BerandaTradisinesia
Minggu, 21 Jan 2023 11:00

Asal Mula Nama Kabupaten Sleman, Dari Nama Gajah atau Pohon?

Sleman merupakan salah satu kabupaten di wilayah DIY yang populer bagi orang di luar Yogyakarta. (Bernas)

Ada dua versi asal-usul nama Kabupaten Sleman. Ada yang menyebutnya dari gajah, ada pula yang menyebutnya dari pohon randu alas. Mana sih yang benar?

Inibaru.id – Setelah Kota Yogyakarta, bisa dikatakan Kabupaten Sleman adalah wilayah yang paling populer di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Soalnya, di sana cukup banyak lokasi kos-kosan yang dicari mahasiswa dari luar kota. Selain itu, cukup banyak tempat wisata yang bisa kamu lihat di kabupaten tersebut.

Cukup banyak candi-candi kuno yang bisa kamu temui di Sleman. Bahkan, Sleman juga pasti disebut dalam pemberitaan tentang Gunung Merapi. Omong-omong soal nama Sleman, kamu tahu nggak sih sejarah mengapa kabupaten ini diberi nama tersebut?

Ada beberapa versi yang menjelaskan tentang penamaan Kabupaten Sleman. Versi pertama adalah berasal dari dajah dalam Bahasa, yaitu ‘liman’. Konon, ratusan tahun yang lalu, di lokasi yang kini dikenal sebagai Lapangan Denggung adalah hutan lebat. Di sana ditemukan sebuah patung gajah, lengkap dengan dua anaknya.

Gajah tersebut kabarnya adalah tunggangan dari Sultan Hadiwijaya, pendiri Kerajaan Pajang yang memerintah dari 1568 sampai 1582. Keberadaan gajah yang saat itu masih disebut sebagai ‘liman’ itulah yang disebut-sebut sebagai cikal bakal penamaan Kabupaten Sleman.

Lapangan Denggung di Kabupaten Sleman. (Themiracleofteaching/blogspot)

Meski begitu, ada versi lain yang dijelaskan oleh seorang filolog Jawa Kuna dan Sansekerta dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta KRT Manu Widyaseputra. Bukannya gajah, menurut KRT Manu, kata Sleman justru berasal dari pohon randu alas.

Dia menemukan kata ‘saliman’ di Kakawin Ramayana yang ditulis pada saat Mataram Kuno dipimpin oleh Rakai Pikatan. Nah, ‘saliman’ di sini ternyata adalah pohon randu alas, bukannya gajah.

“Sampai sekarang masih banyak pohon randu alas berusia tua. Yang paling banyak di makam raja-raja di Imogiri. Usianya kebanyakan lebih dari 100 tahun,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari Kumparan, Kamis (23/12/2021).

Menariknya, KRT Manu menyebut ‘saliman’ sebenarnya bisa disebut sebagai api. Tapi, pemakaian kata ini untuk pohon randu alas disebabkan oleh pemandangan saat bunga pohon tersebut yang mekar yang berwarna merah seperti api. Apalagi, saat bunganya mekar, dedaunan randu alas biasanya akan gugur semua.

Pohon randu alas dulu biasanya ditanam di dekat area makam dan dekat dengan asrama para brahmana, kaum terpelajar yang sering melakukan pemujaan kepada para dewa.

Bunga pohon randu alas yang mirip api. (Floradirgantara.site)

“Asrama para brahmana ini harus ada di dekat sungai, di hutan, serta di gunung. Di tiga lokasi ini harus ada,” lanjut KRT Manu.

Layaknya sekarang Jogja dianggap sebagai Kota Pelajar, zaman dahulu, Yogyakarta juga dikenal sebagai pusat para kaum brahmana yang terpelajar, Millens.

“Jadi, jauh sebelum Mataram Islam eksis, sudah ada istilah ‘saliman’ itu,” pungkas KRT Manu.

Meski begitu, penetapan Sleman sebagai nama resmi sebuah wilayah baru terjadi pada 15 Mei 1916. Pemerintah Kolonial Belanda saat itu membagi Kasultanan Yogyakarta menjadi tiga kabupaten, yaitu Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (Sleman). Karena itulah, tanggal 15 Mei selalu diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Sleman.

Menarik juga ya asal-usul penamaan Sleman. Dulu banyak asrama para kaum brahmana, kini jadi lokasi kos-kosan bagi kaum pelajar yang kuliah di Jogja. Keren! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024