BerandaTradisinesia
Selasa, 3 Okt 2022 17:05

Dua Hukum yang Berlaku di Kesultanan Demak

Solokantoro dan Angger-Angger Surya Alam, dua hukum yang berlaku di Kesultanan Demak. (Facebook/Susilatama)

Aturan hukum yang berlaku di Kesultanan Demak pada masa lalu bertumpu pada hukum Islam. Kira-kira, seperti apa ya aturan tersebut?

Inibaru.id – Jauh sebelum Indonesia menggunakan UUD 1945 sebagai dasar hukum negara, Indonesia sudah mengenal berbagai macam hukum. Aturan-aturan ini diterapkan pada setiap kerajaan atau kesultanan yang eksis di masanya.

Salah satu aturan negara yang cukup populer adalah yang diterapkan oleh Kesultanan Demak. Pada saat kerajaan yang ada di Pantura ini berjaya, ada dua kitab hukum yang digunakan, yaitu Solokantoro dan Angger-Angger Surya Alam. Keduanya memakai dasar aturan Islam.

Aturan ini dibuat saat Kesultanan Demak dipimpin oleh Sultan Fatah. Saat itu, proses pembuatan aturan hukum ini dibantu oleh Wali Songo yang memahami hukum Islam.

Raden Fatah, sultan Kesultanan Demak yang membentuk undang-undang bersama para Wali. (Facebook/Amirul Damier)

Serat Solokantoro

Solokantoro berisi tentang peraturan pemerintah dan struktur organisasi pemerintahan di Kesultanan Demak. Kitab ini mengatur tentang bagaimana kewajiban dan hak para pejabat dan pegawai kerajaan, Millens.

Sebagai contoh, dalam kitab ini, peran para Wali di Kesultanan Demak dijabarkan. Mereka bisa berperan sebagai pujangga, ngiras, kinarya, pepunden, jaksa yang mengku perdata, atau sebagai karyawan terhormat. Intinya, para Wali selalu mengawasi raja dalam menjalankan roda kepemimpinannya.

Kalau dibandingkan dengan struktur pemerintahan sekarang, peran para Wali mirip dengan Dewan Pertimbangan Agung, Jaksa Agung atau Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Serat Angger-Angger Suryangalam

Sementara itu, Angger-Angger Suryangalam merupakan undang-undang resmi Kesultanan Demak yang berisi tentang ketentuan perdata, pidana, dan hukum acara. Dalam naskah Serat Angger-Angger Suryangalam, dijelaskan bahwa hukum yang berlaku di Kesultanan Demak berdasarkan hukum Islam dengan berpegang pada Al-Qur’an dan Hadis.

Setidaknya ada 19 pasal dalam Serat Angger-Angger Suryangalam ini. Berikut adalah rinciannya:

1. Peraturan umum tentang bebasnya anak dibawah umur 10 tahun atau yang belum baligh dari hukum dan ketentuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan denda.

2. Astodusto, hukuman yang menyangkut delapan jenis tindakan melukai dan membunuh orang.

3. Kawula, hukum tentang aturan hamba sahaya (budak) yang menyangkut asal-usul dan perlakuannya.

4. Astocorah, hukum yang berhubungan dengan delapan jenis pencurian dengan hukuman mulai denda, potong tangan, potong kaki, sampai hukum mati (hudud).

5. Sahaso, hukum yang menyakut penistaan dengan sanksi berupa denda, hukuman badan, penjara, hingga hukuman mati.

6. Adol Tinukum, hukum yang menyangkut jual beli.

7. Sando, hukum yang berhubungan dengan masalah pegadaian.

8. Ahutang-phihutang, hukum masalah utang piutang.

9. Titipan, hukum yang menyangkut masalah barang titipan baik berupa perkakas, harta benda maupun hewan peliharaan.

10. Tukon, hukum yang mengatur masalah mas kawin yang dinilai dari jumlah, pengembalian oleh pihak wanita apabila terjadi pembatalan.

11. Kawarangan, hukum yang mengatur masalah perkawinan,

12. Paradoro, hukum yang mengatur perbuatan mesum, pelecehan seksual, dan pemerkosaan, dengan sanksi yang rendah hingga hukuman mati.

13. Dwere kaliliran, hukum masalah pembagian harta waris.

14. Wakporusyo, hukum tentang masalah caci maki dan penghinaan sesama penduduk.

15. Dandoparusyo, hukum tentang tindak kekerasan terhadap manusia dan hewan.

16. Kagelalehan, hukum yang mengatur tentang kelalaian yang mengakibatkan orang lain celaka.

17. Atukaran, hukum tentang perselisihan dan perkelahian secara terbuka.

18. Bhumi, hukum yang mengatur tentang kepemilikan dan penggarapan sawah, perkebunan perikanan, dan sewa menyewa.

19. Duwilatek, hukum tentang fitnah menfitnah.

Ternyata hukum di Kesultanan Demak cukup menarik ya, Millens? (Isl, Alm/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024