BerandaKulinary
Sabtu, 15 Mar 2019 14:30

Sambal Tempe Khas Kebumen Jadi Pembeda Satai Ambal dengan Kuliner Sejenis Lainnya

Satai Ambal khas Kabupaten Kebumen. (Myeatandtravelstory)

Jangan ngaku sebagai pencinta sate jika kamu belum nyobain sate ambal! Kuliner khas dari Kebumen ini wajib masuk list makanan khas yang harus kamu beli saat mampir ke sana!

Inibaru.id – Setiap daerah pasti punya kuliner khas yang memiliki keunikan tersendiri, termasuk Kabupaten Kebumen yang memiliki Sate Ambal. Bahan utamanya nggak jauh berbeda dari kebanyakan satai ayam. Namun, sambal atau sausnyalah yang membuat satai ini berbeda.

Jika kebanyakan satai, khususnya satai Madura, menggunakan sambal kacang, satai ambal menggunakan tempe rebus untuk membuat sambalnya. Tempe rebus itu dihaluskan dan dipadukan dengan sejumlah bumbu hingga menyerupai sambal kental.

Satu porsi satai ambal disajikan lengkap dengan sambal khusus serta ketupat. (Kebumen How?)

Kendati menggunakan daging ayam kampung, satai ambal nggak alot lantaran dibakar dalam api yang nggak terlalu dekat sehingga matang sempurna. Bumbunya pun meresap karena sebelum dibakar, daging sudah dibumbui rempah yang dipadukan dengan kecap dan gula merah.

Oya, seperti namanya, satai ambal berasal dari Kecamatan Ambal, Kebumen. Namun, satai yang biasa disajikan dengan ketupat atau lontong itu kini bisa kamu temukan hampir di seluruh wilayah di Kebumen. Nah, kalau pengin rekomendasi, kamu bisa mampir ke Warung Sate Ayam Pak Kasman Asli.

Satai ambal dengan bumbunya yang khas. (Bawang Goreng Soy)

Konon, kedai satai ambal Pak Kasman adalah pelopor satai khas kabupaten yang ada di Jawa Tengah bagian selatan itu. Eits, tapi kudu siap antre kalau kamu beli di sana, karena kedai yang berdiri sejak 1970 tersebut memang hampir nggak pernah sepi pelanggan.

Jadi, buat kamu yang kebetulan berada di Kebumen, coba deh mampir! Lalu, rasakan sendiri sensasi kenikmatan satai ambal yang unik. Selamat mencoba ya, Millens! (IB23/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Asal Nama Kecamatan Wedi di Klaten, Terkait dengan Pasir atau Rasa Takut?

18 Nov 2024

MOGO, Tempat Aman Berbagi Cerita bagi Para Korban PHK

18 Nov 2024

Kisah Sebuah Desa Di Jepang yang Merayakan Kelahiran Bayi untuk Kali Pertama dalam 52 Tahun

18 Nov 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Memilih Perjanjian Pranikah?

18 Nov 2024

Latar Jembar, Upaya Seniman Demak Kenalkan Kembali Dolanan Anak

18 Nov 2024

Bangga, 30 Budaya Jawa Tengah Raih Status Warisan Budaya Takbenda Indonesia

18 Nov 2024

Polda Jateng Grebek Tambang Ilegal di Klaten, Modusnya Konsumen Datang ke Lokasi

19 Nov 2024

Dua Sisi Fenomena Ulat Pohon Jati di Gunungkidul, Ditakuti Sekaligus Dinanti

19 Nov 2024

Menguak Sejarah Penggunaan Karpet Merah untuk Acara Penyambutan Resmi

19 Nov 2024

Dua Desa Indonesia Dinobatkan Jadi Desa Wisata Terbaik di Dunia 2024

19 Nov 2024

Sapa Masyarakat Jepara, Lestari Moerdijat Bahas Demokrasi dan Ratu Kalinyamat

19 Nov 2024

Pneumonia Masih Menjadi 'Pembunuh Senyap' bagi Anak-Anak

19 Nov 2024

Baru Kali Ini, Indonesia akan Gelar Pilkada Langsung Serentak

19 Nov 2024

Ugly Fruits dan Potensi Tersembunyi di Balik Buah Berpenampilan 'Jelek'

19 Nov 2024

Begini Dampak PPN 12 Persen yang Bakal Berlaku 2025

19 Nov 2024

Lestari Moerdijat: Aspirasi Masyarakat adalah Bahan Bakar untuk Kebijakan yang Inklusif

19 Nov 2024

Mencicipi Rasa Legendaris yang Disajikan di Warung Mi Lethek Mbah Jumal

20 Nov 2024

Nggak Ada Perayaan Tahun Baru di Shibuya, Tokyo, Jepang

20 Nov 2024

Petani Milenial, Berhasilkah Bikin Anak Muda Berkarier Jadi Petani?

20 Nov 2024

Mau Pertama atau Berkali-kali, Pengalaman Nonton Timnas Indonesia di GBK Membekas Abadi

20 Nov 2024