BerandaTradisinesia
Minggu, 8 Jul 2023 11:37

Mengapa Kebanyakan Motif Sarung Kotak atau Garis?

Ilustrasi: Motif sarung kotak atau garis-garis. (YouTube/BOSS Ancor)

Sadar nggak, sebagian besar sarung yang kamu lihat di masjid memiliki motif kotak atau garis-garis? Apa ya penyebab populernya motif sarung ini?

Inibaru.id – Di Indonesia, sarung nggak hanya dikenal sebagai busana yang dipakai saat salat. Nyatanya, banyak orang, khususnya kaum laki-laki yang memakainya saat bersantai atau saat ada di acara-acara resmi. Sarung pun kini telah menjelma sebagai salah satu busana yang wajib dimilliki sebagian besar kaum Adam di Tanah Air.

Kalau kamu cermati, dari sekian banyak motif sarung yang tersedia di Indonesia, yang paling populer adalah motif sarung kotak atau garis-garis. Warnanya boleh berbeda-beda, tapi motif kotak atau garis-garis ini pasti yang paling sering kamu lihat di mana-mana.

Nah, sebelum jauh membahas alasan mengapa motif sarung seperti itu bisa sangat populer di Indonesia, kita bahas yuk seperti apa sejarah sarung di Tanah Air. Kalau menurut keterangan budayawan Ngatawi Al Zastrouw dari MAC UI, meski kini telah menjadi busana sehari-hari, sarung bukanlah asli Indonesia. Sarung yang kita kenal sekarang ini ternyata awalnya berasal dari Yaman, Millens.

“Awalnya sarung itu dari Yaman. Dulu produk mereka adalah yang paling unggul di seantero dunia. Tapi kemudian sarung dikenal di negara lain dan diproduksi dengan sentuhan budayanya masing-masing. Salah satunya adalah Indonesia,” ucapnya saat mengikuti Diskusi Terbuka Sarung Indonesia yang digelar di gedung Kemendikbud dan dilansir dari Liputan6, Jumat (1/3/2019).

Lantas, kok bisa akhirnya sarung sampai di Indonesia? Hal ini disebabkan oleh datangnya para pedagang dari Timur Tengah di Nusantara, khususnya pada masa Kerajaan Islam berjaya di sini. Karena nyaman dipakai, sarung pun dengan cepat disukai masyarakat Nusantara pada masa itu.

Sarung motif kotak. (Detik)

Tatkala Belanda menjajah Nusantara, sarung pun dianggap sebagai ‘pembeda’ sekaligus simbol perlawanan yang dikenakan kaum pribumi terhadap budaya barat yang terus diperkenalkan para penjajah pada masa itu.

Oleh karena itu, sampai sekarang, kaum laki-laki terbiasa memakai sarung untuk acara-acara resmi. Soalnya, sarung yang juga bisa dipakai untuk bersantai tetap dianggap sebagai busana yang menunjukkan identitas dan budaya yang ‘Indonesia banget’.

Balik lagi ke pertanyaan pertama. Mengapa motif sarung kotak dan garis-garis bisa begitu populer? Kalau soal ini, desainer terkemuka Samuel Wattimena punya jawabannya.

“Kalau diperhatikan ya motif kotak ini pasti dibatasi empat sisi garis. Ternyata, ada makna filosofisnya. Artinya adalah manusia harus tahu kalau keputusan yang mereka ambil bisa memberikan konsekuensi ke berbagai sisi. Jadi, manusia harus benar-benar matang dalam mempertimbangkan semua pemikiran, ucapan, hingga tindakannya,” ucapnya di acara yang sama.

Selain punya makna filosofi yang baik, motif kotak atau garis-garis dianggap sebagai pembeda dengan kain jarit yang banyak dikenakan perempuan sebagai bawahan pada zaman dulu. Kamu tahu kan kain jarit biasanya bermotif batik?

Nah, dengan memilih motif kotak atau garis-garis, siapa saja bisa dengan mudah membedakan sarung dan jarit sehingga nggak mungkin salah ambil meski ditempatkan di wadah atau lemari yang sama.

Kalau kamu, punya berapa nih sarung dengan motif kotak atau garis-garis di rumah, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024