BerandaTradisinesia
Rabu, 3 Jan 2023 15:05

Sejarah Klenteng, 'Rumah' Tiga Kepercayaan yang Hanya Dikenal di Jawa

Sejarah Klenteng, 'Rumah' Tiga Kepercayaan yang Hanya Dikenal di Jawa

Klenteng istilah tempat ibadah orang Tionghoa yang hanya ada di Jawa. (Google Maps/Richard Miller)

Klenteng atau Kelenteng adalah tempat ibadah masyarakat keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia. Tapi, kamu tahu nggak jika ternyata istilah klenteng cuman dikenal di Jawa?

Inibaru.id – Klenteng dan Pecinan merupakan dua hal yang nggak bisa dipisahkan. Klenteng menjadi ciri khas yang paling mendasar dari sebuah kawasan Pecinan. Soalnya, klenteng berfungsi sebagai tempat ibadah sebagian besar masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Ngomong-ngomong, kamu tahu nggak ternyata istilah klenteng itu cuma digunakan di Jawa. Penasaran? Yuk simak ulasan tentang sejarah klenteng!

Istilah Klenteng Hanya Ada di Jawa

Ciri khas Klenteng didominasi dengan warna merah. (Google Maps/Sie Tang San)
Ciri khas Klenteng didominasi dengan warna merah. (Google Maps/Sie Tang San)

FYI, istilah klenteng hanya digunakan di Indonesia khususnya di Jawa, lo. Di negara aslinya, Tiongkok, sebenarnya nggak ada istilah khusus yang digunakan untuk menyebut tempat ibadah kaum Tionghoa. Mereka hanya menamai sebuah tempat ibadah dari aliran kepercayaannya.

Nggak ada yang tahu sejak kapan isitilah klenteng digunakan di Jawa. Asal usulnya juga masih simpang siur. Ada yang mengatakan kalau klenteng berasal dari bunyi ‘teng-teng-teng’ yang sering terdengar dari dalam bangunan ini.

Ada juga versi lain yang menyebut Klenteng berasal dari kata Kwan Im Ting (Kuil Dewi Kwan Im), klenteng pertama yang dibangun oleh Letnan Kwee Hoen pada 1650. Kwan Im Ting kemudian dilafalkan oleh lidah orang Jawa menjadi kelenteng.

Melansir Kompas (2/1), di Sumatra, kebanyakan masyarakat menyebut tempat ibadah kaum Tionghoa ini dengan klenteng pekong. Sementara itu, di Kalimantan, sebutannya adalah thai pakkung, pakkung miau atau shinmiau.

Dipenuhi Simbol yang Penuh Makna

Arsitektur klenteng penuh dengan simbol dan makna. (Google Maps/Liz)

Kebanyakan klenteng kaum Tionghoa di Indonesia menampung tiga kepercayaan yang lebih dikenal dengan istilah Tridharma, yaitu Konghucu, Taoisme, dan Budhaisme.

Ciri khas bangunan klenteng adalah dominasi warna merah yang sangat mencolok. Warna merah mengandung filosofi kehidupan, yaitu Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia dari darah yang berwarna merah.

Merujuk pada jurnal milik M. Herwiratno yang berjudul Kelenteng; Benteng Terakhir dan Titik Awal Perkembangan Kebudayaan Tionghoa di Indonesia (2007), klenteng menjadi sumber simbol ajaran berbagai kepercayaan.

Herwiratno juga menjelaskan tentang keberadaan sepasang arca singa di bagian depan kanan-kiri sebuah kelenteng. Ternyata, hal ini berfungsi sebagai penolak mara bahaya. Sementara itu, arca sepasang naga yang biasanya terdapat di atap klenteng melambangkan perlindungan, kekuasaan, dan juga Keberuntungan. Keberadaan kura-kura dan bangau pada klenteng juga sebagai simbol harapan manusia akan panjang umur dan martabat.

Selain simbol hewan, berbagai macam simbol tumbuhan dan buah-buahan di klenteng juga memiliki makna. Misalnya buah jeruk dan apel pada sesaji yang sering dijumpai di dalam klenteng. Buah jeruk menjadi buah wajib di setiap acara ritual, karena melambangkan rezeki dan keberuntungan. Sementara itu, buah apel melambangkan keselamatan.

Dinding dan pilar klenteng biasanya dihiasi dengan lukisan yang mengajarkan berbagai kebaikan. Ada yang bercerita tentang berbagai sifat manusia, bakti anak terhadap orang tuanya, atau syair-syair dalam aksara Tiongkok yang penuh makna.

Betewe, di tempat kamu tinggal ada bangunan klenteng nggak nih, Millens? (Fatkha Karinda Putri/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025