BerandaPasar Kreatif
Minggu, 26 Mei 2018 12:54

Nilai Jual Pupuk Kompos Limbah Sawit yang “Selangit”

pengolahan limbah sawit jadi pupuk kompos. (liputan6.com)

Pupuk kompos satu ini nggak cuma berhasil memanfaatkan limbah sawit, tetapi juga jadi salah satu alternatif pekerjaan lain bagi masyarakat yang tinggal di daerah kebun sawit. Nggak tanggung-tanggung, omzetnya bisa tembus Rp 1 miliar per bulan lo.

Inibaru.id – Produksi minyak sawit di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Tercatat angka produksi minyak meningkat sebesar 35,57 juta ton dari tahun 2016 ke tahun 2017. Peningkatan angka ini nggak hanya berhasil menutupi kebutuhan minyak sawit dalam dan luar negeri, tetapi juga mengorbankan jumlah lahan hijau dan meninggalkan limbah sawit yang cukup banyak.

Salah satu daerah yang juga terkena dampak tersebut adalah Jambi, Sumatra. Melihat kondisi tersebut, salah seorang transmigran dari Sragen, Jawa Tengah, bernama Supari mencoba mengurai permasalahan tersebut dengan mengolah limbah sawit yang terhitung sangat banyak.

Tepatnya di Desa Dataran Kempas, Kabupaten Jabung Barat, Supari mengolah limbah sawit menjadi pupuk kompos. Kelompok Tani Mekar Jaya yang diketuai olehnya nggak hanya fokus pada pertanian sawit, tetapi juga mengolah limbahnya.

Nggak main-main, kini total uang yang bisa diraup dari pupuk kompos limbah sawit itu sebesar Rp 1 miliar. Setiap bulan, Supari memproduksi 1.000 ton (1 juta kg) pupuk kompos. Pupuk tersebut bernilai Rp 1.135 per kg, yang artinya dia bisa mengumpulkan dana sebesar Rp 1.135 miliar per bulan. Wah!

Ditulis Kompas.com (07/05/2018), ide awal pembuatan pupuk tersebut bermula dari pemberian 8 ekor sapi dari PT Wikarya Sakti (WKS) kepada Supari dan Mekar Jaya. Saat itu, dia melihat jumlah kotoran sapi yang melimpah sehingga tercetus keinginan untuk membuat pupuk kompos namun dengan campuran limbah sawit.

Nggak Bisa Instan

Perlu proses panjang hingga akhirnya ditemukan komposisi yang pas untuk mendapatkan pupuk kompos yang baik. Supari dibantu peneliti dari UGM, Unja, dan WKS yang saat itu memberikan pelatihan pengolahan pupuk kompos.

Totalnya 70 persen bahan pupuk berasal dari dari limbah, yang terdiri dari sisa kupasan buah atau jangkos (janjang kosong), abu sisa pembakaran di pabrik kelapa sawit, dan pelepah sawit yang dibuang saat perawatan.

"Sisa kupasan buah 30 persen, 30 persen kotoran sapi. Lalu abu sisa pembakaran 20 persen, hijauan dari pelepah segar 20 persen. (Pelepah diambil dari pohon sawit) karena memang harus di-grooming, di sini sangat melimpah," ujar Marsono, kepala produksi di Mekar Jaya. 

Empat macam bahan baku itu diaduk dengan traktor tangan. Setelahnya, hasil adukan ditutup dengan terpal selama proses fermentasi. Proses ini berlangsung minimal selama 21 hari, sampai akhirnya hasilnya dibungkus dan dijual.

Selain Mekar Jaya, WKS juga menumbuhkan kelompok-kelompok tani lain, seperti Karya Trans Mandiri yang ditargetkan memproduksi 600 ton pupuk kompos dari hasil kotoran 80 dombanya, hasil pengembangbiakan domba bantuan sebanyak 30 ekor dan swadaya.

Nah, keberadaan kelompok tani ini diharapkan jadi pengalihan minat bertanam sawit. Pasalnya, banyak petani lokal non-plasma yang masih membuka lahan dengan cara membakar hutan. Wilayah Desa Dataran Kempas sendiri turut terkena dampak asap kebakaran yang puncaknya terjadi pada 2015 silam. Hmm

"Saat itu yang di kota mungkin tidak terlalu terkena dampaknya, tetapi yang hidup di sini mau lari ke mana pun asap mengejar, bahkan mungkin nyawa taruhannya," kata Supari. Yuk berkreasi tanpa merusak alam seperti mereka! (IB06/E05

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: