BerandaKulinary
Sabtu, 28 Okt 2022 10:47

Nasi Pindang Khas Kudus; Dulu untuk Bangsawan, Kini Dijual di Pinggir Jalan

Nasi pindang khas Kudus. (IG/kardiovskuliner)

Dulu nasi pindang khas Kudus hanya dikonsumsi para bangsawan dan disajikan saat perayaan atau pesta rakyat tertentu. Kini, kamu bisa dengan mudah mencicipinya di berbagai warung yang buka di Kota Kretek.

Inibaru.id – Kamu pernah nggak mencicipi nikmatnya makanan bangsawan di warung-warung di pinggir jalan? Kalau mampir ke Kudus, Jawa Tengah, kamu beneran bisa melakukannya, lo, Millens.

Soalnya, nasi pindang khas Kudus yang dulu dianggap hanya bisa disantap para bangsawan kini bisa dengan mudah ditemui di Kota Kretek.

Meski ada embel-embel pindang pada penganan ini, jangan kira nasi pindang memakai bahan ikan. Soalnya, lauk yang dipakai dalam olahan makanan yang mirip dengan rawon ini justru daging kerbau, daging yang cukup populer di Kudus.

“Dulu pas zaman penjajahan, yang mampu membeli daging sapi kan orang Belanda. Kalau pindang daging kerbau dijualnya ke priyayi pribumi,” ungkap salah seorang penjual nasi pindang khas Kudus Masyudi sebagaimana dilansir dari Kompas, Jumat (20/7/2018).

Alasan Utama Memakai Daging Kerbau

Sebenarnya, ada alasan lain yang membuat nasi pindang khas Kudus memakai bahan daging kerbau. Hal ini dipengaruhi oleh ajaran Sunan Kudus yang dulu sangat menghormati umat Hindu yang nggak mau menyembelih sapi. Dia pun akhirnya menyarankan warga Kudus untuk mengganti sapi dengan kerbau.

“Sunan Kudus nggak mendewakan sapi. Tapi istilahnya, sebelum masuknya Islam kan dulu agama Hindu sudah lebih lama eksis di sini. Jadi, beliau menghormati orang Hindu sehingga mereka tertarik untuk masuk agama Islam. Warga Kudus pun kemudian terbiasa sampai sekarang menyembelih kerbau, bukannya sapi,” ucap Sumarni alias Mbak Mar, salah seorang penjual nasi pindang khas Kudus sebagaimana dikutip dari Detik, Minggu (29/8/2021).

Nasi pindang khas Kudus mirip dengan rawon. (Endeus.tv)

Perempuan yang sudah berdagang nasi pindang sejak 1985 ini mengaku penganan yang dia jual memang mirip dengan rawon. Tapi, kuahnya beda karena memakai campuran santan.

“Penyajiannya juga lain. Pindang memakai daun pisang. Bumbunya sama dengan yang lain,” lanjut perempuan yang berjualan nasi pindang di Taman Bojana, Kudus tersebut.

Dulu Dikenal Sebagai Hidangan Mewah Khusus Bangsawan

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, nasi pindang dulu dikenal sebagai makanan bangsawan. Hal ini diamini oleh Masyudi yang sempat mendapatkan cerita tentang hal tersebut dari kakeknya. Bahkan, ukuran porsi nasi pindang yang dikenal nggak banyak juga didasari oleh kebiasaan para bangsawan pada zaman dahulu.

“Priyayi itu dulu lebih suka makanan dengan porsi kecil. Hal ini menurun sampai sekarang. Masih dijaga porsinya hanya segini,” ungkap Masyudi.

Awalnya, kuliner yang berasal dari Desa Colo ini hanya disajikan pada perayaan atau pesta rakyat tertentu. Lambat laun rakyat jelata semakin penasaran dengan rasa penganan ini. Hal ini membuat warung-warung penjual nasi pindang khas Kudus pun bermunculan di Kudus dan akhirnya kini menjadi salah satu makanan yang paling populer di sana.

Omong-omong, kamu pernah mencicipi nasi pindang khas Kudus ini belum Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024