Inibaru.id – Belum genap sebulan menjabat sebagai Menteri Sosial (Mensos), Saifullah Yusuf atau yang lebih akrab disapa dengan Gus Ipul menemukan fakta yang cukup miris, yaitu orang Indonesia ketergantungan bansos alias bantuan sosial. Bukannya membantu meningkatkan taraf hidup, Gus Ipul menyebut pemberian bansos justru bikin demotivasi. Dampaknya, banyak orang yang jadi memilih untuk menunggu pemberian bansos saja alih-alih bekerja dengan lebih keras.
Hal ini dia ungkap saat melakukan rapat kerja dengan anggota Komisi VIII DPR RI di Senayan, Jakarta, pada Selasa (12/112024) kemarin. Adanya temuan ini juga sudah disampaikan ke Presiden Prabowo Subianto agar bisa segera diatasi.
“Belakangan ada fenomena demotivasi akibat menikmati bansos. Ada ketergantungan penerima bansos,” ucap Gus Ipul sebagaimana dilansir dari Kompas, Rabu (13/11).
Lantas, apakah dengan adanya temuan ini kemudian bantuan sosial akan dihentikan? Nggak juga kok, Millens. Pasalnya, Presiden Prabowo langsung meminta Gus Ipul untuk memastikan bantuan sosial tepat sasaran, khususnya di bidang pendataan sehingga bisa memastikan kalau yang menerima memang membutuhkan bansos dan kemudian nggak menanti pemberian bansos setiap bulan.
Hal berikut yang dipesankan Presiden Prabowo ke Kemensos adalah diperlukannya kolaborasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial baik itu lembaga kementerian, pemerintah daerah, swasta, hingga badan-badan yang memang bergerak di bidang filantropi layaknya Baznas dan lain sebagainya.
Menurut Indonesia.go.id, Sabtu (18/5), daftar bansos pada Mei 2024, terdapat 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Mereka mendapatkan beras 10 kilogram setiap bulan. Selain mereka, ada juga penerima bansos yang masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Selain kedua program tersebut, terdapat bansos lain berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) Mitigasi Risiko Pangan berupa Rp200 ribu per bulan yang diberikan selama tiga bulan.
Khusus untuk PKH, penerima manfaat yang berupa ibu hamil atau yang sedang di masa nifas bisa mendapatkan Rp750 ribu per tahap atau Rp3 juta per tahun. Jika memiliki anak berusia 0-6 tahun, bakal mendapatkan bantuan dengan nilai yang sama. Sementara itu, jika anaknya sudah SD atau sederajat, bakal mendapatkan Rp225 ribu per tahap atau Rp900 ribu per tahun.
Selain itu, ada juga Bantuan Pangan Non-Tunai dengan besaran Rp200 ribu per bulan yang diberikan setiap dua bulan sekali dan Program Indonesia Pintar (PIP) yang berupa bantuan uang tunai bagi siswa atau mahasiswa dari keluarga miskin atau rentan miskin.
Wah, ternyata ada cukup banyak bansos di Indonesia, ya? Sayangnya, pihak Mensos malah menemukan bansos jadi bikin ketergantungan penerimanya. Kalau menurutmu, jika sudah sampai tahap ini, apakah pemberian bansos sebaiknya dilanjutkan atau dihentikan saja, nih? (Arie Widodo/E05)