BerandaKulinary
Sabtu, 14 Mar 2025 09:42

Populer di Semarang, Bermula dari Rumah Wingko Loe Lan Ing di Lamongan

Populer di Semarang, Bermula dari Rumah Wingko Loe Lan Ing di Lamongan

Wingko Babat Loe Lan Ing. (Detik/Eko Sudjarwo)

Dikenal sebagai oleh-oleh khas Semarang, Wingko Babat aslinya dari Lamongan, Jawa Timur. Tempat di mana lokasi kue ini tercipta masih eksis lo hingga sekarang, yaitu di Rumah Wingko Loe Lan Ing.

Inibaru.id – Kebanyakan orang mengira wingko babat adalah kuliner asli Semarang. Bisa dimaklumi, karena ada puluhan toko oleh-oleh di kota ini yang menjual wingko babat. Padahal, sebenarnya, wingko berasal dari Babat, sebuah desa di Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Wingko babat untuk kali pertama diciptakan di Rumah Wingko Loe Lan Ing pada 1898. Sedari mula hingga sekarang, lokasinya nggak pernah berubah, yakni berada di Jalan Raya Babat-Bojonegoro No 189, Dusun Banaran, Desa Babat. Artinya, sudah lebih dari seabad rumah produksi itu beroperasi.

Menurut laman resmi Wingko Loe Lan Ing, pemilik resep pembuatan wingko adalah ayah dari Loe Lan Ing, yaitu Loe Soe Siang. Dia kemudian mewariskan resep tersebut kepada dua anak perempuannya, yakni Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa.

Bersama dengan suaminya, Loe Lan Ing kemudian membuka rumah produksi wingko babat di lokasi yang sekarang. Sejak kali pertama buka, wingko dengan cepat mendapatkan pelanggan, mulai dari kalangan rakyat jelata hingga kaum borjuis Eropa yang banyak tinggal di Babat.

Wingko Babat di Semarang

Berterima di Lamongan, tapi kenapa wingko babat lebih populer di Kota Semarang? Semua itu bermula dari sang adik Loe Lan Hwa yang merantau ke Kota Lunpia bersama suaminya pada 1944. Dengan resep yang sama, dia kemudian membuka toko wingko babat di Semarang.

Saat itu Semarang adalah kota yang lebih besar dari Lamongan. Maka, keberadaan wingko pun jadi lebih populer di kota ini. Orang-orang yang singgah bahkan akan menjadikan wingko sebagai oleh-oleh sepulang mereka dari Semarang, yang kemudian menjadi kebiasaan masyarakat hingga kini.

Rumah Wingko Loe Lan Ing di Babat, Lamongan. (Google Street View)

Namun begitu, yang menarik dari sejarah kudapan manis ini adalah bahwa mereka nggak pernah melupakan dari mana wingko berasal. Para keturunan Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa nggak lupa menyematkan kata "babat" dalam produk-produk mereka untuk menegaskan dari mana jajan pasar itu berasal.

Oya, kalau kamu pengin melihat cita rasa autentik dan cara pembuatan wingko yang sebenarnya, datanglah ke Rumah Wingko Loe Lan Ing! Selain mempertahankan resep, hingga kini mereka masih membuat wingko dengan cara asli, yakni memakai tungku kayu sederhana serta mengemas dengan cara manual.

“Proses produksi masih memakai cara lama seperti yang diajarkan secara turun temurun. Bahkan, penimbangan gula dan kelapa harus dilakukan pihak pemilik sendiri, biar benar-benar sesuai takarannya,” ungkap karyawan Rumah Wingko Loe Lan Ing Rafik, dikutip dari Detik (4/11/2022).

Beda Ukuran dengan Semarang

Jika wingko yang banyak dijual di pusat oleh-oleh di Semarang semakin hari tampak kian menciut, penganan itu tetap mempertahankan bentuk dan ukuran aslinya di Rumah Wingko Loe Lan Ing. Jadi, jangan berpikir untuk memakannya dalam sekali gigitan ya.

Wingko babat di kota asalnya berukuran jauh lebih besar; ada yang hingga selebar telapak tangan. Jadi, cukup makan satu wingko pun dijamin sudah lumayan mengganjal perut, Millens. Pokoknya harus cobain kalau mampir ke Lamongan, sih. Memuaskan banget, deh!

Dari dulu hingga sekarang, nggak banyak yang berubah dari wingko babat Rumah Wingko Loe Lan Ing. Satu-satunya yang berubah mungkin hanyalah varian rasa yang saat ini ditawarkan. Sekitar 1980-an, mereka mulai memperkenalkan variasi lain di luar rasa orisinal untuk menyesuaikan selera pasar.

Kalau sempat mampir di Rumah Wingko Loe Lan Ing, selain wingko kamu juga bisa mencicipi penganan manis lain seperti jenang dan madu mongso yang juga diproduksi secara manual. Harus cobain! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025