BerandaTradisinesia
Minggu, 22 Feb 2020 18:30

Siger Sunda, Riasan yang Juga Ada di Pernikahan Modern di Jawa

Siger. (Pinterest)

Nggak hanya riasan pengantin, Siger Sunda yang berfungsi mempercantik mempelai perempuan juga menjadi simbol harapan bagi pasangan pengantin. Maka, nggak heran jika sebagian pengantin modern di Jawa juga mengenakannya.

Inibaru.id – Mendengar kata “siger”, hal pertama yang kamu pikirkan tentu tentu hiasan pengantin perempuan berbentuk mahkota. Dengan memakai siger, mempelai perempuan akan terlihat lebih cantik dan anggun.

Di Indonesia, siger dipakai dalam upacara pernikahan di budaya Lampung dan Sunda. Meskipun sama-sama berbentuk mahkota dan dipakai oleh pengantin wanita, siger Lampung dan siger Sunda ternyata berbeda.

Perbedaan pertama dari siger Lampung dan Siger Sunda adalah bahan pembuatnya. Siger Lampung biasanya dibuat dari emas murni. Sementars, siger Sunda terbuat dari campuran beberapa jenis logam. Bentuk siger Sunda juga lebih kecil dari siger Lampung.

Pemakaian siger sebagai mahkota pada pengantin perempuan menunjukkan kearifan, rasa hormat, serta kebijaksanaan yang menjadi prioritas saat menjalani kehidupan rumah tangga. Selain itu, ada makna lain dari penggunaan hiasan sanggul siger yang berupa kembang tanjung, kembang goyang, serta roncean melati.

Kembang tanjung bermakna tanda kesetiaan sang pengantin perempuan pada pasangannya. Sementara, kembang goyang adalah simbol bahwa perempuan akan selalu tampak cantik dari depan dan belakang layaknya bunga, sedangkan roncean melati adalah lambang kesucian serta kemurnian.

Nggak hanya di Sunda, hiasan itu juga sebagian di antaranya dipakai pada pernikahan adat di Jawa. Maka, nggak heran jika akulturasi budaya keduanya juga kerap dilakukan, terutama di era modern seperti sekarang.

Hm, kamu pernah menemukannya? Ah, apapun yang bikin pengantin tampak menawan, mungkin nggak perlu dipersoalkan ya, Millens. Yap, ini karena kehidupan pasca-menikah sepertinya lebih penting dari semata simbol. He-he. Bercanda! (IB20/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024