Inibaru.id - Tak hanya kalangan kebanyakan, keraton di Nusantara juga menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi. Popularitas tradisi Garebeg di Surakarta, Yogyakarta, dan Demak sudah diakui, termasuk tradisi Panjang Jimat di Keraton Cirebon.
Berikut tradisi peringatan Maulid Nabi darikalangan keraton seperti dikutip dari Liputan6.
Panjang Jimat
Panjang Jimat adalah tradisi Maulid Nabi di Keraton Cirebon. Upacara dihadiri ribuan masyarakat yang berdatangan dari berbagai daerah. Mereka datang ke tiga keraton untuk menyaksikan proses upacara.
Baca juga:
Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Nusantara (1): Dari Talam Buah, Pohon Uang, dan Rebutan Julung-Julung
Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Nusantara (2): Cuci Pusaka, Kirab Ampyang, dan Rebutan di Pohon Keres
Peringatan Maulid Nabi juga turut digelar di makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Di makam tersebut juga dipadati oleh ribuan orang yang sengaja ingin menghabiskan waktu pada malam Maulid Nabi.
Upacara panjang jimat merupakan puncak acara peringatan Maulid Nabi di tiga keraton. Di Keraton Kanoman, upacara digelar sekira pukul 21.00 WIB yang ditandai dengan 9 kali bunyi lonceng Gajah Mungkur yang berada di gerbang depan keraton. Suara lonceng tersebut merupakan tanda dibukanya upacara panjang jimat.
Di Keraton Kanoman, prosesi panjang jimat juga diisi dengan arak-arakan kirab yang membawa berbagai benda pusaka milik keraton dari Bangsal Prabayaksa menuju Masjid Agung Kanoman. Prosesi itu dipimpin oleh Pangeran Patih Keraton Kanoman.
Baca juga:
Sejak Kapankah Maulid Nabi Muhammad Diperingati?
Ratusan Artefak Wali Songo Dipamerkan di Kudus
Grebeg Maulud
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Grebeg Mulud. Kata “gerebeg” artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad saw diperingati dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud.
Puncak dari upacara ini adalah iringan gunungan yang dibawa ke Masdjid Agung. Setelah di masjid diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan jalan diperebutkan. (EBC/SA)