BerandaPasar Kreatif
Rabu, 29 Nov 2022 16:50

Kreatifnya Piliani Ernawati, Sulap Koran Bekas Jadi Produk Anyaman Berkelas

Piliani Ernawati, perempuan asal Tembalang, Kota Semarang sedang membuat kerajinan anyaman dari koran bekas, Jumat (25/11/2022). (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Pemilik usaha Craftonesia.id Piliani Ernawati sukses menyulap koran bekas menjadi produk anyaman berkelas seperti tas, tempat tisu, dan kotak hamper bernilai jual tinggi.

Inibaru.id - Tak ada rotan, koran pun jadi. Motto itulah yang dipegang Piliani Ernawati ketika membuat kerajinan anyaman dengan memanfaatkan koran bekas. Tangan perempuan asal Tembalang, Kota Semarang ini begitu piawai menyulap koran bekas jadi tas atau seni kriya lain yang bernilai jual tinggi.

Piliani, begitu dia biasa disapa, saat ini tinggal di Jalan Prof Sudarto Gang Bulusari I No 14 E Tembalang. Di rumahnya terpampang pelbagai kerajinan anyaman berbahan dasar koran-koran bekas. Anyaman koran itu dia jadikan tas, tatakan gelas, gelang, keranjang sampah, tempat pensil, keranjang hampers, hingga home decor.

Disambangi Inibaru.id di rumahnya belum lama ini, perempuan berkacamata itu bercerita, bisnis yang saat ini menghidupi dirinya ini bermula dari hobi. Dia sering iseng membuat barang anyaman dari koran bekas. Sebelum membuka Craftonesia.id pada Juni 2021, dia lebih dulu bergelut di bidang kuliner.

"Usaha aku sebenarnya di bidang kuliner. Bikin macam-macam kue kering dan bolu. Terus, pas pandemi, daerah Tembalang kan zona merah tuh; Nah, aku lihat koran numpuk, terus cari ide, lihat-lihat internet untuk bikin kerajinan. Jadilah produk-produk ini," kata Piliani menunjuk kerajinan di sampingnya.

Dia mengaku, bisa mengelola limbah koran bekas menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Menurutnya, nggak semua orang peduli dengan barang-barang bekas seperti koran yang kerap menumpuk di rumah. Padahal, dengan kreativitas, barang bekas itu bisa memiliki nilai jual yang tinggi.

"Sebenarnya, kalau ada niat, keinginan untuk berkarya apa pun pasti bisa terwujud. Misal, aku suka kerajinan anyaman, tapi nggak ada rotan. Ya bikin 'rotan' sendiri; bisa pakai koran-koran bekas sebagai penggantinya," ujar perempuan yang mengaku mulai banyak mendapat orderan tersebut.

Beromzet Jutaan Rupiah

Penampakkan aneka ragam kerajinan anyaman yang dibuat Piliani Ernawati. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Selama hampir satu tahun membuka Craftonesia.id, Piliani mengatakan bisa meraup omzet hingga tiga jutaan rupiah per bulan. Keuntungan itu dia dapatkan dari hasil menjual produk-produk kerajinan yang dibikinnya.

"Alhamdulillah, bulan ini orderan ramai banget. Cuma produksi satu sample, terus posting di media sosial, langsung banyak orderan yang masuk," tutur Piliani dengan mimik muka semringah.

Piliani menjual karyanya mulai Rp30 ribu sampai Rp850 ribu. Dia menjual produk-produk tersebut secara offline maupun online. Untuk penjualan langsung, biasanya dia ikut pameran. Sementara, untuk penjualan daring, dia memanfaatkan media sosial dan marketplace.

Lebih lanjut, Piliani mengungkapkan, untuk produksi dia mengaku saat ini membutuhkan sekitar 10 kilogram koran bekas. Bahan baku itu dia dapatkan dari bank sampah, pengepul, dan terkadang dia peroleh secara cuma-cuma dari kantor kelurahan.

Menurut ibu dua anak ini, membuat kerajinan anyaman dari koran bekas bukan sesuatu hal yang sulit. Waktu yang dibutuhkan juga nggak banyak. Kuncinya adalah passion yang diimbangi dengan kemauan dan ketekunan untuk belajar.

"Kalau sudah mahir, bikin satu produk seperti tempat pensil atau keranjang hampers butuh waktu 1-2 jam saja, kok," bebernya.

Perempuan berjilbab itu berharap, usahanya mampu memberi dampak positif untuk lingkungan. Selain itu, dia juga berharap bisnis yang dibangunnya tersebut suatu saat bisa menjadi gerakan women empowerment.

"Aku mau merangkul teman-teman perempuan di lingkungan sekitarku. Mohon doanya!" tandasnya.

Wah, niat yang mulia sekali. Semoga usaha dan upayanya segera membuahkan hasil positif serta bermanfaat bagi masyarakat sekitar seperti yang Mbak Piliani harapkan, ya! (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024