BerandaPasar Kreatif
Kamis, 6 Jan 2021 18:09

Joki Merpati: Mengurus, Melatih, hingga Melepaskan Burung Dara

Seorang joki tengah bersiap melepas merpati dalam sebuah perlombaan. Dia menunggu aba-aba untuk melepas burung dara tersebut. (Inibaru.id/ Audrian F)

Joki menjadi bagian penting dalam lingkar kompetisi merpati kolongan. Perannya cukup besar, baik joki partisipan aktif atau pun yang profesional.<br>

Inibaru.id - Matahari sudah menggelincir ke barat saat Dani menggendong tas berbentuk kandang merpati. Sore itu dia datang lebih awal ke kolongan, arena latihan sekaligus lomba merpati berbentuk persegi. Dia sengaja melakukannya agar saat ada yang membutuhkannya di sana, dia sudah siap.

Dani adalah joki merpati di sebuah kolongan di Kota Semarang. Dia bertugas membawa dan melepaskan merpati milik orang dari jarak beberapa meter dari kolongan. Tas berbentuk kotak dari bambu yang digendongnya merupakan kandang yang nantinya berisi merpati.

Satu tas berisi beberapa sekat yang masing-masing berpintu. Setiba di dekat kolongan, Dani biasanya membuka pintu-pintu tas kandang tersebut. Para pemilik merpati kemudian memasukkan burung-burung kepunyaannya ke kandang tersebut, lalu mengangsurkan sejumlah uang ke genggaman Dani sebelum pemuda itu berangkat.

Uang yang diangsurkan ke genggaman Dani adalah "tarif" yang berlaku sekali jalan atau sesorean. Jumlahnya pun berbeda-beda, tiap orang memberikan antara Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu, tergantung kebijakan pemilik merpati.

Dani dan kawannya saling bekerja sama untuk menunaikan tugas. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Dani mengatakan, uang yang diberikan tiap orang berbeda. Sifatnya sukarela.

“Lumayan, buat jajan kalau besok sekolah,” ujar Dani, belum lama ini.

Dani memang nggak menjadikan joki merpati sebagai pekerjaan. Dia hanyalah "partisipan aktif" yang suka melihat orang-orang bermain burung cantik tersebut. Sehari-hari, pemuda 13 tahun itu "mangkal" di kolongan merpati di Mangunharjo, Tembalang, Kota Semarang.

Selain membawa dan menerbangkan, Dani dan para joki lain biasanya juga menjaga burung-burung itu. Ketika waktunya tiba, para joki akan bermotor atau bersepeda membawa merpati di tasnya tersebut ke suatu tempat, sesuai instruksi pemilik merpati, lalu menerima upah.

Melepaskan merpati pada jarak tertentu dilakukan untuk melatih kecepatan dan insting burung tersebut. Yang dilepaskan adalah merpati jantan, sedangkan merpati betina tetap berada di kolongan. Nantinya, merpati jantan akan melesat menghampiri "jodoh"-nya tersebut.

Pelepas Merpati Profesional

Tas-tas kandang para joki merpati. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Semula, saya berpikir, joki atau pelepas merpati berstatus seperti Dani. Sekadar iseng. Namun, rupanya nggak semuanya begitu. Di antara mereka, ada yang merupakan joki profesional. Salah seorang yang saya temui adalah Angga, lelaki 25 tahun yang kerjaan sehari-harinya memang menjadi joki.

Berbeda dengan Dani yang hanya menerbangkan merpati di sekitar kolongan, Angga juga bertugas merawat dan melatih burung-burung tersebut di rumahnya. Angga dibayar bulanan, bukan upah sekali jalan seperti Dani.

“Memang belum setara UMR, tapi cukuplah sama porsi kerja saya,” kata Angga.

Angga, sang joki merpati profesional. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Saya temui di rumahnya, joki dari tim Hermuzya itu sedang melakukan rutinitasnya sebagai joki, yakni menjemur burung, lalu memberi makan dan asupan vitamin. Angga mengatakan, menjadi joki nggak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Harus sangat paham burung merpati.

Oh ya, tim Hermuzya yang diikuti Angga adalah tim merpati balap. Berbeda dengan merpati kolongan yang mengutamakan ketepatan mendarat, kompetisi merpati balap menitikberatkan perlombaan pada kecepatan burung.

Merpati yang digunakan dalam kompetisi pacuan umumnya merupakan burung-burung "sultan" bernilai jutaan rupiah. Maka, inilah alasan kenapa seorang joki haruslah orang yang paham tentang merpati.

“Saya semula membantu, tapi keterusan, sampai diajak bergabung ke dalam tim,” ujarnya, yang juga mengungkapkan, seorang joki harus tahu cara memegang dan menerbangkan merpati, selain mengenali burung dara yang dirawatnya agar nggak tertukar dengan milik orang.

Joki merpati memiliki beberapa jenis. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Seorang pemilik merpati umumnya menggunakan jasa joki lantaran nggak punya waktu untuk mengurus burung-burungnya tersebut. Hal ini seperti diungkapkan pemilik tim merpati Super Hero Dwi Cahyo Setyo Nugroho.

Nugroho, sapaan akrabnya, sengaja mengupah seseorang untuk merawat dan mengurusi merpati-merpati kepunyaannya lantaran punya kesibukan lain. Seperti dirinya, kebanyakan pemilik merpati menjadikan joki sebagai orang kepercayaan.

“(Orang kepercayaan itu) ada yang memang sengaja diperkerjakan, tapi ada pula yang masih satu keluarga,” tutur lelaki yang mengaku pernah memenangkan pelbagai kompetisi merpati tersebut.

Nugroho juga menambahkan, sebagian pemilik merpati bahkan menjadikan joki bukan hanya sebagai orang yang melepas burung dan merawat, tapi juga melatih merpati-merpati miliknya yang masih berusia belia.

Wah, wah, siapa nih yang suka merpati atau tertarik menjadi joki merpati? Hm, yang pasti harus betul-betul mengenal burung yang menjadi simbol persahabatan itu dulu ya, Millens! (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024