BerandaTradisinesia
Senin, 24 Feb 2019 15:02

Enggan Lupakan Balo-Balo, Seni Rakyat Tegal yang Kerap Bikin Terpingkal

Kesenian Balo-balo khas Tegal. (Warta Bahari)

Murni menggunakan bahasa Jawa logat Tegal, seni rakyat ini memadukan antara lakon, musik, dan gerak tari untuk menciptakan suatu pertunjukan. Kesenian ini bahkan sempat menjadi primadona bagi warga setempat.

Inibaru.id - Tangi menyat goleti jungkat. Maring mburi barang-barang pating mbesasat. Golet sing wadon eh gadine minggat. Ninggal surat jebule njaluk dipegat.

Penggalan syair lagu berjudul “Nasib Kuli” itu cukup familiar di telinga masyarakat Tegal, khususnya di wilayah pedesaan. Syair bernada humor tapi satire itu kurang lebih artinya begini: “Bangun tidur mencari sisir, ke belakang barang-barang berantakan, mencari istri eh jadinya minggat, meninggalkan surat ternyata minta diceraikan”.

Lagu itu adalah bagian dari kesenian Balo-Balo di Tegal. Ketua Paguyuban Seni Balo-Balo Kota Tegal Suwadi, dikutip dari Wartabahari.com, mengatakan, dirinya kadang menyanyikan lagu tersebut saat pentas. Bersama kesenian Balo-balo di Kelurahan Muarareja, grupnya yang terbentuk pada 2014 kerap diundang Pemerintah Daerah (Pemda) setempat untuk penyambutan tamu.

Balo-Balo merupakan seni tradisional asal Tegal yang sejatinya sudah menjadi bagian dari masyarakat setempat sejak lama. Seni rakyat ini memadukan musik, tari, dan lakon dalam pementasan. Lantaran kalah dengan seni modern, seni Balo-Balo yang biasa mengiringi Mantu Poci perlahan tergerus zaman. Kendati begitu, kini mulai banyak anak muda yang nguri-uri kesenian tersebut.

Seperti ditulis Budayajawa.id, istilah balo-balo berasal dari kata “bolo-bolo”, yang berarti kawan-kawan. Sementara, Balo-Balo Mantu Poci adalah pertunjukan seni rakyat yang memadukan unsur musik Balo-Balo dengan cerita mantu poci.

Konon, kesenian Balo-Balo yang telah ada sejak penjajahan Belanda itu semula digunakan sebagai sarana syiar atau dakwah agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kesenian ini justru digunakan untuk mengelabuhi para penjajah.

Ketika para pejuang berkumpul menyusun strategi melawan penjajah, warga lain berkerumun sembari menabuh rebana dan asyik berdendang. Ini membuat para penjajah nggak curiga dan menganggap warga sedang bersenang-senang menggelar hiburan.

Kini, Balo-Balo digelar untuk menjalin komunikasi antarwarga. Lantunan syair yang dituturkan para lakon menggunakan dialek Tegal deles (asli), tanpa unsur bahasa Indonesia maupun bahasa daerah lain. Lagu tersebut dinyanyikan dengan iringan perkusi. Adapun pengiring syair puja, puji, kritik, serta guyon wangsalan khas Tegal itu adalah musik rebana, kendang, gending slendro, bas, serta gitar.

Dalam pentas, tak jarang penonton tebahak atau bertepuk tangan di tengah alunan musik gending-gending tegalan yang dinamis. Tabuhan kendang Jawa dan petikan bas juga semakin bikin hati berdesir. Duh, syahdunya! (IB20/E04)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Perjalanan Kasus Korupsi Wali Kota Semarang sebelum Resmi Jadi Tersangka KPK

20 Feb 2025

Tiongkok Buka Lowongan 'Pasukan Pertahanan Planet': Cegah Asteroid Hantam Bumi

20 Feb 2025

Mudik Gasik, Kebiasaan Unik Warga Kampung Satai di Boyolali Sambut Sadranan

20 Feb 2025

Operasi Pasar GPM Digelar Pemerintah Jelang dan Selama Ramadan 2025

20 Feb 2025

'Kabur Aja Dulu' adalah Autokritik untuk Kebijakan yang Lebih Baik

20 Feb 2025

Profil Sukatani, Band Purbalingga yang Tarik Lagu karena Dianggap Singgung Polisi

21 Feb 2025

Tidak Ada Lagi Subsidi BBM pada 2027, Klaim Luhut Binsar Pandjaitan

21 Feb 2025

Mengapa Huruf N pada Tulisan Nutella Berwarna Hitam?

21 Feb 2025

Polda Jateng Gelar Ramp Check di Mangkang: Uji Emisi dan Cek Fasilitas Keselamatan

21 Feb 2025

Di Masjid Sheikh Zayed Solo Kamu juga Bisa Cari Jodoh!

21 Feb 2025

Serunya Menonton Pesawat Lepas Landas dan Mendarat di Gardu Pandang YIA Kulon Progo

21 Feb 2025

UMKM Perlu Prioritaskan Pajak dan Legalitas untuk Hindari Risiko Kerugian

21 Feb 2025

Faceless Content: Solusi bagi Introvert yang Ingin Menjadi Kreator

21 Feb 2025

Sejarah Kode ACAB yang Kembali Populer setelah Klarifikasi Sukatani

22 Feb 2025

Viral Band Sukatani Minta Maaf dan Tarik Lagu, Polda Jateng Klaim Menghargai Kebebasan Berekspresi

22 Feb 2025

Warteg Warmo, Lokasi yang Jadi Inspirasi Lagu 'Begadang' Rhoma Irama

22 Feb 2025

Memahami Rasa Trauma dan Duka Mendalam lewat Film 'The Graduates'

22 Feb 2025

Sejarah Nama Kawasan Kalibanteng di Kota Semarang

22 Feb 2025

Janji Bupati; Rembang Fokus Tingkatkan Layanan Kesehatan, Kendal Lanjutkan Pembangunan

22 Feb 2025

Haruskah Ikut Campur Jika Teman Mengalami Kekerasan dalam Hubungan?

23 Feb 2025