BerandaTradisinesia
Selasa, 8 Mei 2023 19:00

Mengembalikan Sarung sebagai Fashion Sehari-hari di Kota Semarang

Peserta parade 'Sarungku Gayaku' ketika berjalan di catwalk di depan Taman Srigunting, Kota Lama. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Melalui parade 'Sarungku Gayaku', masyarakat Kota Semarang berupaya mengembalikan fungsi sarung sebagai fashion keseharian, alih-alih sebatas busana beribadah.

Inibaru.id - Sarung yang diyakini telah menjadi bagian dari negeri ini sejak diperkenalkan pedagang Arab dan Gujarat pada abad ke-14 terus mengalami perkembangan. Bukan dari segi bentuk, tapi dari motifnya yang menyesuaikan selera masyarakat Nusantara.

Di Lampung, misalnya, sarung bermotif ala kain tapis; sedangkan di Palembang dan Minangkabau laiknya songket. Ada pun di Jawa yang menjadi ihwal mula berkembangnya sarung di Nusantara, kain lebar berbentuk pipa ini bermotif batik, selain mempertahankan motif aslinya yakni kotak-kotak.

Oya, sarung saat ini lebih banyak menjadi pakaian beribadah untuk laki-laki muslim di Tanah Air. Padahal, zaman dulu sarung adalah busana sehari-hari laiknya futah untuk orang Yaman, yang dikenakan baik oleh laki-laki maupun perempuan.

Nah, upaya mengembalikan sarung sebagai busana sehari-hari pun belakangan mulai bergulir. Upaya ini salah satunya datang dari Semarang. Menyambut HUT ke-476 Kota Semarang, masyarakat Kota Lunpia mencoba mengampanyekan penggunaan sarung dalam keseharian melalui parade "Sarungu Gayaku" di kawasan Kota Lama, beberapa waktu lalu.

Diikuti Berbagai Kalangan

Suasana parade 'Sarungku Gayaku' di kawasan Kota Lama. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Kendaraan dilarang melintas di Jalan Letjen Suprapto, Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, sore itu. Tepatnya di depan Taman Srigunting, jalan yang membelah Kota Lama ini telah diubah menjadi catwalk. Para model dari pelbagai kalangan tampak berlenggak-longgok mengenakan sarung.

Mereka terdiri atas para ASN, pelajar, anggota komunitas, dan masyarakat umum. Sebagian dari mereka menjadikan sarung sebagai busana yang dipadukan dengan berbagai atasan, mulai dari kebaya hingga baju muslim. Namun, ada juga peserta yang menampilkan sarung sebagai outfit keseharian, seperti ke pasar.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menuturkan, sarung yang merupakan bentuk kearifan lokal adalah fesyen multifungsi. Kain yang dipakai dengan dibebatkan pada pinggang ini cocok dipakai dalam hal apa pun. Karenanya, ke depan dia berharap banyak orang akan mengenakan sarung.

"Tujuan parade sarung ini untuk mendongkrak UMKM. Semakin variatif (cara memakai sarung), potensi memaksimalkan kearifan lokal (berupa sarung) buatan para pelaku UMKM semakin besar," ungkap perempuan yang akrab disapa Ita tersebut dalam sambutannya.

Jadi Ikon Kota Semarang

Salah satu stand kain sarung dipajang di Gedung Oudetrap, Kota Lama. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Sekretariat Daerah Jateng Sumarno yang turut memberikan sambutan juga mengaku senang dengan adanya event tersebut. Dia memuji upaya yang dilakukan Semarang untuk menjadikan sarung sebagai busana sehari-hari.

"Setiap Kamis, kami di Pemprov Jateng mengenakan sarung di kantor. Menurut saya, sarung adalah bentuk kesetaraan karena bisa dipakai seluruh lapisan masyarakat," paparnya, yang segera disambut tepuk tangan meriah.

Sementara itu, Dian, peserta parade "Sarungku Gayaku" yang berasal dari Komunitas Diajeng Semarang (KDS) menyambut antusias event yang bisa dinikmati secara gratis itu. Sebagai pegiat budaya berkain dan berkebaya, acara ini bisa jadi edukasi bahwa sarung nggak sekadar outfit untuk beribadah.

"Keberadaan event ini membuat orang-orang lebih percaya diri tampil (bersarung) di depan publik," ungkap perempuan yang mengaku baru kali pertama mematut diri di atas catwalk tersebut. "Sarung harus jadi salah satu ikon fesyen Semarang dan semoga lebih sering ada acara beginian."

Dari segi ragam motif dan kemudahan untuk dipadu-padankan dengan segala busana, sarung memang menarik untuk dijadikan sebagai bagian dari busana keseharian. Kamu tertarik mengenakan sarung juga nggak, nih? (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Cara Bikin YouTube Recap, YouTube Music Recap, dan Spotify Wrapped 2025

5 Des 2025

Data FPEM FEB UI Ungkap Ribuan Lulusan S1 Putus Asa Mencari Kerja

5 Des 2025

Terpanjang dan Terdalam; Terowongan Bawah Laut Rogfast di Nowegia

5 Des 2025

Jaga Buah Hati; Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai hingga Awal 2026!

5 Des 2025

Gajah Punah, Ekosistem Runtuh

5 Des 2025

Bantuan Jateng Tiba di Sumbar Setelah 105 Jam di Darat

5 Des 2025

Warung Londo Warsoe Solo, Tempat Makan Bergaya Barat yang Digemari Warga Lokal

6 Des 2025

Forda Jateng 2025 di Solo, Target Kormi Semarang: Juara Umum Lagi!

6 Des 2025

Yang Perlu Diperhatikan Saat Mobil Akan Melintas Genangan Banjir

6 Des 2025

Tiba-Tiba Badminton; Upaya Cari Keringat di Tengah Deadline yang Ketat

6 Des 2025

Opak Angin, Cemilan Legendaris Solo Khas Malam 1 Suro!

6 Des 2025

Raffi Ahmad 'Spill' Hasil Pertemuan dengan Ahmad Luthfi, Ada Apa?

6 Des 2025

Uniknya Makam Mbah Lancing di Kebumen, Pusaranya Ditumpuk Ratusan Kain Batik

7 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: