BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 27 Des 2019 15:06

Kerja Permak Pakaian Keliling, Lebih Bebas dan Menghasilkan Uang

Penjahit permak pakaian keliling biasanya dapat ditemukan sekitar pasar. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Karyo dan Ariri merupakan para penjahit permak pakaian keliling yang sehari-hari biasa mangkal di dekat Pasar Sampangan. Mereka menggunakan gerobak dengan mesin jahit manual dan melayani berbagai macam jasa “mengedit” pakaian.

Inibaru.id – Karyo merantau dari Pekalongan ke Semarang saat umurnya 27 tahun. Dia bekerja sebagai penjahit permak pakaian di samping Pasar Sampangan Baru. Saat ini usianya 35 tahun, delapan tahun sudah dia menjalani pekerjaan tersebut.

Sebelum menjadi penjahit permak pakaian keliling menggunakan gerobak, Karyo sempat mengikuti kursus menjahit selama empat tahun dari 2001-2005 di daerah asalnya. Awalnya dia pernah membuka bisnis taylor di rumah, karena sepi akhirnya memutuskan untuk jadi penjahit permak keliling.

Menggunakan gerobak mesin jahit yang dibuatnya sendiri, Karyo menangani jasa-jasa permak. Meliputi membesarkan dan mengecilkan pakaian, mengganti ritsleting, serta membetulkan pakaian yang sobek.

Karyo tengah bersantai sambil menunggu orderan. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Karyo mengatakan pendapatan yang didapat sehari-hari nggak menentu. Kadang ramai, kadang juga pernah sepi nggak ada yang datang. Dalam sehari dia bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 50-70 ribu. Tarif per permak sendiri bermacam-macam. Untuk tarif membesarkan dan mengecilkan baju misalnya, dia patok sebesar Rp 10-12 ribu.

“Konsumen jahitnya kebanyakan ganti ritsleting. Kalau ganti ritsleting bisa sampai sepuluh dan lima belas ribu, tergantung merk ritsleting. Proses permak, ya langsung aja. Dari mesin jahit ini. Bisa ditunggu,” kata Karyo.

Laki-laki yang telah berkeluarga dan memiliki satu anak tersebut mengaku, terkadang penghasilannya sehari nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Ini disebabkan pula karena rumah yang ditempati dia dan keluarga masih mengontrak. Sebab itu, bagi Karyo nggak ada kata libur, dia bekeja setiap hari dari pukul 07.30-17.00 WIB.

Pejahit permak lain bernama Ariri yang saat ini dia berumur 46 tahun bercerita tentang pengalamannya pula. Sebelum memutuskan untuk bekerja sebagai penjahit permak keliling, dia pernah menjajal pekerjaan dari menjadi pedagang hingga bekerja di konveksi.

Namun, hasil kerjanya itu nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akhirnya di umur 36 tahun dia memutuskan untuk merantau dari Pekalongan ke Semarang dan menjadi penjahit permak pakaian. Profesi itu telah sepuluh tahun dia jalani.

Ariri (kiri) dan Karyo (kanan) sama-sama merantau dari Pekalongan ke Semarang bekerja sebagai penjahit permak pakaian. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

FYI, penjahit permak pakaian ini di Pekalongan memiliki perkumpulannya sendiri lo, Millens. Biasanya perkumpulan ini mengadakan kegiatan arisan, membahas soal perkainan, dan harga jasa permak.

Dalam sehari Ariri bisa mendapat Rp 50-100 ribu. Dia menangani dari mengecilkan baju yang kebesaran, mengganti ritsleting, hingga membuat baju seragam sekolah untuk siswa TK dan SD.

“Kalau harga tergantung susah dan gampangnya, seragam 60 ribu satu paket. Motong celana rata-rata lima ribu, motong daster rok tergantung kain, paling mahal sepuluh. Otodidak belajar jahitnya, dulu pernah di konveksi buat belajar pola jahit,” kata Ariri.

Wah, struggling juga ya, Millens! Kalau ristletingmu rusak kamu perbaiki apa lembiru (lempar beli yang baru) nih?  (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024