BerandaPasar Kreatif
Minggu, 20 Jan 2018 17:02

Dea Valencia, Pengusaha Muda yang Mempekerjakan Penyandang Disabilitas

Dea dan baju batiknya. (Finansial.com)

Dia muda, kreatif, dan peduli terhadap sesama. Salah satu buktinya adalah dia mempekerjakan puluhan penyandang disabilitas.

Inibaru – Inilah Dea Valencia Budiarto, perempuan muda yang sudah berbisnis sejak usia 17 tahun. Nggak hanya cantik, dia juga cerdas. Wanita yang akrab dipanggil Dea itu sudah mengenyam bangku kuliah  pada usia masih belia, yaitu 15 tahun. Ketika lulus dari Universitas Multi Media Nusantara, dia berusia 18 tahun dan memutuskan untuk kembali  ke Semarang untuk fokus membuka usaha batik. Namnya Batik Kultur, yang tokonya berada di Jl Gombel Lama No 32, Tinjomoyo, Banyumanik, Kota Semarang.

Ya, sejak lama Dea memang menyukai batik. Menurutnya, itu caranya untuk menghargai budaya Indonesia. Namun, dia nggak pernah berpikir untuk berbisnis. Karena tuntutan ekonomilah dia mencari cara kreatif untuk peroleh uang tambahan. Dan kini usaha batiklah yang membesarkan namanya.

“Awalnya aku berbisnis batik dengan menjual koleksi kain batik punya ibu aku. Hasil penjualan tersebut digunakan untuk modal bisnis aku sendiri,” ceritanya, seperti dilansir Detik.com (20/1/2018)

Dea mengawali penjualan batik saat kuliah semester tiga. Awalnya penjualan melalui Facebook dan hanya 20 potong baju. Saat ini jangan ditanya, penjualannya mampu mencapai 600 potong per bulan.

Millens tahu, desain Batik Kultur milik Dea, terbilang unik, modern, dan anak muda banget. Konsep itu bermula dari keinginannya membuat model baju batik seperti yang dia mau. Nah, disini dia nggak hilang akal. Dia menggunakan batik kuno milik ibunya, digunting-gunting dan dipadukan dengan bahan lain, lalu dijahit hingga menghasilkan corak baju modern. Kreativitas batik lawas dalam kemasan modern itu diminati banyak orang.

“Sekarang kami memiliki lebih dari 8.500 pelanggan dari Indonesia maupun luar negeri.”

Karakteristik desain Batik Kultur yang unik dan orisinal itu memikat lebih dari 3.000 pelanggan yang tersebar di Indonesia, juga negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Hongkong, Belanda, Singapura, dan Norwegia. Melalui online marketing pula, brand Batik Kultur pun menyebar.

Sebagai sarjana komputer, Dea paham gimana besarnya kekuatan internet sebagai medium pemasaran produk. Karena itu, 95% pemasaran dan penjualan Batik Kultur memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Instagram. Dia  juga meluncurkan situs batikkultur.com.

Untuk kainnya, Dea memproduksi secara handmade loh. Motif batiknya mengambil motif Solo dan Pekalongan. Karena Dea nggak bisa menggambar, dia mengajak satu orang untuk jadi partner yang bisa mentransfer imajinasi desain dari otaknya dalam bentuk gambar.

Kini, Dea tidak hanya memproduksi batik dengan motif tradisional loh. Dia memodifikasi dengan motif lebih modern. Salah satu motif terbaru yang diproduksinya dinamai Little Riding Hood. Motif  ini, disesuaikan dengan motif antik dari era 1990-an.

Yap, lewat Batik Kultur, Dea mendorong generasi muda untuk mengenal dan mengapresiasi batik dan kain tradisional Indonesia.

Oya satu lagi yang patut diapresiasi dari usaha Dea. Dia memiliki 70 karyawan yang 35 di antaranya adalah penyandang disabilitas seperti tunarungu, tunawicara dan tunadaksa. Tujuan Dea, untuk mendukung mereka agar bisa hidup lebih mandiri, bisa punya karya, dan bermanfaat buat banyak orang. Menurut Dea, setiap orang layak mendapat kesempatan yang sama, termasuk mereka.

“Saya ingin memberikan mereka kesempatan untuk memberikan kontribusinya di balik perbedaan mereka. Dan ternyata banyak pelajaran yang bisa diambil seperti ketekunan dan semangat untuk belajar,” kata Dea, dikutip dari zilium.com (20/1/2018).

Perempuan kelahiran 14 Februari 1994 ini kini menjadi penggerak young technopreneurship di kalangan teman-teman seusianya.

Nah, saat ini nggak hanya cerdas yang dibutuhkan atau kreativitas, tapi juga kepedulian terhadap sesama. Dea sudah membuktikan itu, Sobat Millens. (LIF/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: