BerandaPasar Kreatif
Selasa, 27 Nov 2017 13:39

Pempek Krispi Beromzet Puluhan Juta

Omzet penjualan pempek krispi kepunyaan Neny Sugianto bisa mencapai Rp 50 juta per bulan (Instagram/Pempek Neny)

Berawal dari coba-coba, Neny berhasil menjual pempek krispi hingga seluruh Indonesia.

Inibaru.id – Sebelum dinamai pempek, penganan yang sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang itu bernama Kelesan. Pada 1916, warga keturunan Tionghoa yang terkenal ahli berdagang mulai menjual kelesan buatan penduduk lokal.

Dikutip dari Kompas.com (4/4/2017), nama “pempek” sebetulnya berasal dari sebutan pembeli kepada penjual kelesan. Di Palembang, penjual kelesan yang merupakan keturunan Tionghoa biasa dipanggil Empek. Pembeli memanggilnya, “Pek, Empek, sini!”, hingga jadilah nama Pempek.

Saat ini pempek tak hanya dijual warga keturunan Tionghoa. Masyarakat setempat pun menjualnya. Bahkan, penganan yang biasanya dibuat dari ikan gabus itu bisa dengan mudah kita temui di seluruh Indonesia. Jenis pempeknya pun kian beraneka ragam.

Di antara beragam jenis pempek yang ada di pasaran, pempek krispi merupakan varian paling hit saat ini. Salah seorang penjualnya adalah Neny Sugianto, yang telah menyediakan varian tersebut sejak 16 Oktober 2016.

Dilansir dari JPNN.com, Sabtu (25/11), menjadi pengusaha kuliner pempek sebetulnya tak pernah ada dalam rencana hidup perempuan berhijab ini. Semula, Neny hanya membuat pempek krispi untuk keluarga dan kerabatnya saja.

Baca juga:
Dari Gulma Dia Memulai Usaha
Mama Papua pun Minta Jualan Online

Namun, lantaran kerap membuat pempek krispi dan rasanya enak, kerabatnya menganjurkan perempuan yang tinggal di Jalan Srijaya Negara, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat, Palembang itu untuk mengomersialkan buatannya.

“Sering didesak teman yang ingin sekali pempek krispi buatan saya, terutama pas Lebaran (Idul Fitri). Saya pun iseng, memberanikan diri untuk menjual,” ungkapnya.

Neny mengaku, saat mengawali usaha, dia hanya menjual pempek krispi. Alasan utamanya adalah karena belum banyak yang menjual varian ini. Namun, Neny kemudian juga menyediakan pempek jenis lenjer, pempek telur, kapal selam, kulit, bahkan tekwan frozen.

Bisnisnya berkembang lumayan pesat. Neny yang semula membuat adonan hingga finishing sendiri mulai kewalahan. Untuk memenuhi seluruh pesanan yang semakin banyak, dia pun merekrut karyawan. Tiga orang karyawan dipekerjakannya.

“Pengolahan sekarang dibantu karyawan, tapi untuk kualitas dan resep adonan tetap saya yang pantau,” terang ibu tiga anak yang setiap hari menghabiskan 15-30 kilogram ikan untuk bahan pempek tersebut.

Satu buah pempek dia hargai Rp2.500. Sementara, untuk  lenjer besar pempek (pempek lenjer) dibanderol Rp 25 ribu, sedangkan untuk pempek kapal selam Rp 12.500. Dalam sebulan, setidaknya 1-3 ribu buah pempek aneka jenis berhasil dia jual. Omzetnya bisa mencapai sekitar Rp 35-50 juta.

Selain menjual sendiri, Neny juga bekerja sama dengan jasa pengiriman ojek daring. Namun, ada selisih harga untuk penjualan tersebut.

Baca juga:
Sejahterakan Masyarakat Setempat dengan Bisnis Camilan
Hoki Rosie pada Tahu Jeletot

“Kalau melalui Go-Jek atau Go-Send, pempek kecil dihargai Rp 3 ribu karena sudah kerjasama,” kata dia.

Selain itu, Neny juga memanfaatkan Facebook dan Instagram untuk memasarkan produk-produknya. Dengan media sosial, penjualannya bahkan bisa menjangkau seluruh Indonesia. Kemudian, dia juga memiliki reseller yang berasal dari luar Palembang.

Untuk menjaga kualitas, Neny mengaku menggunakan bahan-bahan berkualitas premium. Dia juga menawarkan cuko, sambal cocol khusus untuk pempek, dengan tingkat kepedasan berjenjang, yakni nyubit, nabok, dan nonjok. Nama terakhir adalah yang paling pedas. (OS/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: