BerandaTradisinesia
Sabtu, 9 Feb 2024 19:20

Cerita Kabupaten Pati yang Terkait dengan Dawet dan Kemiri

Situs Kemiri di Pati. (Tic.patikab)

Sekilas, nama Pati bisa diartikan sebagai kematian. Tapi, sejarah Kabupaten Mati justru terkait dengan penganan, tepatnya dawet dan kemiri. Seperti apa ya ceritanya?

Inibaru.id – Kabupaten Pati dikenal sebagai salah satu wilayah yang dilalui jalur Pantura Jawa Tengah. Jika menilik namanya, “Pati” bisa diartikan sebagai “mati” atau "kematian". Tapi, sejumlah pakar sejarah justru menyebut sejarah asal-usul kabupaten ini sama sekali nggak terkait dengan kematian, melainkan dengan dawet dan kemiri. Kok bisa?

Terkait dengan hal ini, kita bisa menilik situs Kemiri yang ada di Desa Sarirejo, Kecamatan Pati. Kalau dari Alun-alun Pati, situs ini berjarak sekitar 2 kilometer ke arah timur laut. Di situs tersebut, kamu bisa menemui sebuah genuk atau gentong. Konon, gentong tersebut dulu dipakai sebagai penampung air wudhu sejak zaman kerajaan, Millens.

Lokasi situs Kemiri tersebut diyakini terkait dengan cikal bakal Kabupaten Pati. Hal inilah yang diungkap juru kunci situs tersebut, Legiman. Menurut yang dia ketahui, cerita tentang genuk Kemiri dan asal mula Pati bisa dirunut jauh hingga ke 1294 Masehi.

“Pas 1294, wilayah sini masih hutan belantara. Lalu datanglah Raden Kembangjoyo yang pengin membabat hutan di sini untuk dijadikan permukiman,” jelas laki-laki yang kini berusia 71 tahun tersebut sebagaimana dilansir dari Detik, Sabtu (21/1/2023).

Setelah tugasnya membabat hutan selesai, dia masih belum tahu harus dinamai apa wilayah yang dia buka tersebut. Saat sedang jalan-jalan, Raden Kembangjoyo menemui pasangan suami istri penjual dawet bernama Kiai dan Nyai Cekong. Dawetnya disimpan di dalam sebuah genuk. Dia penasaran mencicipi setelah melihat banyaknya orang yang membeli minuman tersebut.

Genuk kemiri yang ada di Situs Kemiri. (Sinaujawa)

Tatkala memesan, Raden Kembangjoyo sempat bertanya dengan bahan-bahan dari minuman tersebut. Nah, Nyai Cekong sempat menyebut dua bahan utama, yaitu pati dan santan.

“Setelah tahu bahan dari dawet yang memuaskan dahaganya tersebut, Raden Kembangjoyo kemudian bersabda kalau wilayah yang baru saja dia buka setelah babat alas bakal diberi nama Kadipaten Pati Pesantenan yang diambil dari bahan dawet, yaitu pati dan santan,” ungkap Legiman.

Mengenai lokasi di mana Kiai dan Nyai Cekong berjualan, Raden Kembangjoyo menyebut lokasi tersebut diberi nama Desa Kemiri. Alasannya. Saat Nyai Cekong mengupulkan bumbu masak, ada kemiri yang terjatuh.

Memang, kini nama Desa Kemiri nggak digunakan karena status pemerintahannya berubah menjadi dukuh di bawah pemerintahan Desa Sarirejo. Tapi, nama Pati Pesantenan tetap digunakan sampai kemudian akhirnya yang digunakan hanyalah Pati.

Nah, kabarnya, genuk yang ada di situs Kemiri ini sudah eksis sejak masa Kembangjoyo membabat alas di Desa Kemiri. Hm, usianya cukup tua, ya?

Nggak disangka ya, Millens. Ternyata sejarah Pati cukup menarik karena justru terkait dengan sejumlah bahan makanan. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024