BerandaPasar Kreatif
Senin, 7 Sep 2025 13:01

Lampu Dekorasi 'Decoco Luminer', Karya Seni dari Batok Kelapa yang Bertenaga Surya

Nurul Adhim (kanan), Founder & CEO Decoco Luminer sedang menunjukan cara membuat kerajinan (Dok Decoco Luminer)

Nggak hanya menawarkan produk bernilai seni tinggi dari perajin lokal Bali, produk lampu dekorasi Decoco Luminer buatan Nurul Adhim yang berbahan dasar batok kelapa dan limbah kayu jati juga hemat energi karena bertenaga surya.

Inibaru.id – Batok kelapa yang sebelumnya hanya menjadi limbah usaha kini menjelma menjadi "sumber cahaya" bagi Decoco Luminer, jenama lampu hias asal Tampaksiring, Gianyar, Bali. Nggak hanya bernilai jual, mereka juga membawa pesan yang kuat tentang kolaborasi antara seni, pemberdayaan, dan keberlanjutan.

Decoco Luminer digagas oleh Nurul Adhim yang saat ini merangkap sebagai CEO; sosok filantropis yang percaya bahwa bisnis seharusnya nggak hanya mengejar profit, tapi juga memberi dampak sosial dan lingkungan.

“Kami ingin memberikan nilai tambah pada sesuatu yang dianggap tidak berguna, sekaligus membuka peluang bagi para perajin lokal,” daku perempuan bersahaja tersebut saat memulai cerita tentang usaha uniknya ini, beberapa waktu lalu.

Bercerita panjang lebar via telepon, dia mengatakan bahwa ide awal Decoco Luminer berasal dari kegelisahan melihat banyaknya limbah tempurung kelapa di Bali yang kerap terbuang begitu saja. Padahal, jika bisa diubah menjadi kerajinan, ia bisa punya nilai jual.

“Daripada menjadi sampah, kami pikir kenapa tidak disulap jadi karya seni saja? Maka, tercetuslah ide untuk membuat kriya yang memiliki fungsi pencahayaan sekaligus mengandung makna di dalamnya,” terangnya.

Bukan Sekadar Produk Dekorasi

Nurul Adhim, Founder & CEO Decoco Luminer (Dok Decoco Luminer)

Produk utama Decoco Luminer adalah lampu dekorasi yang diukir langsung oleh para perajin lokal di Bali. Yang membuatnya istimewa adalah karena ukiran yang ditorehkan adalah motif lokal seperti capung, bunga, daun, bahkan simbol-simbol alam yang dekat dengan kehidupan masyarakat setempat.

Adhim memang sengaja memilih motif-motif tersebut untuk menghadirkan suasana "desa" yang penuh kesederhanaan saat cahaya dari lampu yang dinyalakan berpendar menembus pola ukiran dan membentuk bayangan di tembok rumah. Hangat sekaligus artistik.

Baginya, estetika menjadi hal yang penting dalam sebuah produk. Namun, lebih dari itu, sebuah produk juga harus menawarkan nilai tambah lain, yang dalam hal ini diwujudkannya dalam bentuk inovasi ramah lingkungan, yakni dengan menambahkan panel surya dan baterai lithium di dalamnya.

"Beberapa produk Decoco Luminer punya fitur itu. Jadi, lampu bisa menyimpan energi matahari pada siang hari untuk dinyalakan pada malam harinya. Jadi, produk kami benar-benar hemat energi, yang dipadukan degan estetika," jelas Adhim.

Melibatkan Perajin dari Blora

Produk Decoco Luminer (Dok Decoco Luminer)

Decoco Luminer berbasis di Bali. Namun, para perajin Adhim nggak hanya berasal dari Pulau Dewata. Perempuan asal Kabupaten Blora, Jawa Tengah, itu juga melibatkan para perajin kayu dari daerah asalnya untuk ikut serta.

"Workshop fitting lampu juga dilakukan di Blora dengan bantuan perajin sana; memanfaatkan limbah kayu jati yang melimpah di sana. Untuk finishing juga dilakukan beberapa ibu rumah tangga di Blora," ucapnya.

Sedari awal Adhim memang menginginkan Decoco Luminer nggak hanya menjadi produk Bali, tapi jembatan kolaboratif antarwilayah. Bali dengan kearifan lokal ukirannya berkelindan dengan Blora yang punya punya limbah kayu jati yang melimpah.

"Kami juga melibatkan para ibu untuk memberi peluang ekonomi baru bagi mereka," ungkap perempuan berhijab ini. "Model kolaborasi semacam itu penting agar keberlanjutan tidak hanya berbicara soal lingkungan, tetapi juga keberlanjutan sosial."

Filosofi Decoco Luminer

Nurul Adhim, Founder & CEO Decoco Luminer dalam acara pemeran (Dok Decoco Luminer)

Decoco Luminer, Adhim melanjutkan, berasal dari kata de (dari) coco (coconut/kelapa) yang berarti "dari kelapa" dengan luminer yang terinspirasi dari bahasa Prancis luminaire yang berarti peralatan pencahayaan. Jika digabungkan, Decoco Luminer berarti pencahayaan dari kelapa.

“Kami percaya bahwa keindahan dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan. Lampu bukan hanya soal cahaya, tapi juga tentang menghadirkan suasana, menceritakan budaya, dan memberi dampak nyata bagi lingkungan,” ungkap Adhim.

Menurutnya, Ada tiga nilai utama yang membedakan Decoco Luminer dari produk dekorasi lain di pasaran, salah satunya adalah keberlanjutan, yakni produk hemat energi yang berasal dari limbah. Produk ini juga berbasis kearifan lokal dan eksklusif.

"Setiap ukiran dikerjakan oleh para seniman desa secara manual. Ini juga bukan produksi massal, jadi dijamin eksklusif. Bisa bertenaga surya sekaligus pakai listrik konvensional," jelasnya. "Kami memang ingin memadukan karya seni dengan kepedulian pada lingkungan, budaya, dan pemberdayaan sosial."

Prototipe Bisnis Ramah Lingkungan

Produk Decoco Luminer (Dok Decoco Luminer)

Apa yang tengah dikembangkan Adhim merupakan bagian dari prototipe bisnis ramah lingkungan yang tengah dikembangkan Program Smart Energy Lab. Program yang digagas oleh New Energy Nexus Indonesia itu memang turut mendukung perjalanan Decoco Luminer.

Sedikit informasi, Smart Energy Lab adalah program mentoring dan pendanaan bagi wirausahawan muda di Bali untuk mengembangkan prototipe bisnis ramah lingkungan mereka. Nah, berkat dukungan ini, Decoco Luminer kini nggak hanya dikenal di Bali, tapi juga berhasil menjangkau pasar yang jauh lebih luas.

“Harapan saya sederhana; Decoco Luminer bisa menjadi simbol bahwa bahan lokal, jika dikelola dengan kreatif, juga bisa bersaing secara global. Lebih dari itu, saya ingin cahaya dari batok kelapa ini membawa pesan tentang hidup berkesadaran,” tegas Adhim sebelum mengakhiri obrolan.

Dan, begitulah; dari sebuah desa di Bali, Decoco Luminer terus menyalakan harapan; bahwa di tengah krisis iklim dan tumpukan limbah, selalu ada cahaya yang berpendar, ruang untuk berkarya, dan jembatan untuk berkolaborasi. (Imam Khanafi/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: