BerandaTradisinesia
Jumat, 14 Sep 2023 19:45

Kampung Polowijan, Dulu Jadi Tempat Tinggal Abdi Dalem Penyandang Disabilitas

Kampung Polowijan di Yogyakarta. (Detik/Aniando Januar)

Sebelum berubah jadi kampung biasa yang dipenuhi banyak tempat makan, Kampung Polowijan dulu dikenal sebagai tempat tinggal para abdi dalem penyandang disabilitas. Seperti apa ya kisah dari kampung ini?

Inibaru.id – Para abdi dalem Keraton Yogyakarta biasanya tinggal di kampung-kampung yang nggak jauh dari bangunan keraton. Nah, nama-nama kampung tersebut biasanya disesuaikan dengan keunikan atau keahlian yang dimiliki para abdi dalem. Salah satunya adalah Kampung Polowijan, tempat di mana para abdi dalem penyandang disabilitas tinggal.

Lokasi Kampung Polowijan bisa kamu temui di Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton. Jaraknya hanya sekitar 800 meter di sisi barat daya dari bangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

“Dulu, Kampung Polowijan memang jadi tempatnya pada Abdi Dalem Polowijan yang punya tubuh kerdil, albino, bongkok, pincang, atau memiliki keistimewaan fisik lainnya,” ungkap Lurah Patehan Gunawan sebagaimana dikutip dari Detik, Rabu (6/9/2023).

Peran utama Abdi Dalem Polowijan adalah untuk selalu hadir dan mendampingi Sultan saat ada momen-momen istimewa seperti acara penobatan raja (jumeneng) atau grebeg. Para abdi dalem ini akan berjalan di belakang putra mahkota saat grebeg. Selain itu, mereka juga punya peran lain yaitu sebagai penasehat, penghibur, atau pelawak keraton.

Ciri khas dari abdi dalem yang dikenal dengan sebutan lain Cebolan Abdi Dalem adalah busananya berupa kain merah dengan motif bunga serta sabuk besar, bertelanjang dada, nggak memakai penutup kepala, dan mengenakan hiasan rambut yang terbuat dari bunga atau bulu.

Keberadaan mereka seringkali dikaitkan dengan para Punakawan alias Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong yang memang digambarkan punya bentuk fisik yang nggak biasa. Meski begitu, apa yang dikatakan para Punakawan itu selalu didengar oleh Sultan dalam mengambil keputusn-keputusan penting.

Kampungnya Sudah Berubah 

Kini, nggak banyak abdi dalem penyandang disabilitas yang masih tinggal di Kampung Polowijan. (Twitter/11Kraton)

Meski memiliki peran yang cukup penting dalam tradisi keraton, nyatanya status Abdi Dalem Polowijan dilebur menjadi Abdi Dalem Punakawan yang berarti para abdi dalem dari masyarakat umum dan Abdi Dalem Keprajan yang berstatus anggota TNI, Polri, atau PNS. Perubahan ini terjadi saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX memerintah (1940-1988).

Nggak hanya keberadaan status Abdi Dalem Polowijan yang kini sudah hilang, Kampung Polowijan yang dulu menjadi bukti bahwa Sultan memberikan kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk bisa mengabdi kepada kerajaan juga mengalami perubahan.

Di sana, kamu nggak akan lagi mudah menemukan penyandang disabilitas. Banyak yang tinggal di sana kini adalah warga biasa. Bahkan, kini kampung tersebut berubah menjadi pasar dan dipenuhi tempat makan.

“Polowijan statusnya sudah nggak lagi kampung. Bahkan rumah milik warga asli Polowijan kini disewakan menjadi kios atau tempat usaha lain ke orang dari kampung lain,” ungkap Gunawan.

Meski begitu, keberadaan Kampung Polowijan membuktikan bahwa penyandang disabilitas jika diperhatikan dan diberi kesempatan, juga bisa berdaya dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024