BerandaTradisinesia
Kamis, 24 Mei 2023 11:46

Misteri Tiga Desa Era Mataram Kuno yang Tercantum pada Prasasti Telang

Prasasti Telang yang dibuat pada 904 M. (Solopos/Sraddha Institute)

Prasasti Telang ditulis pada 904 M. Pada prasasti tersebut, terungkap tiga desa di era Mataram Kuno yang jadi lokasi penyeberangan Sungai Bengawan Solo. Sayangnya, lokasi ketiga desa tersebut masih jadi misteri hingga sekarang.

Inibaru.id – Prasasti Telang memang sudah lama ditemukan, tepatnya pada 17 Juli 1933 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang ada di Kelurahan Wonoboyo, Kabupaten Wonogiri. Tapi, hingga puluhan tahun kemudian, masih ada misteri yang belum terpecahkan dari prasasti yang dibuat pada masa Mataram Kuno tersebut.

Penemuan prasasti dari bahan tembaga ini diawali dari kunjungan Mangkunegara VII ke pesanggrahannya yang ada di Wonoboyo. Lima hari setelah penemuan dua patahan prasasti tersebut, ditemukan dua patahan lain di lokasi yang sama. Temuan ini kemudian dilaporkan ke arkeolog Belanda Stutterheim.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prasasti Telang dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung Sri Dharmmodaya Mahasambhu pada 6 Parogelap bulan Posya tahun 825 Saka. Jika dikonversikan ke tahun masehi, maka tanggal tersebut adalah 11 Januari 904 M.

Prasasti tersebut mengungkap tentang Desa Paparahuan yang dijadikan tempat penyeberangan Sungai Bengawan Solo. Selain itu, disebutkan pula dua desa lainnya, yaitu Telang dan Mahe atau Mahai. Ketiganya dijadikan wilayah perdikan.

“Desa Paparahuan, Mahe, dan Telang masuk dalam wilayah Huwusan. Ketiganya jadi wilayah perdikan alias dibebaskan dari pajak,” ucap epigraf cum filolog Sraddha Institute Rendra Agusta sebagaimana dilansir dari Solopos, Selasa (23/5/2023).

Dalam Prasasti Telang, disebutkan tiga sungai yang jadi lokasi penyeberangan. (GoodnewsfromIndonesia)

Nah, ketiga desa yang sudah eksis jauh lebih lama dari zaman Majapahit tersebut masih jadi misteri lokasinya hingga sekarang karena hanya tercantum pada prasasti. Desa-desa tersebut diduga nggak lagi dihuni sehingga kemudian hilang ditelan zaman.

Meski begitu, menurut Kompas, (20/11/2008), ada dugaan bahwa Desa Paparuhan mengalami perubahan nama menjadi Desa Praon. Sayangnya, lokasi dari desa ini diperkirakan ikut tenggelam saat Waduk Gajah Mungkur dibangun, Millens.

Satu hal yang pasti, dalam prasasti tersebut, diungkap bahwa warga dari ketiga desa diwajibkan untuk menjaga tempat penyeberangan sungai dan membebaskan biaya penyeberangan bagi semua kalangan dan kelas warga, tanpa terkecuali. Selain itu, para penjaga perahu dan penjaga lokasi penyeberangan tetap mendapatkan upah sebagaimana yang telah diatur pemerintahan.

“Bahkan, komoditas yang diseberangkan juga diatur seperti benang, anyaman, kapur, sampai gula kelapa. Komoditas tersebut sangat khas Wonogiri,” lanjut Rendra.

Sebuah prasasti kuno ternyata bisa menceritakan banyak hal tentang sejarah dan kondisi masa lalu dari sebuah peradaban. Kalau kamu pengin mempelajari tentang Prasasti Telang ini dan sejarah Mataram Kuno lainnya, nggak perlu bingung, tinggal datang saja ke Perpustakaan Mangkunegaran Solo, Millens. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024