BerandaPasar Kreatif
Kamis, 13 Okt 2021 16:05

Dibeli Perhiasanmu! Mendulang Emas di Emperan Jalan Kota Semarang

Grisyanti, salah seorang penadah emas yang mangkal di sepanjang Jalan Peterongan Semarang. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Saat butuh uang, nggak jarang kita harus melego perhiasan. Sebagian orang mungkin ke pegadaian atau toko emas. Namun, sebagian sisanya tetap memilih menjualnya di lapak penadah emas di emperan jalan.

Inibaru.id – Konon, rezeki nggak akan tertukar. Mungkin ini pula yang diyakini Grisyanti, yang membuatnya bertahan di bahu Jalan Peterongan Kota Semarang. Bersanding dengan deretan toko emas di sekitarnya, perempuan bersahaja itu istikamah menjalani harinya sebagai penadah emas "eceran".

Dibanding toko emas di belakang lapaknya, pendapatan Grisyanti memang nggak seberapa. Terkadang, ada 1-2 orang yang mampir untuk menjual perhiasan di tempatnya. Namun, nggak jarang lapaknya yang hanya terdiri atas satu meja kayu, lemari kaca dengan timbangan di dalamnya, dan sebuah kursi plastik, sama sekali nggak disambangi orang.

“Usaha jual-beli emas seperti saya ini nggak bisa diprediksi; kadang kosong, kadang banyak sekali (hasilnya),” keluh Grisyanti kepada Inibaru.id di lapaknya yang nyempil di antara deretan ruko penjual perhiasan, belum lama ini.

Namun, Grisyanti nggak sendirian. Beberapa penadah seperti dirinya juga bertebaran di sepanjang jalan tersebut. Selain di Jalan KH Wahid Hasyim, sentra jual-beli perhiasan, khususnya emas, memang terpusat di jalan ini. Para penadah tersebut seolah menyatu dengan ruko-ruko toko emas di dekat mereka.

Menjadi Pekerjaan Utama

Grisyanti sedang mengecek bobot cincin emas kepunyaannya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Hari sudah lewat jam makan siang, tapi belum ada seorang pun yang mampir ke lapak Grisyanti. Namun, hal itu nggak menyurutkan asanya untuk tetap menekuni profesi yang dia jadikan sebagai pekerjaan utama tersebut.

Jual-beli emas memang sudah menjadi keahliannya sejak lama. Menadah perhiasan di lapak kecil seperti yang dilakoninya sekarang memang baru dia geluti selama lima tahun terakhir. Namun, ibu beranak satu tersebut sebelumnya juga pernah bekerja di toko emas selama belasan tahun.

"Punya lapak sekitar lima tahun terakhir, tapi sebelumnya pernah kerja di toko emas selama 16-an tahun," ujarnya.

Kala itu, Grisyanti memilih keluar kerja karena dia keteteran mengurus rumah tangga. Anak juga kurang terurus. Setelah berunding dengan suami, dia pun akhirnya memutuskan untuk mengakhiri masa kerjanya.

"Waktu itu kerja hampir 12 jam, pulang agak larut, dan liburnya hanya sehari dalam sebulan," tutur perempuan yang selama menjaga lapak nggak pernah membuka masker tersebut. "Waktu itu anak jadi kurang perhatian, jadilah saya keluar.”

Setelah keluar, dia kemudian memutuskan membuka lapak sendiri di Jalan Peterongan. Di lapak itu, dia menjaring orang yang pengin menjual emasnya. Selanjutnya, emas tersebut dijual lagi ke pembeli yang lebih besar di luar kota, yang rutin menjadi penadah mereka.

Enggan Menadah Barang Curian

Timbangan emas model zadul yang selalu menjadi simbol dari lapak 'Beli Emas'. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Grisyanti mengaku, hal paling ditakutkannya saat menjadi penadah emas adalah mendapatkan barang curian. Menurutnya, justru dia bakal curiga pada orang yang pengin menjual emas dalam ukuran besar atau lumayan banyak. Takutnya, barang itu adalah perhiasan curian.

“Kadang ada yang jual sampai 10 gram. Kalau sebanyak itu malah takut emasnya curian," kelakar dia.

Penadah emas memang rawan dimanfaatkan orang untuk menghilangkan jejak barang curian. Maka, sebisa mungkin para penadah ini bakal waspada. Mereka bakal menghindari barang-barang yang mencurigakan.

Imbarni, penadah emas yang biasa membuka lapak di Jalan KH Wahid Hasyim sejak 1978 mengatakan, membeli barang curian bakal bikin susah kalau disita polisi karena untuk mengambil barang tersebut kembali, dirinya harus mengeluarkan uang lagi.

"Jadi, malah dua kali bayar jadinya," tutur lelaki paruh baya tersebut belum lama ini.

Barni, begitu dia biasa disapa, mengaku suatu ketika sempat hampir membeli barang curian tanpa disengaja. Kala itu, dia sempat memancing-mancing dengan bertanya menyelidik ke pemilik perhiasan, tapi dia terus berkilah dengan mengatakan, disuruh menjual oleh ibunya.

Sebagai penadah emas kawakan, dia sudah hafal gerak-gerik calon penjual yang mencurigakan. Dia tahu mana yang benar-benar mau menjual barang dan mana yang berbohong atau sekadar mau mengecek harga. Selain itu, dia juga bisa dengan mudah mengenali perbedaan emas asli dengan palsu.

Untuk terhindar dari penipuan dan kerugian yang besar, seorang penadah emas memang sudah sepatutnya punya kemahiran seperti yang dimiliki Barni. Namun, kalau dipikir-pikir, tega juga orang yang berusaha menipu mereka ya, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024