BerandaTradisinesia
Rabu, 19 Apr 2022 13:05

Cerita Kiai Hasan Munadi, Dari Demak Bintoro hingga Desa Nyatnyono

Makam Kiai Hasan Munadi dan Putranya, Hasan Dipuro yang terletak tidak jauh dari pusat kota. (Twitter/Ungaran_Wisata)

Hasan Munadi dikenal sebagai salah satu tumenggung di Kerajaan Demak yang cukup terkemuka. Namun, dia memilih untuk meninggalkan jabatannya demi menyebarkan agama Islam di Desa Nyatnyono, Ungaran, Kabupaten Semarang. Peninggalannya pun kini jadi salah satu objek wisata religi populer bagi para peziarah.

Inibaru.id – Ungaran adalah ibu kota dari Kabupaten Semarang yang memiliki banyak destinasi wisata menarik. Selain objek wisata alam dengan pemandangan indah, Ungaran juga punya objek wisata religi, lo. Salah satunya adalah Makam Kiai Hasan Munadi.

Makam Kiai Hasan Munadi terletak di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Makam ini menjadi salah satu tujuan populer para peziarah selain makam para Wali Sanga. Di kompleks yang sama, juga terdapat makam putra dari Kiai Hasan Munadi, Hasan Dipuro.

Biasanya, puncak jumlah kunjungan peziarah terjadi pada malam selikuran atau malam ke 21 pada bulan Ramadan.

Alasan Kiai Hasan Munadi datang ke Ungaran

Menurut cerita, Kiai Hasan Munadi bukanlah nama aslinya. Ia memiliki nama asli Bambang Kertonadi. Nama Hasan Munadi adalah julukan yang diberikan oleh Sunan Ampel ketika beliau berkunjung ke Demak dan mendengar suara azan yang merdu. Hasan memiliki arti bagus, sedangkan Munadi berarti orang yang mengumandangkan azan.

Kiai Hasan Munadi adalah seorang Tumenggung dari Kerajaan Demak pada masa kepemimpinan Raden Patah. Ia memimpin tentara Kerajaan Demak melawan siapapun yang pengin menggoyahkan kerajaan. Karena alasan inilah, dia dikenal sebagi pemimpin pemberani, bijaksana, berwibawa, dan sakti.

Bentuk Makam Kiai Hasan Munadi (Facebook/DaniAn)

Pada waktu itu, beliau melihat kondisi penduduk Ungaran masih banyak yang hidup dalam kegelapan iman. Mereka belum mendapat petunjuk yang benar dalam hal beribadah kepada Sang Maha Pencipta. Selain itu, masih banyak dari mereka memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Mengetahui hal tersebut, Hasan Munadi mengundurkan diri dari jabatannya dan kemudian meninggalkan kerajaan. Dia pun bertekad untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang benar ke Ungaran.

Hasan Munadi kemudian memusatkan penyebaran agama di Desa Nyatnyono. Kegigihannya melakukan syiar membuat desa ini akhirnya jadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya, Millens.

Sendang yang tidak pernah kering meski kemarau panjang (Twitter/Ungaran_ Wisata)

Peninggalan Kiai Hasan Munandi

Nggak hanya berziarah ke makam Kiai Hasan Munandi, biasanya para peziarah juga mengunjungi Sendang Kalimah Tayyibah yang letaknya nggak jauh dari makam. Air dari sumber mata air itu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Konon, penamaan Sendang Kalimah Tayyibah disebabkan oleh kepercayaan bahwa jika seseorang pengin mendapatkan khasiat dari air itu untuk hajat tertentu, harus membaca dua kalimat syahadat dulu sebelum mengambilnya.

Oya, di desa Nyatnyono juga bisa dijumpai bangunan peninggalan dari Kiai Hasan Munadi. Bangunan tersebut adalah Masjid Subulassalam Nyatnyono atau lebih dikenal sebagai Masjid Karomah Hasan Munandi. Ada kabar kalau masjid ini usianya lebih tua dari masjid Agung Demak, lo, Millens. (Sua, Tra, Sar/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024