BerandaTradisinesia
Senin, 18 Jun 2023 17:00

Rewang, Budaya Membantu Tanpa Dibayar yang Masih Eksis Sampai Sekarang

Budaya rewang saat hajatan. (Twitter/Anangdianto)

Di kawasan pedesaan, jarang ada keluarga yang memakai jasa EO saat akan menggelar hajatan. Mereka akan mengandalkan budaya rewang yang membuat tetangga atau keluarga berdatangan untuk membantu.

Inibaru.id – Meski kini banyak masyarakat perkotaan yang memilih untuk memakai jasa event organizer (EO) untuk mengurus konsumsi dan pelayanan bagi tamu hajatan, budaya rewang masih tetap eksis lo. Biasanya budaya ini dilakukan oleh masyarakat pedesaan atau yang tinggal di perkampungan padat.

Kalau memakai jasa EO, kita akan membayar sejumlah uang untuk mendapatkan bantuan tersebut saat hajatan. Nah kalau memakai budaya rewang, kita nggak perlu membayar tetangga atau saudara yang ikut membantu memasak atau melayani tamu. Balasannya? Kerukunan warga atau keluarga jadi semakin erat, Millens.

Rewang berasal dari kata Bahasa Jawa yang bisa diartikan sebagai ‘membantu’ atau ‘menolong’. Dari istilah ini saja, sudah jelas ya kalau tradisi ini adalah kearifan lokal masyarakat untuk bergotong-royong membantu tetangga atau keluarga yang menggelar hajatan.

Menurut keterangan Surakarta.go.id, (30/9/2022), di pedesaan di mana sebagian besar masyarakat masih berprofesi sebagai petani, budaya gotong royong seperti rewang memang masih mudah untuk dilakukan. Saat ada yang menggelar hajatan, baik laki-laki ataupun perempuan nggak akan berangkat ke sawah untuk beberapa hari demi membantu tetangga tersebut.

Biasanya, pihak perempuan akan lebih banyak berkutat di area dapur untuk memasak berbagai makanan dan camilan yang akan disajikan ke tamu. Kaum laki-laki akan mempersiapkan panggung, tenda, hingga meja dan kursi bagi para tamu. Anak-anak muda juga nggak ketinggalan. Ada yang menjadi pelayan yang menyajikan makanan. Ada juga yang sibuk menyebarkan undangan ke desa-desa sekitarnya.

Rewang dilakukan laki-laki dan perempuan. (Kongkrit.com)

Kaum perempuan punya peran paling penting dalam memastikan hajatan terselenggara dengan baik. Tanpa mereka, nggak ada makanan atau minuman yang disajikan bagi para tamu,” ungkap tetua masyarakat Desa Gandri, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan Mbah Suroso sebagaimana dilansir dari Cendananews, Kamis (18/11/2021).

Para perempuan yang asyik memasak di dapur juga bisa mendapatkan kesenangan lain saat melakukan rewang, yaitu mengobrol dan saling berbagi pengalaman. Berkat hal ini, kerukunan pun akan semakin terjaga.

Selain itu, sebenarnya ada hal lain yang membuat masyarakat berbondong-bondong mengadakan hajatan, yaitu menghindari hukum sosial. Kalau kamu misalnya jarang atau bahkan nggak pernah ikut rewang, bisa dipastikan nggak banyak orang yang akan membantumu saat nanti menggelar hajatan atau saat sedang dalam suasana duka. Jadi repot, kan?

O ya, sebenarnya nggak tepat-tepat amat jika menyebut keluarga yang menggelar hajatan nggak membayar mereka yang datang untuk rewang. Biasanya, kaum perempuan yang ada di dapur diperbolehkan membawa nasi, lauk, atau jajanan secukupnya untuk dibawa ke rumah. Maklum, mereka harus rewang seharian dan nggak sempat memasak di rumah.

Kalau di daerah tempat tinggalmu, apakah budaya rewang masih sering dilakukan saat ada hajatan, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: