Inibaru.id – Belakangan ini Cirebon mulai berubah menjadi kota wisata yang banyak dikunjungi pelancong. Seiring dengan hal itu, wisata kuliner di Kota Udang juga mulai dikenal masyarakat, termasuk Nasi Jamblang, kuliner kuno yang melegenda.
Eits, jangan terkecoh dengan namanya. Kendati bernama “jamblang”, kuliner yang konon sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini tak ada hubungannya dengan buah jamblang atau duwet. Jamblang di sini diambil dari nama desa tempat makanan ini tercipta.
Dilansir dari BBC Indonesia (2/7/2017), Desa Jamblang berada di pinggiran kota Cirebon. Tan Piaw Lung atau akrab disapa Mbah Pulung adalah penciptanya. Yang membuat nasi jamblang terasa sedap adalah bungkusnya yang menggunakan daun jati.
Baca juga:
Upa-upa, Simbol Doa lewat Makanan Khas dalam Pesta Kahiyang-Bobby
Kala Nasi Jagung Berpadu dengan Botok Yuyu
Nasi jamblang terdiri atas nasi yang diletakkan di atas daun jati, lalu dilengkapi berbagai lauk yang disediakan buffe atau prasmanan, seperti tempe, telur dadar, prekedel, dan lainnya. Tak lupa, sebagai pelengkap, sambal cabai dibubuhkan.
Ada alasan tersendiri kenapa nasi jamblang menggunakan daun jati dan bukannya daun pisang. Tien Rustini, keturunan generasi kelima Mbah Pulung, mengatakan, daun jati membuat nasi tidak cepat basi.
“Daun jati juga beraroma khas yang sedap,” terangnya.
Tien bercerita, nasi jamblang adalah buatan moyangnya, yakni Abdul Latief dan istrinya, Mbah Pulung. Kala itu, nasi jamblang dibagikan secara gratis untuk buruh Pabrik Gula Gempol, Pabrik Spiritus di Palimanan, dan pembangunan jalan kereta pada 1847 dan 1883.
Waktu berlalu, jualan nasi jamblang dilanjutkan anaknya, lalu cucunya, dan seterusnya. Usaha itu mencapai puncaknya pada 1960-1970-an. Namun, tak lama bisnis tersebut mengalami penurunan lantaran keturunan selanjutnya memilih bekerja di sektor lain.
Baca juga:
Nasi Lengko, Kuliner Khas Cirebon yang Rasanya Tak Ada Duanya
Latah Buka Usaha Kuliner, Selebritis Tanah Air Tuai Banyak Komentar Netizen
Tien adalah salah satunya. Ia tinggal di Jakarta hingga pensiun pada 2004. Kembali ke kota kelahiran, Tien melihat potensi besar di Cirebon. Ia pun berupaya menjalankan bisnis nasi jamblang lagi.
"Banyak yang menjual nasi Jamblang dan laku,” ungkapnya.
Bersama suaminya, Kusdiman, Tien mengumpulkan saudara-saudara dan tukang masak yang dulu pernah ikut menjalankan bisnis kuliner tersebut. Mereka lalu mendirikan Nasi Jamblang “Tulen” di depan Pasar Jamblang
Mereka terus berupaya mengembalikan menu-menu khas nasi jamblang warisan keluarga, yang sudah mulai jarang dijual saat ini, dan juga cara memasaknya. Mereka merasa senang karena bisnis kuliner warisan keluarganya mulai banyak diminati orang. (GIL/SA)