BerandaPasar Kreatif
Jumat, 20 Jun 2025 14:46

Ramai-Ramai Berburu Blackberry: Tren Retro di Tengah Bising Notifikasi

Penulis:

Ramai-Ramai Berburu Blackberry: Tren Retro di Tengah Bising NotifikasiSiti Khatijah
Ramai-Ramai Berburu Blackberry: Tren Retro di Tengah Bising Notifikasi

Ilustrasi: Tren kembali ke Blackberry belakangan muncul di kalangan gen-z. (CNN)

Gen-Z di Amerika dan Eropa kembali berburu BlackBerry demi nostalgia dan digital detox. Bagaimana peluang tren ponsel lawas ini di Indonesia?

Inibaru.id - Sudah lebih dari dua bulan Selmafia Okta mematikan semua notifikasi di ponsel pintarnya. Awalnya, hal ini dilakukan karena perlu berkonsentrasi untuk menyelesaikan penulisan tesisnya. Namun, mahasiswa S2 di sebuah kampus negeri di Yogyakarta itu rupanya keterusan.

"Tanpa notifikasi, rupanya hidupku lebih tenang. Aku nggak harus terus-menerus merasa harus segera melihat layar ponsel tiap kali ada denting notifikasi. Mungkin ini yang disebut slow living," tutur Selma, sapaan akrabnya, Jumat (20/6/2025).

Menurutnya, hal penting yang didapatkannya setelah mematikan notifikasi adalah pola tidurnya yang lebih teratur. Kebetulan, selain mematikan notifikasi, belakangan dia juga akrab dengan berbagai kegiatan olahraga, mulai dari lari, yoga, hingga nge-gym di dekat rumahnya yang berlokasi di bilangan Sleman, DI Yogyakarta.

"Aku nggak tahu karena olahraga atau ponsel, yang pasti sekarang tidurku lebih teratur," ujarnya via pesan singkat. "Aku nggak benar-benar lepas dari ponsel, sih. Secara berkala aku tetap buka hape untuk melihat barangkali ada yang menelpon atau mengirim pesan, tapi nggak sesering dulu."

Kembali ke Era BBM

Selma mungkin termasuk satu dari sekian gen-Z yang belakangan mulai berpikir untuk mengurangi paparan ponsel dalam keseharian mereka. Seperti yang dilakukan perempuan berusia 25 tahun tersebut, sejumlah warganet di medsos juga belakangan membagikan pengalamannya mematikan notifikasi di ponselnya.

Bahkan, yang lebih ekstrem, belakangan muncul tren di medsos pengalaman anak muda berburu hape lawas untuk menggantikan smartphone mereka. Salah satu ponsel yang cukup populer sebagai "harta karun" adalah merek Blackberry yang sempat merajai pasar Indonesia lebih dari sedekade silam.

Di tengah gempuran smartphone dengan kamera canggih dan notifikasi tanpa jeda, sebagian anak muda justru memutar arah. Ya, alih-alih mencari ponsel terbaru, mereka memburu jenama lawas seolah-olah mereka merindukan kehidupan zadul yang lebih "sederhana".

Tren ini mulai muncul di kalangan gen-Z di AS dan Eropa. Remaja dan mahasiswa di sana ramai-ramai mencari ponsel-ponsel lawas seperti Blackberry dan jenama lain. Alasannya, mereka merasa terbebani dengan notifikasi di ponsel yang nggak ada habisnya, jadi ingin terlepas sejenak darinya.

Dengan ponsel zadul, mereka merasa bisa lebih fokus pada komunikasi esensial saja. Ini membuat harga Blackberry bekas di toko online global naik hampir dua kali lipat. Tagar #DumbPhone juga memicu ribuan video ulasan hingga tutorial BBM, fitur chatting legendaris Blackberry yang sudah dimatikan pada 2019 lalu.

Mengapa Memilih Blackberry?

Ilustrasi: Blackberry diburu gen-z karena memiliki keypad Qwerty fisik yang mereka anggap unik. (NY Post) 
Ilustrasi: Blackberry diburu gen-z karena memiliki keypad Qwerty fisik yang mereka anggap unik. (NY Post)

Mereka memilih kembali ke Blackberry untuk sejumlah alasan. Selain bernostalgia bagi yang pernah hidup di era BBM, alasan paling menarik adalah karena jenama tersebut mengeluarkan ponsel dengan keypad QWERTY fisik yang bagi gen-z unik, berbeda dengan layar sentuh yang kini mendominasi ponsel kiwari (kekinian).

Maka, nggak heran jika bersamaan dengan meningkatnya tren ini, banyak orang membuat konten ASMR mengetik chat dengan tombol-tombol fisik tersebut. Selain itu, ada pula konten tentang bunyi nada dering yang juga mereka anggap unik. Ehm, milenial nggak relate ya? Ha-ha.

Tren "retro" ini sebetulnya bukan kali ini saja dilakukan. Counterpoint, sebuah pusat studi pemasaran global pada 2023 mengungkapkan, tren kembali ke ponsel sederhana sudah mulai muncul beberapa tahun lalu.

Hal ini, sebutnya, berkaitan erat dengan kesadaran untuk menjaga kesehatan mental karena memungkinkan anak muda lebih "hadir" di dunia nyata. Dengan ponsel zadul, komunikasi dengan gawai hanya berkutat pada dua hal, yakni SMS dan telepon. Itu sudah.

Kesadaran Penuh atau Sekadar Fomo?

Meski belum seheboh di luar negeri, tanda-tanda tren ini mulai terasa di Indonesia. Andi (nama disamarkan) yang sehari-hari berjualan ponsel bekas mengaku sudah ada beberapa orang yang iseng tanya tentang keberadaan Blackberry bekas.

"Saya malah baru tahu kalau ada tren ini. Tahu begitu kan saya siap-siap nyetok," kelakarnya, Jumat (20/6).

Namun, menurutnya, tren itu hanyalah fomo yang nggak akan berlangsung lama, apalagi di Indonesia yang sebagian masyarakatnya sangat tergantung pada penggunaan ponsel pintar. Lelaki yang juga merangkap sebagai driver ojol ini mengaku nggak pengin ikut tren itu karena sehari-hari hidup dari ponsel pintar.

"Gimana terima order kalau pakai BB (Blackberry)?" celetuk lelaki 22 tahun ini. "Sekolah pakai smartphone, transaksi juga semua serba digital, mana bisa pakai hape zadul. Paling-paling juga nggak lama (tren berburu Blackberry)!"

Seperti fesyen, tren gawai retro pun bisa cepat bergeser. Namun, ini menegaskan satu hal, bahwa sedigital-digitalnya gen-z, mereka juga butuh percakapan nyata; menjeda diri dari serbuan notifikasi dan terhindar dari terus-menerus terekspos medsos.

Yuk, yang masih punya Blackberry berbagai seri, tunjukkan pesonamu! Ha-ha. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved