BerandaTradisinesia
Rabu, 19 Sep 2023 18:23

Sama Sekali Nggak Terkait dengan Buaya, Begini Sejarah Nama Boyolali

Nama Boyolali bukan berarti buaya yang lupa. (Detik/Ragil Ajiyanto)

Sekilas, nama Boyolali bisa diartikan sebagai buaya yang lupa. Tapi, ternyata sejarah nama Boyolali sama sekali nggak terkait dengan hewan tersebut, lo. Lantas, seperti apa ya sejarah sebenarnya?

Inibaru.id – Kamu pasti sering banget melihat orang yang memelesetkan nama Boyolali dengan crocodile forget alias buaya yang lupa. Memang, jika dilihat sekilas, nama Boyolali bisa diartikan seperti itu. Tapi, jika kita menilik sejarah dari kabupaten yang sudah berusia 176 tahun ini, ternyata nggak ada kaitannya sama sekali dengan buaya, lo.

Kalau nggak terkait dengan buaya, lantas dari mana asal mula Boyolali? Kalau soal ini, kita bisa menilik sebuah cerita legenda yang terjadi ratusan tahun yang lalu, jauh lebih lama dibandingkan dengan hari jadi Boyolali yang menurut situs Dprd.boyolali ditetapkan pada 5 Juni 1847.

Pada abad ke-16, Kyai Ageng Pandanarang atau juga yang dikenal dengan nama lain Tumenggung Notoprojo diutus Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam di Gunung Jabalakat, Tembayat, Klaten.

Nama Kyai Ageng Pandan Arang cukup populer di kawasan Pantura karena menjabat sebagai Bupati Semarang pertama. Selain itu, dia adalah putra dari Pangeran Suryo Panembahan Sabrang Lor atau Pati Unus, raja kedua dari Kesultanan Demak. Dia nggak tertarik dengan tahta kerajaan dan lebih suka untuk memperdalam spiritualitas. Oleh karena itulah, alih-alih mewarisi tahta ayahnya, dia malah diutus Sunan Kalijaga untuk menjalankan syiar Islam.

Nah, saat melakukan perjalanan ke Gunung Jabalakat bersama dengan istri dan anaknya, Ki Ageng menemui begitu banyak dan rintangan. Bahkan, Ki Ageng Pandanarang sempat tanpa sengaja meninggalkan anak dan istrinya jauh di belakang gara-gara hal ini. Nah, saat menyadari bahwa anak dan istrinya tertinggal, Ki Ageng pun memutuskan untuk berhenti di hutan bambu kuning atau bambu ampel.

Simpang Siaga Boyolali. (Jatengprov)

Saat sedang duduk di sebuah batu besar, Ki Ageng pun kembali melihat anak dan istrinya. Nyi Ageng yang resah karena ditinggal jauh oleh suaminya pun mengeluh.

Kyai, baya wis lali, teka ninggal bae,” ucap istrinya yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah “Kiai ini lupa ya sampai meninggalkan kita."

Dari kata “baya wis lali” inilah, nama Boyolali kemudian disematkan pada tempat di mana Ki Ageng menunggu anak dan istrinya, Millens.

Terkait dengan batu besar di mana Ki Ageng beristirahat, ada dua versi yang dipercaya masyarakat. Yang pertama adalah batu di depan Pasar Sunggingan yang berbentuk mirip dengan dakon, mainan anak-anak zaman dahulu. Warga setempat pun menyebut batu tersebut dengan Mbah Dakon.

Versi keduanya adalah batu yang ada di Kali Pepe. Sayangnya, hingga sekarang, belum ada penelitian yang dilakukan untuk memastikan mana batu yang dulu benar-benar diduduki oleh Ki Ageng Pandanarang.

Yang penting, berkat adanya cerita legenda ini, kita jadi tahu dari mana asal mula nama Boyolali. Ingat, ya, Millens, nggak ada kaitannya sama sekali dengan buaya. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024