BerandaTradisinesia
Selasa, 19 Mar 2018 06:00

Dakon, Permainan Tradisional yang Hampir Punah

Dakon, Permainan Tradisional yang Hampir Punah

Permainan dakon (sayangianak.com)

Permainan tradisional kita ini konon sudah berusia tua. Dikenalkan oleh para pedagang Arab yang ke Nusantara, permainan dakon menurut para arkeolog telah ada sejak zaman Mesir kuno.

Inibaru.id – Tahu permainan unik bernama dakon? Ini adalah jenis permainan yang dapat dimainkan oleh anak-anak laki-laki maupun perempuan, bahkan dewasa. Tapi umumnya, permainan ini lebih sering dimainkan anak-anak perempuan. Bahkan, permainan dakon ini menjadi salah satu permainan favorit anak perempuan dari kalangan ningrat dan bangsawan keraton. Sayang, seiring perkembangan zaman, permainan tersebut lambat laun mulai nggak dikenal lagi oleh generasi sekarang.

Dakon sebenarnya adalah alat untuk bermain congklak yaitu berupa papan yang umumnya terbuat dari kayu. Ukuran papannya memiliki panjang 50 cm, lebar 20 cm, dan tebal 10 cm. Bagian atas kayu ini diberi lubang dengan diameter 5 cm dan 3 cm dalamnya. Jumlah lubang dakon minimal 14 buah, terdiri atas 12 lubang kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang besar dikedua sisinya.

Selain papan permainan, dibutuhkan juga biji dakon dalam memainkannya. Biji dakon bisa menggunakan sejenis cangkang kerang, biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan, atau batu-batu kecil.

Selain dakon, permainan tradisional ini di Indonesia juga memiliki banyak nama lain. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congklak, dakon, dhakon atau dhakonan. Di beberapa daerah di Sumatera yang berkebudayaan Melayu, permainan ini dikenal dengan nama congkak. Di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban, sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan beberapa nama: mokaotan, maggaleceng, aggalacang, dan nogarata. Permainan ini di Malaysia juga dikenal dengan nama congkak, sedangkan dalam bahasa Inggris permainan ini disebut mancala.

Baca juga:
Sucikan Diri dan Alam melalui Upacara Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan
Menumbuhkan Sportivitas melalui Permainan Betengan

Melansir mbaksyahdu.com, konon permainan ini kali pertama masuk ke Indonesia dibawa pendatang Arab. Berdasar hasil penelitian, para arkeologi dan beberapa ahli percaya bahwa permainan ini berasal dari Timur Tengah dan menyebar dari sana ke Afrika. Kemudian, penyebaran permainan ke Asia oleh pedagang Arab. Ke Karibia permainan itu dikenal sekitar 1640 melalui perdagangan budak Afrika.

Murray, seorang Sarjana Arkeologi mencatat dan menelusuri asal usul permainan tersebut sampai ke Mesir kuno. Pada Kekaisaran Umur (sekitar 15 sampai abad 11 SM) sudah terdapat permainan pada zaman tersebut. Banyak ahli menduga bahwa dakon mungkin sebenarnya papan permainan tertua yang pernah ada.

Biasanya permainan ini dilakukan oleh dua orang, tapi jika banyak pemain, giliran dibuat sesuai dengan kesepakatan bersama. Jumlah biji dakon juga nggak ditentukan. Ini disesuaikan kondisi dan kesepakatan para pemain.

Lalu, bagaimana cara memainkannya? Mengutip ragamseni.com, aturan permainannya beragam, namun yang biasa dimainkan, satu pemain hanya memiliki satu lumbung dan harus diisi dalam setiap kali berputar. Pada awal main, setiap lubang diisi dengan 7 buah biji dakon kecuali lubang besar.

Seperti biasa hompimpa dulu untuk menentukan siapa yang menang, dia bebas mengambil biji dakon. Isi bijinya diambil dan dibagi satu-satu ke lubang searah jarum jam, bila dia habis di lubang yang berisi biji dakon, dia bisa lanjut membagikan biji dakon ke setiap lubang, hingga akhirnya berhenti di lubang yang kosong. Bila dia berhenti di lubang wilayahnya, dia bisa mengambil semua biji dakon yang dihadapannya ( biji dakon lawan ) lalu disimpan di lubang besar. Bila dia berhenti di lubang kosong lawan, dia nggak mendapat apa-apa dan giliran lawannya yang bermain. Seperti itu seterusnya.

Permainan dianggap selesai apabila salah satu pemain sudah nggak ada biji lagi yang dapat diambil (seluruh biji ada di lubang besar disisi kanan dan kiri pemain). Pemenang ditentukan dengan yang mendapatkan biji terbanyak.

Baca juga:
Keseruan Main Gobak Sodor
Filsafat Hidup dalam Permainan Tradisional Cublak-cublak Suweng

Selain menyenangkan, permainan ini punya nilai positif, lo. Selain sebagai hiburan, dari permainan ini para pemainnya juga belajar tentang kejujuran, melatih kecerdasan berhitung serta strategi. Hmm, jadi nggak sekadar asal main saja.

Di Indonesia, permainan dakon bisa dikatakan sudah jarang sekali dimainkan. Kebanyakan sudah beralih ke dunia digital dan gadget. Padahal mengutip laman umy.ac.id, anak-anak muda Bulgaria banyak yang menyukai permainan tradisional Indonesia, seperti dakon. Setiap setahun sekali, KBRI selalu mengadakan festival kebudayaan Indonesia. Setiap kali festival itu diadakan pesertanya selalu banyak, khususnya dari kalangan anak-anak. Mereka juga terlihat sangat tertarik mempelajari dan memainkan mainan tradisional Indonesia seperti dakon.

Wah, kalau mereka saja menyukainya, kenapa kita nggak? Yuk, lestarikan permainan tradisional Indonesia. Jangan mau kalah sama negara lain. (ALE/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025