BerandaTradisinesia
Rabu, 19 Nov 2024 09:16

Dua Sisi Fenomena Ulat Pohon Jati di Gunungkidul, Ditakuti Sekaligus Dinanti

Fenomena ulat jati di Gunungkidul, menggantung di jalanan dan bikin resah pengendara sepeda motor. (Detik/Ainur Rofiq)

Banyak menggelantung di jalanan, ulat jati di Gunungkidul bikin takut sejumlah pengendara sepeda motor. Ada yang sampai membawa tongkat kecil saat berkendara demi menghalaunya.

Inibaru.id – Dalam beberapa hari belakangan, di sejumlah media sosial seperti X, Instagram, atau TikTok viral video yang menunjukkan pengguna sepeda motor di Gunungkidul Yogyakarta ketakutan gara-gara fenomena ulat pohon jati yang bergelantungan di jalanan. Saking banyaknya ulat yang menggantung, posisinya bisa sampai sangat dekat dengan pengguna sepeda motor hingga bikin geli.

Ada juga yang memakai jas hujan karena nggak pengin lendir ulatnya sampai menempel di pakaian sebab sulit untuk dihilangkan. Ada yang bahkan berkendara dengan memakai tongkat kecil dari ranting pohon. Jadi, satu tangan dipakai untuk mengatur gas sekaligus mengendalikan stang sepeda motor, sementara tangan lainnya berperan seperti wiper, yaitu mengayun-ayunkan tongkat tersebut demi menghilangkan ulat jati yang bergelantungan di depan mata.

Salah satu warga Kalurahan Selang, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul bernama Wirawan mengakui hal tersebut. Laki-laki yang ngekos di Kota Yogyakarta dan pulang kampung pada Sabtu dan Minggu (16-17/11/2024) kemarin mengaku geli setiap kali berkendara di dekat dengan pohon jati karena banyaknya ulat yang bergelantungan di jalan.

“Geli banget. Kalau ditrabas bisa-bisa ulatnya nempel di helm, di baju. Nggak berbahaya memang, tapi bikin geli dan takut aja. Kemarin sempat ngelihat ada beberapa pengendara perempuan sampai menjerit dan nangis saking banyaknya ulat,” ucap Wirawan via pesan WhatsApp, Senin (18/11).

Wirawan dan warga Gunungkidul lainnya sebenarnya nggak asing dengan fenomena ulat pohon jati yang disebut dengan ulat besi ini. Soalnya, fenomena ini terjadi sekali dalam setahun, tepatnya saat daun jati mulai rontok pada awal musim hujan.

Meski begitu, yang namanya ulat memang bikin takut atau geli banyak orang. Makanya, fenomena ini sampai viral di media sosial, Millens.

Dinanti Warga Setempat

Warga Gunungkidul mencari ulat jati untuk dijadikan makanan. (Suryapos/BLY)

Yang menarik, meski bikin takut, nyatanya ada sebagian warga Gunungkidul lain yang justru menanti fenomena ulat jati ini. Pasalnya, mereka jadi punya bahan makanan untuk dijadikan camilan atau lauk gratis. Yap, kamu nggak salah baca, ulat jati atau kepompongnya bisa dijadikan makanan di Gunungkidul.

Jika di jalanan banyak orang yang berusaha sebisa mungkin nggak terkena ulat jati, warga Padukuhan Mokol di Kalurahan Selang malah mendatangi dan mengecek tumpukan daun kering bahkan sengaja memanjat pohonnya. Begitu menemukan ulat atau kepompong, langsung mereka masukkan ke dalam kantong plastik.

“Banyak warga yang melakukannya karena fenomena ini kan cuma ada setahun sekali. Ngambil kepompong atau ulatnya pakai tangan atau alat sederhana lain. Kalau sudah terkumpul banyak, tinggal dicuci dengan air panas lalu dibacem. Setelah itu ulat dan kepompongnya tinggal digoreng,” ucap salah seorang warga setempat, Ratih sebagaimana dilansir dari Idntimes, Senin (18/11).

Selain dijadikan lauk atau camilan sendiri, Ratih menyebut olahan kepompong jati ternyata bisa dijual dengan harga mahal, yaitu Rp100 ribuan per kilogram. Hm, ternyata bikin cuan ya?

Unik banget fenomena ulat pohon jati di Gunungkidul ini. Kalau kamu, jadi tim yang bakal ketakutan atau geli pas melihatnya atau malah antusias untuk mengumpulkannya seperti warga Gunungkidul nih, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Polda Jateng Perkuat Pengamanan Logistik Pemilu di KPU

7 Nov 2024

Secuil Sejarah Kesultanan Cirebon di Candi Poh Brebes

7 Nov 2024

Sejarah Unik Lokasi dengan Nama Terpanjang di Dunia yang ada di Selandia Baru

7 Nov 2024

November Awal Musim Hujan, BMKG: Waspada Ancaman Banjir!

7 Nov 2024

Alasan Lagu 'APT' Rose dan Bruno Mars Haram Diputar Pelajar di Korea

7 Nov 2024

Keseriusan Langkah Pemerintah dalam Menangani Judi Online Masih Dipertanyakan

7 Nov 2024

Bersantai Sore di 'Comfort Zone' Taman Balai Jagong Kudus

7 Nov 2024

Andal dan Ramah Lingkungan, Layanan Logistik KAI Daop 4 Semarang

7 Nov 2024

Apakah Pasangan dengan Love Language Berbeda Bisa Langgeng?

7 Nov 2024

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024