Inibaru.id - Akhir pekan tiba; menandai hari-hari yang dijejali dengan pelbagai kesibukan sejenak terjeda. Sebagai perayaan kecil, saya biasanya mencari tempat makan atau lokawisata baru untuk melepas penat. Minggu lalu, pilihan saya jatuh pada Pasar Sarwono di Kabupaten Kudus.
Berlokasi di sisi timur Kota Kretek, tepatnya di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, saya harus datang pagi-pagi agar nggak harus mengantre panjang untuk menikmati berbagai kuliner zadul yang disajikan di pasar tematik tersebut.
Saya merasa sudah datang cukup pagi, tapi ternyata antrean panjang sudah mengular rapi di depan loket masuk. Meski terbilang jauh dari pusat kota, rupanya lokawisata yang tengah hype di Kudus ini cukup menarik minat masyarakat.
Oya, loket masuk berada di ujung depan gang nggak jauh dari tempat parkir di depan pasar yang tampak teduh di bawah naungan pepohonan jati yang rindang. Tempat parkirnya gratis, tapi kita perlu membayar tiket masuk sebesar Rp5.000 per orang.
Transaksi dengan Koin Kayu
Begitu memasuki gerbang, saya bisa melihat bagaimana pasar kuliner yang diselenggarakan setiap Minggu Legi ini begitu dinantikan masyarakat Kudus dan sekitarnya. Banyak yang datang. Namun, suasana di pasar ini tetap nyaman dan tenang karena berada di bawah naungan hutan jati yang rindang.
Nggak seperti pasar tradisional pada umumnya, transaksi di pasar tematik ini wajib menggunakan uang khusus untuk bertransaksi, berupa koin kayu yang bisa didapatkan di dekat loket. Satu koin dibanderol Rp2.000.

“Transaksi di sini memang hanya bisa pakai koin kayu ini," sambut Direktur Bumdes Wonosoco Tri Budi Wahono yang saya temui di dalam pasar. "Satu koin bernilai dua ribu rupiah, tapi (kalau sisa) bisa ditukarkan kembali waktu pulang."
Sekali event, dia melanjutkan, sebanyak 11 ribu keping koin disediakan panitia. Namun, belasan ribu keping itu biasanya telah habis ditukar pengunjung hanya dalam jangka waktu satu jam sejak pasar dibuka. Menurutnya, hal ini menunjukkan antusiasme yang tinggi di kalangan masyarakat.
Omzet Puluhan Juta Rupiah
Transaksi pembayaran yang unik dan adanya jaminan untuk menukarkan kembali koin yang tersisa diyakini Tri menjadi salah satu daya tarik yang ada pada Pasar Sarwono. Sekali event, dia menuturkan, rata-rata pengunjung bisa mencapai ribuan orang yang datang dari pelbagai kalangan usia.
"Dengan pengunjung yang selalu membludak, kami bisa meraup pendapatan sekitar Rp23 juta per event," terangnya.
Afifah, salah seorang pengunjung dari Kabupaten Pati mengungkapkan, salah satu daya tarik dari Pasar Sarwono ini memang berasal dari sistem transaksi pembeliannya. Selain itu, suasana pasarnya juga nyaman dan daftar kuliner yang tersedia sangat menggugah selera.
"Suasana alam yang rindang dengan penjual yang ramah menjadi daya tarik juga di sini. Terus, ada berbagai makanan tradisional yang tersedia," jelasnya.
Beragam Menu Kuliner Zadul

Sebagian besar lapak yang tersedia di Pasar Sarwono memang menyediakan berbagai menu kuliner zadul yang menurut saya cukup menggiurkan, mulai dari nasi jagung, nasi aking, lontong pecel, nasi begondo, dan berbagai kudapan tradisional yang pantang dilewatkan.
Budhi, pengunjung lain yang datang nggak lama setelah saya masuk pasar ini pun sepakat. Sepanjang pengamatannya, menu yang paling khas di pasar tersebut adalah nasi jagung dan nasi aking. Kedua menu itu pula yang paling ramai dibanjiri pengunjung.
Kalau minuman masih umum,” kata Budhi sembari menunjuk beberapa lapak penyedia minuman di pasar tersebut. "Yang bernuansa tradisional di sini bukan cuma menu makanannya, tapi juga penjualnya yang memakai pakaian adat setempat. Seperti bernostalgia!"
Apa yang dikatakan Budhi memang benar. Setelah puas memutari pasar, mengantre makanan, dan berdesak-desakan dengan pengunjung lain, saya pun memilih tempat yang agak sepi di pinggir pasar untuk menikmati "hasil buruan". Untuk makan, kita memang bebas duduk di mana saja.
Oya, untuk yang bawa anak kecil, ada beberapa mainan anak yang bisa dimainkan di pasar ini. Jadi, para ortu bisa tetap menikmati menu yang dibeli sembari memantau kegiatan buah hati. Menarik banget, kan? (Alfia Ainun Nikmah/E10)