BerandaPasar Kreatif
Minggu, 25 Jul 2020 08:13

Mengintip Kesibukan Event Organizer di Belakang Panggung Online

Acara Room Stage. (Inibaru.id/ Audrian F)

Event Organizer adalah pihak yang terkena dampak pandemi karena larangan bikin keramaian yang dicanangkan oleh Pemerintah. Praktis, klient saling berguguran dan apapun dilakukan agar bisa bertahan.<br>

Inibaru.id - Dadang Wibowo tampak mengkomando rekan-rekannya untuk mengecek segala hal sebelum acara dimulai. Semua hal disoroti, mulai dari lighting, volume suara hingga bagaimana tampilan bintang tamu. Memanajemen suatu acara memang sudah menjadi bagian hidup Dadang, sebab itulah profesinya.

Namun persiapan acara yang dikoordinir oleh Dadang ini berbeda dari sebelumnya. Nggak ada hiruk-pikuk penonton yang menanti musikus pujaannya. Nggak ada hitung-hitungan prakiraan cuaca dan tentunya nggak ada panggung besar yang menjadi tempat bintang tamu beraksi.

Pasalnya acara yang akan dibikin oleh Dadang dan rekan-rekan ini hanya diselenggarakan di sebuah ruangan yang berukuran kurang lebih 15 meter. Sorak-sorai penonton nantinya akan diganti dengan nama-nama akun sosial media warganet karena penampilan berubah dengan pendekatan online.

Serba daring. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Pandemi berpengaruh besar terhadap lahan mata pencaharian hidup Dadang Wibowo beserta rekan-rekannya. Salah satu lini usahanya yakni Kingdom Studio yang biasa mengakomodir sebuah event jadi lesu karena adanya larangan keramaian oleh Pemerintah.

Acara yang dibuat pada Minggu (19/7/2020) tadi namanya adalah “Room Stage”, sekaligus siasat untuk tetap bertahan hidup menghadapi pandemi.

“Apapun kami tetap harus jaga eksistensi, memang nggak bisa sebanding dengan biasanya dan nggak berharap banyak juga, tapi misalnya keadaan nanti normal kembali, kami nggak kaget,” ujarnya.

Sejumlah kru di balik layar. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Kata Dadang, Room Stage bisa dibilang lingkaran mutualisme. Semua elemen acara disusun dengan rela hati bersama sejumlah pihak. Nggak ada tujuan khusus yang sifatnya komersil. Dasarnya adalah saling support agar bisa memunculkan kelebihannya masing-masing. Bahkan juga untuk donasi.

Namun bukan berarti bukan tanpa imbalan. Harapan keuntungan tetap ada, meskipun yang sudah disebutkan tadi, nggak seberapa. Hasil sponsor yang masuk akan dibagi sama rata dengan pihak-pihak yang terlibat.

“Di masa kayak gini pilihannya ada dua, mau menang sendiri atau hidup bareng. Sayangnya untuk sekarang nggak banyak celah untuk menang sendiri,” tuturnya.

Isi dari acara tadi mulai dari penampilan musik, talkshow hingga promosi usaha baru rekan-rekan sesama pekerja kreatif yang banting setir karena terdampak pandemi. Hari itu bintang tamunya adalah band lokal Semarang, Grinnes Culture.

Rizal Saputra, Project Officer Cah Event Indonesia. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Terkait ruangan penampilan tadi, Dadang mengungkapkan kalau alasannya nggak lain adalah agar meminimalisasi pengeluaran biaya. Tadinya ruangan tersebut merupakan ruang tengah dari Kingdom Studio yang berlokasi di Kenconowungu 4, Karang Ayu, Kota Semarang. Mau cari ruangan yang serupa di tempat lain tapi nggak kunjung ketemu. Akhirnya yang dipakai adalah ruangan studio.

Sama halnya dengan Kingdom, "Cah Event Indonesia" juga bikin acara serupa bertajuk "Pojok Kantor". Rizal Saputra selaku Project Officer saat ditemui pada Jumat (24/7) bilang kalau bagi instansinya, alih-alih mengharap pendapat lebih tapi hanya untuk jaga eksistensi.

"Ini kan agar perusahaan kami nggak meredup. Sekaligus sebagai promosi kalau kami siap mengoordinasi acara via daring yang dalam waktu ke depan pasti banyak diminta klient," ujarnya.

Kalau bikin Pojok Kantor seperti ini sebetulnya nggak banyak butuh tenaga. Namun berbeda jika saat menggarap event yang butuh media daring. Kata Rizal, kerjaan jadi 2 kali lipat dari biasanya. Sebab harus menyiapkan alat-alat multimedia.

"Kalau offline kayak biasanya kan penonton sudah ada di lokasi. Tapi kalau daring kan harus menjangkau banyak orang di balik layar kaca atau gawai. Termasuk krunya kami juga harus nambah," pungkasnya.

Hm, siapa sangka mereka lebih sibuk meski daring ya, Millens? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024