BerandaTradisinesia
Selasa, 8 Jun 2020 19:10

Mengolok Penjajah Lewat Salaotho, Tokoh Dalam Tarian Beksan Lawung Ageng

Salaotho (baju biru), dalam tarian Beksan Lawung Agung menggambarkan para penjajah (digambarkan bermuka putih) justru menjadi pelayan yang patuh pada tuannya.

Dalam tarian Beksan Lawung Agung, terdapat sebuah tokoh dengan penampilan yang berbeda, yaitu Salaotho. Digambarkan bermuka putih, tokoh ini adalah olokan bagi para penjajah yang dalam tarian ini justru menjadi pelayan yang patuh pada tuannya.

Inibaru.id – Penjajahan Belanda di Indonesia selama sekitar 350 tahun meninggalkan banyak sekali luka. Hanya, hal ini juga menginspirasi terciptanya tarian Beksan Lawung Ageng. Lewat karya seni, tarian ini justru menjadikan peran penjajah berbalik sebagai pelayan. Seperti apa sih tarian ini?

Terungkapnya sejarah keunikan tarian Beksan Lawung Agung dibeberkan oleh akun Twitter milik Rr Erwita Danu Gondohutami, @erwitami. Dia menjelaskan keunikan salah satu tokoh dalam tarian tersebut, yakni Salaotho. Salaotho sebenarnya bisa disebut sebagai pelayan atau budak dalam tarian ini.

Berdasarkan cuitannya pada Senin (8/6/2020), Rr Erwita menganggap Tarian Beksan Lawung Ageng sebagai simbol perlawanan rakyat Yogyakarta pada penjajah.

"Leluhur menciptakan tarian ini dengan menyebut 'dalam dunia nyata, kami mungkin adalah pelayan, tapi lewat budaya yang akan kami turunkan ke anak cucu, kalian (penjajah)lah yang menjadi pelayan," tulis Rr Erwita tersebut.

Karakter Salaotho dalam tarian Beksan Lawung Ageng (twittter.com/erwitami

Lebih lanjut, Rr Erwita menceritakan Salaotho sebenarnya adalah pelayan dari Botoh, pemeran utama dari tarian ini. Botoh adalah pemimpin dari para tentara yang memainkan tombak saat berlatih. Menariknya, tarian ini sebenarnya juga adalah kamuflase agar para prajurit tetap bisa berlatih tombak tanpa dilarang.

Kalau kamu menilik kostum yang dipakai oleh Salaotho, terlihat sangat berbeda dari penari lainnya. Mereka memakai kostum lengkap yang menggambarkan para penjajah. Mereka juga memakai kosmetik agar kulit wajahnya terlihat putih layaknya kulit para penjajah.

Satu hal yang pasti, mereka digambarkan sangat patuh pada para Botoh yang menggambarkan karakter asli Yogyakarta. Gerakan tariannya yang jenaka dan terkadang terlihat konyol sangat kontras dengan penari lainnya yang sangat maskulin.

Tarian ini berasal dari Keraton Yogyakarta. Penciptanya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) yang terinspirasi dari perlombaan watangan. Watangan adalah latihan ketangkasan berkuda dan bermain tombak. Gerakan dalam tarian ini mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin.

Berlangsungnya tarian Beksan Lawung Ageng (Twitter.com/erwitami)

Dialog yang digunakan dalam tarian ini merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Terdapat lima peran yang dimainkan dalam tarian Beksan Lawung Ageng, yaitu Jajar, Lurah, Botoh, Ploncon dan Salaotho.

Menariknya, saat Raja Belanda Willem Alexander dan istrinya Ratu Maxima berkunjung ke Yogyakarta pada Rabu (11/3/2020) silam, Keraton Yogyakarta menampilkan Tarian Beksan Lawung Ageng di Bangsal Kencana.

Gimana, Millens, tarian ini ternyata memiliki sejarah yang cukup menarik, ya?(Kra/Mg31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024

Memahami Stigma Terhadap Perempuan yang Memilih Menikah Lagi Setelah Perceraian

14 Nov 2024

Lakukan Misi Kemanusiaan di Filipina, 10 Kru Heli Dapat Penghargaan Khusus

15 Nov 2024

Dapatkan Promo Pilkada 10 Persen Tiket Kereta Api untuk Keberangkatan 26-28 November 2024!

15 Nov 2024

Suruh Siswa Sujud dan Menggonggong, Ivan Dijerat Pasal Perlindungan Anak

15 Nov 2024

Soto Rem-Bang Gang Kuwera, Andalan Mahasiswa UNY Memadamkan Kelaparan

15 Nov 2024

Berbahaya, Jangan Googling Kata-kata Ini di Internet!

15 Nov 2024

Peluang Timnas Indonesia Melawan Jepang; Masih Ada Asa untuk Mencuri Poin

15 Nov 2024

JOMO, Menemukan Kebahagiaan dengan Melewatkan Hal-Hal yang Nggak Perlu

15 Nov 2024