BerandaPasar Kreatif
Minggu, 21 Jun 2025 08:06

Menjaga Khazanah Kuliner Kudus; 'Gethuk Dalangan' Warisan Tiga Generasi

Penampilan gethuk dalangan khas Kudus (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Selama puluhan tahun, Gethuk Dalangan tetap terjaga kualitasnya, diwariskan dari generasi ke generasi untuk menjaga khazanah kuliner Kudus.

Inibaru.id - Meski sudah berumur, Suwarni tampak masih cekatan melayani pembeli yang mengantre di depannya. Tangannya seperti bergerak sendiri mengambil lembaran daun pisang, melipatnya, lalu menjumput irisan getuk yang telah disiapkan anak-anaknya tanpa perlu melihat lagi takarannya.

Berlokasi di Dukuh Dalangan, Kelurahan Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, sehari-hari Suwarni melakoni kegiatan tersebut bersama anak dan menantunya. Karena sudah dilakoni selama puluhan tahun, dia nggak perlu lagi mengingat-ingat setiap langkah yang harus dilakukannya untuk meracik getuk.

Lapak jajan pasar yang dikenal sebagai Gethuk Dalangan ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Kudus karena lokasinya yang terbilang strategis. Dari alun-alun, kamu hanya perlu memacu kendaraan ke arah timur hingga tiba di gang pertama di kanan jalan.

Dari situ, kamu memang perlu menyusuri gang kecil. Namun, karena sudah cukup terkenal, siapa pun yang kamu tanyai pasti akan dengan mudah mengarahkan ke mana Gethuk Dalangan berada. Untuk lokasi pastinya, lapak mungil ini berada di RT 3 RW 5 Dukuh Dalangan.

Penerus Generasi Ketiga

Rokhimah dan Budi terlihat sibuk membantu Suwarni melayani pembeli. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Budi, anak lelaki yang sehari-hari membantu Suwarni mengatakan, lapak yang berdiri sejak 45 tahun lalu itu sebetulnya nggak memiliki nama khusus. Namun, karena berlokasi di Dukuh Dalangan, orang-orang pun menyebutnya Gethuk Dalangan.

“Gethuk Dalangan sudah berusia 45 tahun. Sekarang dikelola generasi ketiga. Diwariskan dari orang tua dari Mbah Suwarni," tutur lelaki bertubuh semampai tersebut sembari memotong getuk, belum lama ini.

Selain Suwarni yang hingga kini masih aktif berjualan kendati sudah berusia 68 tahun, usaha tersebut juga dikelola bersama Budi dan adik iparnya, Rokhimah. Budi mengatakan, warung tersebut masih bertahan hingga kini karena masih mempertahankan resep yang diwariskan dari generasi pertama.

"Kami mungkin menjadi satu-satunya rujukan getuk dalangan yang kualitas dan rasanya masih terjaga hingga sekarang karena mempertahankan resep warisan," jelasnya.

Getuk dengan Berbagai Varian

Menurut Rokhimah, dalam pembuatan getuk, mertuanya sejatinya nggak memiliki resep khusus yang berbeda dengan getuk dalangan pada umumnya. Namun, kualitasnya yang terus dijaga dari dulu hingga sekaranglah yang membuat lapak tersebut tetap diminati para pelanggan setia.

“Benar, tidak ada resep khusus. Kami bikin dengan cara sebagaimana getuk dibuat. Yang paling penting adalah adonan ditumbuk hingga benar-benar halus," terang perempuan berjilbab tersebut membagikan kunci kelezatan rasa Gethuk Dalangan.

Selain rasanya yang autentik, Rokhimah menambahkan, banyak pelanggan mengaku kembali datang karena tempat ini menyediakan pelbagai macam variasi getuk warna-warni yang bisa dicampur dalam satu pincuk; mulai dari getuk telo, ketan uro, lupis, gendar, dan mata belong.

“Awalnya cuman inisiatif saja beberapa getuk ini dicampur, ternyata justru menjadi ciri khas dan banyak disukai pelanggan,” ujarnya sembari menunjukkan macam-macam jajan pasar yang tersedia di tempat itu.

Proses Membuat Gethuk Dalangan

Berbagai macam gethuk Dalangan Yangan sangat menggoda untuk dinikmati (Dok. Alfia Ainun Nikmah)

Rokhimah mengatakan, seluruh varian getuk yang tersedia adalah buatan sendiri, dengan Suwarni sebagai penggerak utama sekaligus pengontrol kualitas. Singkong sebagai bahan utama dipilih dengan saksama agar menghasilkan getuk yang pulen.

"Sekali bikin, kami membutuhkan dua karung atau sekitar 30 kilogram singkong pilihan," ucapnya. "Singkong yang datang ini segera dikupas, dicuci bersih, lalu direbus."

Setelah matang, dia melanjutkan, singkong dipisahkan dari seratnya sebelum ditumbuk dengan lumpang. Menurutnya, proses inilah yang paling menarik karena seluruh keluarga akan bersama-sama menumbuk, tentu saja dengan dikomandoi oleh Suwarni.

"Ya, seluruh anggota keluarga saling bergotong-royong menumbuk singkong sampai halus. Seru!" kata dia. "Proses ini bisa memakan waktu hingga setengah jam atau sampai benar-benar halus."

Bertekstur Lembut dan Melar

Gethuk Dalangan yang siap disantap dengan parutan kelapa dan juroh (Alfia Ainun Nikmah)

Singkong yang sudah jadi getuk ditandai dengan teksturnya yang lembut dan melar saat ditarik. Jika sudah begitu, Rokhimah menjelaskan, getuk bisa diletakkan di nampan lebar sebelum dipotong-potong. Dalam penyajiannya, getuk diberi taburan kelapa parut dan juroh atau kinca.

"Juroh adalah bagian dari getuk yang nggak boleh terlewat; yang dibuat sendiri menggunakan gula aren yang dicairkan dengan cara direbus lalu disaring biar bersih. Selain itu ada kelapa parut yang sudah dikukus," imbuhnya.

Karena nggak menggunakan pengawet, getuk bikinan Suwarni nggak bisa bertahan lama. Rokhimah mengungkapkan, Gethuk Dalangan yang dibuat sejak pagi biasanya hanya bisa bertahan hingga sore hari karena semua kondimen yang dipakai adalah bahan alami.

"Getuk buatan kami nggak bisa bertahan sampai satu hari. Namun, justru inilah yang disukai pelanggan, karena menjadi bukti bahwa kami sama sekali nggak memakai pengawet," tandasnya.

Nah, kalau kebetulan mampir di Kudus, sempatkan waktu untuk menyambangi Gethuk Dalangan ya. Namun, bersiaplah mengantre dan legawalah jika pada akhirnya nggak kebagian! (Alfia Ainun Nikmah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: