BerandaTradisinesia
Senin, 9 Jul 2023 18:05

Mengenal Surjan, Pakaian yang Didesain Sunan Kalijaga

Surjan, pakaian tradisional yang didesain Sunan Kalijaga. (Rebowagen/Agung)

Kini lebih dikenal sebagai pakaian tradisional yang dikenakan saat ada acara resmi atau saat budaya Kejawen. Padahal, Surjan aslinya adalah pakaian takwa yang didesain oleh Sunan Kalijaga. Seperti apa ya sejarah dari busana ini?

Inibaru.id – Ada banyak jenis pakaian tradisional yang masih mudah ditemui di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya adalah surjan. Biasanya, pakaian ini dikenakan saat ada acara resmi atau budaya. Bahkan, ada yang menyebut pakaian ini dikenakan saat tradisi-tradisi Kejawen digelar. Padahal, sebenarnya pakaian ini dibuat oleh Sunan Kalijaga sebagai pakaian takwa alias untuk beribadah, lo.

Terkait dengan sejarah pakaian ini, bisa kamu temui dalam jurnal berjudul Invensi yang terbit pada edisi Juni 2017. Dalam jurnal tersebut, diungkap bahwa pakaian yang biasanya dikombinasikan dengan jarik dan blangkon ini dibuat Sunan Kalijaga dengan inspirasi ayat-ayat Suci Alquran. Jadi, diharapkan orang yang menggunakannya akan selalu ingat dengan Yang Maha Kuasa.

Saat kali pertama dibuat oleh Sunan Kalijaga, surjan yang juga memiliki nama lain pengageman takwa ini memakai motif lurik. Kata lurik sendiri berasal dari kata Bahasa Jawa ‘lorek’ yang berarti motif garis-garis. Motif ini dianggap sebagai simbol kesederhanaan. Menariknya, menurut KRJogja, (23/6/2016), garis-garis ini juga bisa menandakan jabatan penggunanya.

Jadi begini, semakin besar garis lurik, semakin tinggi jabatan pemakainya. Selain itu, ada juga motif kombinasi garis vertikal dan horisontal sehingga membuat motifnya jadi terlihat seperti kotak-kotak.

Selain motifnya yang khas, surjan juga punya desain yang unik, yaitu berupa atasan dengan lengan panjang dan bagian ujung bawah meruncing. Pada bagian leher, kamu bisa menemukan tiga pasang kancing. Filosofi dari enam buah kancing tersebut adalah melambangkan Rukun Iman yang juga berjumlah enam, Millens.

Surjan versi pertama memakai motif lurik. (Rebowagen/Agung)

Kamu juga bisa menemukan dua buah kancing di bagian dada kanan dan kiri. Kalau yang ini adalah lambang dari dua kalimat syahadat. Sementara itu, tiga buah kancing yang tertutup kain dan berada di dada bagian bawah menggambarkan nafsu manusia yang harus dikendalikan.

Baju ini populer di kalangan keluarga Kesultanan Mataram Islam. Bahkan, setelah Perjanjian Gianti memecah kesultanan tersebut menjadi Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta, pakaian ini tetap dipertahankan.

Selain di lingkup keraton, surjan juga banyak dikenakan masyarakat umum. Nah, untuk membedakan surjan yang dikenakan keluarga keraton dan warga biasa, terciptalah sebuah surjan khusus yang nggak boleh dipakai orang biasa, yaitu surjan ontokusuma. Surjan ini terbuat dari bahan spesial, yaitu sutera dan memiliki motif hiasan bunga yang khas.

Lambat laun, fungsi surjan yang awalnya dipakai sebagai baju takwa akhirnya berubah karena dianggap sebagai baju resmi. Fungsi baju takwa pun kini diganti dengan baju koko yang biasa dipakai masyarakat saat akan pergi ke masjid.

Menarik juga ya sejarah tentang surjan ini, Millens. Omong-omong, kamu punya baju ini di rumah, nggak? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024