, Millens.

Kejadiannya sih sudah sangat lama, tepatnya saat Pulau Jawa masih didominasi hutan belantara. Di masa itu, kendaraan yang dipakai warga juga adalah kuda. Nah, pasangan suami istri yang kena nasib sial dikutuk jadi batu ini berasal dari dua desa yang berbeda. Sang suami dari Dukuh Ngelobener, lokasi batu ini kini berada, dan pasangannya dari Desa Brumbung.

Watu Nganten artinya adalah Batu Pengantin. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Pasangan itu baru saja menikah dan kemudian ingin berkunjung ke rumah salah satu orang tua. Di tengah perjalanan, sang suami tiba-tiba ingin buang hajat. Masalahnya, dia melakukannya di tempat yang dikenal angker dan nggak melakukannya dengan permisi. Dampaknya, penunggu lokasi angker itu marah dan akhirnya mengutuk pasangan ini jadi batu.

Nah, kuda yang dipakai pasangan ini kemudian tetap pergi menuju ke rumah sang orang tua. Karena bingung kuda datang tanpa tuan, orang tua pasangan itu kemudian mengikuti ke mana kuda tersebut pergi. Pada saat itulah, ditemukan batu yang berada di dekat pohon yang dikenal angker. Mereka itu yakin jika batu besar itu adalah anak dan menantunya.

Sejak saat itu, warga pun nggak mengizinkan pernikahan dari Dukuh Ngelobener dan Desa Brumbung. Mereka nggak ingin kasus kutukan yang sama berulang. Kini, lokasi batu itupun jadi tempat keramat yang sering dijadikan lokasi ritual sedekah bumi.

Wah nggak nyangka ya, sebuah batu bisa jadi simbol pantangan perjodohan warga dari dua lokasi yang berbeda. Unik banget Watu Nganten ini, Millens? (Sol, Lip/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024