BerandaTradisinesia
Jumat, 9 Nov 2017 15:14

Soya Soya, Tari Pemantik Semangat Prajurit Ternate

Soya Soya, Tari Pemantik Semangat Prajurit Ternate

Tari Soya Soya banyak memperlihatkan gerakan berperang seperti menyerang, menghindar, atau menangkis. (Indonesia Kaya)

Musik yang rancak, gerak tari yang lincah, dan kostum yang meriah adalah ciri Soya Soya. Sebuah tarian yang sarat nilai sejarah perjuangan rakyat Ternate.

Inibaru.id – Untuk memperkenalkan budaya masyarakat Ternate, baru-baru ini Galeri Indonesia Kaya menggelar acara bertajuk “Rentak Gamalama”. Acara dipusatkan di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta dan dibuka dengan menampilkan Tari Soya Soya.

Bagi masyarakat Ternate, Tari Soya Soya memang sangat terkenal. Selain itu, tari ini juga sarat akan nilai sejarah perjuangan masyarakat Ternate dalam mengusir bangsa Portugal yang menduduki wilayah mereka.

Lantaran begitu penting, keberadaan tari perang tersebut terus dilestarikan dan dikembangkan. Sejumlah variasi dan kreasi acap ditambahkan agar tampak menarik, mulai gerak, kostum, hingga musik pengiringnya, tanpa mengurangi esensi tari tersebut.

Dilansir dari Negerikuindonesia.com, tari perang ini berasal dari Maluku Utara, tepatnya wilayah Kayoa. Soya Soya ditarikan para pria dengan pakaian prajurit kesultanan pada zaman dahulu. Sembari menari, mereka menyandang salawaku di tangan kiri dan ngana-ngana di kanan.

Baca juga: Tari Sakral dari Kasunanan Surakarta

Salawaku adalah perisai tradisional masyarakat Maluku Utara yang terbuat dari kayu, sementara ngana-ngana adalah pedang dari bambu berhiaskan daun palem. Keduanya merupakan perlengkapan tari yang tak bisa ditinggalkan.

Tari Soya Soya merupakan tari tradisional yang cukup terkenal di Maluku Utara. Sejumlah perhelatan penting, seperti penyambutan tamu penting, perayaan adat, pertunjukan seni, atau festival budaya, kerap menampilkan tarian ini.

Masyarakat Maluku zaman dulu menggunakan Soya Soya sebagai tari penyemangat bagi para prajurit dari Kesultanan Ternate yang akan menyerbu Benteng Nostra Senora del Resario atau Benteng Kastela yang dikuasai Portugal.

Dipimpin langsung Sultan Baabullah, penyerbuan itu dilakukan untuk menyelamatkan Sultan Khairun, ayah Sultan Baabullah yang kemudian dibunuh tentara Portugal. Dari pertempuran ini, masyarakat kemudian terus berjuang mengusir penjajah Portugal dari tanah mereka.

Untuk mengabadikan peristiwa heroik itu, para seniman kesultanan kemudian menciptakan Tari Soya Soya. Hingga kini, tari tersebut terus dilestarikan sebagai jembatan untuk memperkenalkan sejarah daerah mereka.

Soya Soya cocok ditarikan sebagai tari penyambutan tamu, pembukaan acara, atau perhelatan-perhelatan yang membutuhkan gerak tari yang energetik dan penuh semangat.

Tari Soya Soya ditarikan lima atau lebih penari laki-laki. Seorang penari bertindak sebagai kapitan atau pemimpin. Ia bertugas memimpin tarian serta memberi aba-aba kepada anggota lainnya. Diiringi musik, mereka kemudian menari dengan memainkan salawaku dan ngana-ngana.

Baca juga: Kapal Phinisi dan Uma Mbatangu Tampil di London

Gerakan Tari Soya Soya sangatlah dinamis, penuh gairah, dan lincah. Tangan memainkan perisai dan pedang, sementara kaki bergerak variatif dan cepat. Formasi dalam tarian ini cukup sering berubah. Namun, kekompakan para penarinya justru membuat perubahan itu kian menarik.

Sejalan dengan tarian yang cepat, musik pengiringnya juga demikian. Tifa (gendang), saragai (gong), dan tawa-tawa (gong kecil) ditabuh dengan irama cepat laksana tengah berada di tengah medan perang.

Para penari biasanya menggunakan baju taqoa, celana panjang, dan kain seperti rok pendek berwarna hitam, merah, kuning, dan hijau. Mereka juga mengenakan tuala lipa atau lipa kuraci, semacam ikat kepala berwarna kuning. (GIL/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025