BerandaTradisinesia
Minggu, 12 Feb 2022 20:39

Bagaimana Majapahit Menghukum Pelaku Pelecehan Seksual?

Bagaimana Majapahit Menghukum Pelaku Pelecehan Seksual?

Candi Bajang Ratu, gapura megah milik Majapahit. (Pinterest/ Yacob Wijaya)

Sanksi denda hingga hukuman mati menjadi bukti Majapahit selalu menindak keras dan tegas pelaku pelecehan seksual. Nah, apa saja ya yang tertulis di dalam undang-undang Majapahit terkait dengan tindakan kriminal ini?

Inibaru.id - Majapahit nggak hanya dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara. Realitanya, kerajaan ini memiliki sistem pemerintahan dan peraturan yang menarik. Bahkan, peraturan yang mereka buat sampai sangat rinci dalam hal menghukum pelaku pelecehan seksual, lo.

Kalau kamu menilik Prasasti Bendasari yang ditulis pada masa pemerintahan Rajasanagar serta Prasasti Trowulan yang dibuat pada 1358 M, disebutkan adanya kitab hukum bernama Kutara Manawa atau Kutaramawadharmasastra.

Isi kitab hukum tersebut sangat lengkap, termasuk mengatur berbagai hal terkait perbuatan asusila (paradara). Omong-omong, sebutan paradara ini bisa diartikan sebagai perbuatan yang kurang senonoh kepada istri orang lain serta para gadis. Meski begitu, istilah ini lebih erat ditujukan kepada tindakan nggak baik ke perempuan yang telah menikah.

Setidaknya ada 17 pasal dalam kitab undang-undang tersebut yang mengatur kehidupan keluarga atau perkawinan sekaligus mengatur hubungan perempuan dengan laki-laki. Aturan ini pun secara keras dan tegas menghukum pelaku-pelaku perbuatan asusila dengan denda, pemotongan tangan pelaku yang berakhir dengan pengusiran dari desa setempat, hingga hukuman mati.

Dari 17 pasal tentang paradara, yuk simak sanksi apa saja yang diberikan Majapahit untuk menghukum pelaku pelecehan seksual berikut ini.

Pasal 198

Kalau ada pria menjamah istri orang lain, dikenakan denda dua laksa yang diberikan ke suaminya. Jika sang perempuan berasal dari kalangan kelas atas atau menengah, dendanya selaksa. Jika dari kalangan bawah, dendanya lima tali. Bahkan jika pelaku tertangkap basah oleh sang suami, boleh dibunuh, lo.

Pasal 199

Barang siapa meniduri istri orang lain setelah mengikutinya sampai di rumah perempuan itu dan sudah berniat melakukannya sebelumnya, dikenakan pidana mati oleh raja yang berkuasa.

Prasasti Trowulan (1358 M) yang kini menjadi peninggalan Majapahit (Kompasiana)

Pasal 200

Barang siapa yang pergi ke tempat tidur perempuan yang telah bersuami dengan maksud menidurinya, didenda dua laksa. Jika perempuan itu mampu meloloskan diri dari pelaku, denda tersebut diserahkan kepada sang suami sebagai penebus hidupnya. Apabila pelaku berhasil menidurinya, dikenakan pidana mati oleh sang suami.

Pasal 201

Jikalau seorang memegang perempuan yang telah kawin sekaligus menidurinya. Apalagi jika ada yang menyuruh pelaku melakukannya dan menyediakan tempat untuk melakukannya, maka pelaku dikenakan hukuman mati oleh suami sang perempuan. Nah, penyuruhnya bakal dikenakan denda dua laksa oleh raja.

Pasal 205

Barang siapa menegur seorang gadis, mengajak lari, berkata manis, kemudian mengajaknya ke tempat sepi, dikenakan denda empat tali oleh raja yang berkuasa.

Pasal 207

Jika seorang laki-laki memegang gadis dan membuat gadis itu berteriak dan disaksikan banyak orang, dikenakan pidana mati.

Pasal 208

Barang siapa memegang perempuan yang telah memiliki suami, dikenakan hukuman potong tangannya oleh raja yang berkuasa dan diusir dari desa tempat tinggalnya.

Kalau hukuman untuk pelaku pelecehan seksual di zaman Majapahit ini dikenakan di zaman sekarang, menurutmu gimana, Millens? (His/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025