BerandaPasar Kreatif
Rabu, 29 Des 2020 15:24

Merawat Merpati Pacuan, Perlu Modal dan Perlakuan Spesial

Karena dilombakan, merawat merpati nggak bisa sembarangan. (Inibaru.id/ Audrian F)

Merawat merpati pacuan memerlukan penanganan khusus. Laiknya atlet, burung dara terlatih itu diberi gizi khusus agar saat dilombakan nanti membuahkan hasil maksimal.<br>

Inibaru.id - Pagi baru saja menyapa, tapi Angga sudah berurusan dengan kotoran burung merpati. Perlahan dan dengan penuh kasih sayang, dia memindahkan merpati dari kandang besar ke kandang kecil satu per satu untuk dijemur. Dengan semprotan kecil, merpati itu kemudian dimandikan.

Angga adalah joki merpati, semacam kurir yang menjadi bagian dari tim dalam perlombaan si burung dara. Selain menerbangkan merpati saat perlombaan, tugas Angga merawat burung-burung tersebut.

“Kalau pagi rutinitasnya memang begini; (merpati) dijemur, terus disemprot (air),” ujarnya, belum lama ini.

Angga mengungkapkan, merpati yang dijemur biasanya sudah siap tanding atau sering mengikuti lomba. Sementara, merpati usia belia cukup diletakkan di dalam kandang. Tujuan menjemur merpati itu, adalah supaya tulang-tulangnya rileks, jadi nggak kaku saat dilombakan.

Angga saat berada di kandang merpati. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Setelah dijemur, burung-burung tersebut kemudian diberi makan dan jamu. Ya, jamu. Sebagai "atlet", para merpati memang memerlukan nutrisi yang maksimal agar stamina tercukupi dan saat berlomba nanti bisa bicara banyak.

“Pakan merpati umumnya jagung, tapi untuk jamunya saya kurang tahu. Bos saya yang meramu, saya tinggal kasih saja,” tutur pemuda yang tergabung dalam tim merpati Hermuzya tersebut.

Merpati pacuan memang selalu diperlakukan dengan istimewa laiknya seorang atlet. Angga mengaku, merawat merpati bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan ketekunan, dia berusaha merawat burung-burung yang dipercayakan kepadanya itu dengan sebaik-baiknya.

Menyemprot dan menjemur merpati. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Setali tiga uang, Dwi Cahyo Setyo Nugroho, salah seorang pehobi dan pemilik tim merpati dari Kota Semarang, juga mengatakan, merawat burung dara untuk pacuan memang nggak gampang dan butuh biaya yang lumayan besar.

“Ada yang biaya perawatan (merpati)-nya lebih besar daripada (biaya hidup) si pemilik,” kelakar Nugroho, saat ditemui Inibaru.id di sebuah kolongan (tempat merpati dilombakan) di Semarang, baru-baru ini.

Dia pun kemudian menjabarkan, apa saja yang harus dipersiapkan tim merpati sebelum merpati-merpati itu dilombakan. Menjelang lomba, ungkap Nugroho, merpati wajib diberi jagung dan beras merah. Sementara, piyik (anak merpati) dan merpati muda cukup diberi pur (konsentrat).

Selain pakan yang spesial, merpati pacuan juga wajib diberi vitamin dan doping khusus. Vitamin yang diberikan antara lain minyak ikan atau vitamin B kompleks. Sementara, untuk doping-nya adalah jamu herbal.

“Ya, samalah seperti manusia, gizi memengaruhi performa,” terangnya.

Agar merpati maksimal perlu gizi dan doping khusus. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Oya, pemberian gizi dan nutrisi yang maksimal itu juga harus ditunjang dengan pemberian latihan yang cukup pada si merpati. Menurut Nugroho, setiap merpati memiliki kemampuan yang berbeda. Bahkan, faktor genetik sangat memengaruhi.

Faktor genetik yang dimaksud Nugroho adalah, jika seekor merpati punya reputasi apik, ia akan menurunkan "gen juara" itu ke anak-anaknya. Karenanya, keturunan merpati yang pernah juara umumnya punya nilai jual yang sangat tinggi.

Nugroho kemudian menambahkan, merpati biasanya juga punya spesialisasi. Perlu kamu tahu, dalam pacuan merpati, ada dua "cabang olahraga" yang biasa dilombakan, yakni kompetisi kolongan dan balap. Merpati kolongan mengandalkan ketepatan, sedangkan balap tentang kecepatan.

"Burung yang terbiasa main di kolongan umumnya tidak untuk balap," kata dia, yang kemudian mengibaratkan para merpati itu bak atlet dengan keahlian khusus. “Meski semua burung bisa dilatih, ya nggak mudah juga.”

Wah, rupanya serumit itu cara merawat merpati pacuan. Butuh modal besar dan jalan yang cukup panjang untuk menjadikan burung itu sebagai seorang, eh, seekor atlet, ya, Millens! Ha-ha. (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024