BerandaTradisinesia
Senin, 18 Okt 2020 07:35

Produk Akulturasi Kejawen-Islam Itu Bernama Tradisi Yasinan, Apa Kelebihannya?

Ilustrasi: Membaca Surat Yasin. (Freepik)

Dulu, orang Jawa menggelar ritual mendoakan arwah leluhur dengan membaca mantra. Setelah Islam menyebar di Jawa, tradisi itu dikemas dalam yasinan. Bukan lagi mantra yang dirapal, melainkan Surat Yasin beserta bacaan tahlil.

Inibaru.id – Sebelum mengenal tradisi Yasinan, masyarakat mendoakan arwah orang yang telah meninggal dengan rapalan mantra. Hal ini berubah seiring dengan masuknya ajaran Islam di Nusantara. Tradisi ini pun kemudian berkembang di Jawa dan menyebar di seluruh Indonesia.

Yasinan sebenarnya merupakan penyingkatan kata dari membaca Surat Yasin dan tahlilan. Tahu sendiri kan orang Jawa suka meringkas istilah? Ha-ha.

Tradisi yasinan ada karena masyarakat menyakini bahwa arwah orang yang sudah meninggal masih bergentayangan di sekitar rumah selama tujuh hari. Habis itu, arwah akan meninggalkan tempat tersebut.

Nah, pada hari ke-40, ke-100, dan ke-1000, arwah akan kembali. Karena itu, pada hari-hari tersebut, keluarga mendiang akan memberikan sajian kepada arwah. Keluarga juga akan mengundang masyarakat sekitar untuk melakukan persembahan kepada arwah tersebut bersama-sama.

Mereka yakin hal ini dapat menghindarkan gangguan dari arwah melalui mantra-mantra. Setelah Islam masuk, tradisi mendoakan arwah leluhur pun berubah. Bacaan Surat Yasin dan tahlil menggantikan rapalan mantra.

Adanya akulturasi ini menunjukkan kalau masyarakat Jawa bersifat terbuka terhadap tradisi-tradisi baru. Karena terus diulang-ulang, tradisi yasinan yang berbau Islam menjadi identitas baru dalam tatanan masyarakat. Di desa, ritual ini begitu kental.

Agenda Rutin Keagamaan

Ilustrasi Membaca Surat Yasin. (Pixabay/Hashem Islami)

Seiring berjalannya waktu, yasinan nggak lagi sebatas mendoakan arwah leluhur. Ritual ini sering diselipkan dalam berbagai agenda keagamaan. Yasinan juga menjadi wujud rasa syukur atas nikmat dari Allah.

Masyarakat juga percaya mengenai kehebatan Surat Yasin yang dapat memudahkan urusan orang yang membacanya.

Yasinan kini menjadi kebudayaan di dalam kehidupan bersosial. Sebab, kegiatan ini merupakan sarana untuk bersosialisasi, sekaligus menjalankan anjuran agama yang bersifat normatif. Nggak heran jika masyarakat mengikutinya agar diterima lingkungan. Orang-orang yang enggan mengikuti kegiatan ini bakal dianggap "cacat" secara sosial.

Selain itu, yasinan juga menjadi simbol ketaatan beragama, yakni bersedekah. Sudah pasti tuan rumah akan menyiapkan jamuan untuk para jemaah. Kadang, sampai menyiapkan bingkisan untuk dibawa pulang.

Wujud Keharmonisan Sosial

Ilustrasi: Bersosialisasi menjadi salah satu alasan orang yasinan. (Pixabay/Prithpal Bhatia)

Desa yang hidup budaya yasinannya dianggap lebih harmonis. Mungkin hal ini dikarenakan tradisi ini membuat semua orang dengan latar profesi dan tingkat ekonomi berbeda berkumpul. Mengenakan dresscode yang sama, mereka duduk tanpa sekat.

Keharmonisan ini nggak cuma tampak saat acara berlangsung. Dalam persiapannya, yasinan juga penuh solidaritas. Pernah lihat kan tetangga banyak yang rewang ke rumah orang yang akan menggelar yasinan untuk menyiapkan hidangan?

Jadi, karena yasinan memiliki banyak kebaikan, sayang banget ya kalau sampai hilang, Millens. (Etn/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: