BerandaTradisinesia
Minggu, 11 Jul 2020 12:00

Jadi Teosof Bukan Berarti Meninggalkan Agama Asal

Para anggota Teosofi. (Inibaru.id/ Audrian F)

Orang awam mungkin bakal mengira kalau Teosofi semacam agama atau kepercayaan. Namun hal itu tertampik saat aku ikut perkumpulannya dan dijelaskan Teosofi itu seperti apa.<br>

Inibaru.id - Aku berani bilang kalau orang awam mungkin akan menganggap Teosofi adalah sebuah kepercayaan. Atau punya sejenis elemen-elemen sebagaimana agama atau kepercayaan yang lain lengkap dengan ritual, kitab, atau hal-hal yang harus diyakini. Aku awalnya termasuk yang mengira kalau ini adalah sebuah kepercayaan.

Barangkali pemahaman itu akan terbentuk kalau melihat Teosofi dari permukaan. Apalagi sanggar pertemuannya yang mirip seperti gereja semakin melekatkan anggapan ini.

Namun ternyata, semua terang ketika aku ikut perkumpulan Teosofi di Sanggar Wijaya Kusuma Jalan Panjaitan, Kota Semarang. Apa yang dijalankan oleh perkumpulan Teosofi, jauh dari yang dibilang dengan sebuah agama atau kepercayaan.

Theresia Yohana Ina nggak cuma aktif di Teosofi tapi juga di gereja. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Perkiraanku tadi banyak diluruskan oleh Theresia Yohana Ina, salah seorang anggota Teosofi Semarang. Dia sudah sejak muda ikut Teosofi. Setelah ngobrol banyak, dia mengungkapkan kalau Teosofi berperan dalam hidupnya.

Jujur di pertemuan itu aku berupaya mengulik apakah Teosofi ini sebuah kepercayaan. Ina pun langsung menampik. Teosofi bukanlah kepercayaan yang harus diyakini. Atau bakal menjauhkan jemaat dari agama yang dipeluk. Di sini tempat orang mempelajari segalanya berdasarkan religi, sains, dan filsafat.

“Bukan menjauhkan dari agama. Tapi malah membuat kita semakin mengenali agama kita,” kata Ina pada Jumat (3/7/2020).

Teosofi Semarang dari generasi ke generasi. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Bahkan Ina secara pribadi kurang sepakat kalau Teosofi masuk ke kategori kepercayaan dalam legalitas pemerintah. Katanya Teosofi bukan dogma.

Ina mengaku meskipun sudah hampir dua dekade lebih ikut Teosofi, bukan berarti dia meninggalkan agamanya.

“Saya aktif di Teosofi, aktif juga di gereja,” ungkapnya.

Kemudian yang harus dicermati, Teosofi nggak mengikat. Atau kalau kamu ikut perkumpulannya, otomatis, kamu harus menjadi bagian dari mereka. Sama sekali nggak kok.

Kata Ina, Teosofi nggak mengikat. Di sini hanya ada orang yang murni ingin belajar. Karena itu, jemaat perkumpulan dibedakan menjadi 2. Anggota dan simpatisan. Anggota berarti pengurus inti, sementara simpatisan hanya mereka yang datang saja untuk belajar.

Teosofi nggak juga mengikat. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Pernyataan kalau meski ikut Teosofi tapi nggak meninggalkan agama aslinya juga terlontar dari Adi Suswoyo. Laki-laki 64 tahun ini datang dengan atribut peci, berpakaian rapi, dan berikat pinggang.

Dia pun juga mengaku kalau tetap menjalankan salat, puasa, dan ibadah lain. Dia adalah orang yang sebagian besar pemikirannya mungkin sudah banyak terilhami Teosofi. Adi nggak lagi "menyiksa" hewan, setelah dia sempat menyinggung ibadah penyembelihan hewan korban.

“Tapi kan saya nggak bisa seenaknya berkomentar. Itu sudah menjadi bagian dari tradisi keagamaan. Boleh nggak setuju, namun tetap harus paham situasi. Jangan merasa sok benar,” pungkasnya.

Jadi, yang harus dipahami, Teosofi bukan kepercayaan yang mengikat ya, Millens. Semua kembali pada kepercayaan masing-masing dan pemikiran yang merdeka. Menarik ya? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024