BerandaTradisinesia
Rabu, 8 Okt 2019 13:33

Sebelum Sampai ke Pekarangan Rumah Kita, Beginilah Perjalanan Permainan Kelereng!

Kelereng, ternyata memiliki sejarah yang panjang, lo. (Thesocietypages)

Kelereng, permainan tradisional yang kita kenal ternyata mempunyai sejarah dan perjalanan yang panjang untuk sampai di pekarangan kita. Bagaimana sih sejarahnya?

Inibaru.id – Kelereng, bola kecil yang terbuat dari tanah liat, marmer, atau kaca, ini dikenal dengan berbagai nama. Dimainkan di hampir seluruh Indonesia, ada yang menyebutnya gundu (Betawi, Jakarta), setin atau keneker (Jawa), kaleci (Sunda), ekar (Palembang), dan guli (wilayah Melayu), serta kleker (Banjar).

Konon, jauh sebelum tiba di Nusantara, dolanan ini konon telah dimainkan pada Zaman Romawi Kuno, lo. Catatan masa kecil Raja Romulus Augustus menjadi buktinya. Sejumlah temuan relief pada peninggalan era itu juga menggambarkan anak-anak bermain kelereng dari biji-bijian.

Bahkan, dolanan yang biasa dimainkan anak laki-laki tersebut dipercaya telah menjadi bagian dari Festival Saturnalia, semacam perayaan bangsa Romawi menjelang Natal. Pada festival itu, semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan.

Permainan kelereng nggak hanya dimainkan di Indonesia. (s3.amazonaws)

Populer di Eropa pada Abad ke-12

Kelereng tertua yang berhasil ditemukan sejauh ini berasal dari 2000-1700 SM yang kini dikoleksi oleh The British Museum, London, Inggris. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta, Yunani, pada situs Minoan of Petsofa.

Berdasarkan catatan sejarah, kepopularan permainan ini mulai tampak abad ke-12 di Prancis. Mereka menyebutnya bille, yang berarti bola kecil. Sementara, orang Belanda kala itu menyebutnya knikkers. Nama yang sama juga dikenal di Inggris, selain bowls.

Nama marbles, yang sekarang menjadi "bahasa internasional" untuk kelereng, baru muncul di Inggris sekitar 1694. Ini digunakan untuk menyebut bola kecil dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Sementara, di Turki, kelereng dikenal di Turki dengan sebutan hakan tuncer.

Di wilayah Asia Tenggara, permainan kelereng umumnya menggunakan biji dan buah-buahan berbentuk bulat. Di Burma (sekarang Myanmar), kelereng juga menggunakan kerang cowrie yang berbentuk bulat.

Kelereng juga mengalami transformasi bentuk, lo. (Pinterest)

Kelereng Modern dari Jerman

Teknologi pembuatan kelereng kaca mulai diterapkan di Jerman pada 1864. Ini dipercaya menjadi model kelereng modern yang kita kenal hingga sekarang. Sebelum berwarna-warni laiknya saat ini, kelereng semula hanya mempunyai satu warna.

Pada masa Perang Dunia II, pembuatan dan pengiriman kelereng kaca sempat terhenti. Nah, pasca-gencatan senjata, kelereng mulai menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika, juga mulai diproduksi secara massal dan dikembangkan di masing-masing negara, hingga ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Wah, panjang juga ya sejarah kelereng bisa masuk ke Indonesia! Jangan sampai permainan ini tergerus zaman, Millens. Yuk main kelereng lagi! (MG27/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024