Inibaru.id – Setidaknya, sekali seumur hidup kamu pasti pernah deh minum dawet ayu. Yap, minuman segar khas Banjarnegara, Jawa Tengah ini memang nikmat untuk diteguk. Tapi, kamu pernah terpikir nggak mengapa penjual dawet ayu memasang karakter Semar dan Gareng di gerobaknya?
Sebenarnya sih ya dawet ayu Banjarnegara ini serupa dengan es cendol. Kalau yang ini sih orang se-Indonesia tahu meskipun kabarnya, es cendol cenderung sangat populer di Jawa Barat.
Kalau soal nama es cendol, asalnya sendiri memang dari Bahasa Sunda. Jadi, penyebutan cendol ini dari kata Bahasa Sunda “jendol” yang bisa dianggap sebagai bentuk yang nggak beraturan. Ya, bentuknya cendol emang seperti itu, ya? Menariknya, di Jawa Tengah, sebutan minuman ini berubah jadi dawet meski sebutan untuk cendolnya sendiri sama sekali nggak berubah.
Balik lagi soal keberadaan sosok Semar dan Gareng di gerobak dawet ayu Banjarnegara. Kamu tahu sendiri kan kalau Semar dan Gareng adalah dua dari tiga tokoh Punakawan selain Petruk dan Bagong. Kok hanya dua ini ya yang dipasang? Nah, ternyata ada filosofinya sendiri, Millens.
Jadi, kedua tokoh Punakawan ini dianggap sebagai simbol harapan akan musim kemarau. Kamu tahu sendiri kan musim kemarau itu panas dan kering, jadi banyak orang yang bakal beli es dawet ayu untuk mereda rasa haus dan panasnya.
Semar dan Gareng ini dikombinasikan namanya jadi mareng yang bisa diartikan jadi semacam harapan kalau cuaca panas sehingga banyak orang mau membeli. Andaipun sedang musim hujan, mareng juga dianggap sebagai harapan agar hujan bisa segera mereda sehingga penjual dawet ayu pun tetap mendapatkan rezeki.
Menariknya, ada versi lain yang menyebut istilah Semar dan Gareng jika dikombinasikan bisa jadi “segar”. Kalau yang ini, cocok juga ya jadi tagline es dawet ayu yang memang menyegarkan.
Kalau kita melihatnya dari sisi filosofis, keberadaan Semar yang sering dianggap sebagai karakter yang bijak dan patut untuk diteladani dipadukan dengan Gareng yang sering dianggap sebagai panutan pun diharapkan bisa membawa hal-hal positif bagi penjual dawet ayu Banjarnegara.
Hm, omong-omong, kapan kali terakhir kamu menikmati kesegaran es dawet ayu Banjarnegara, Millens? (Moj, Det/IB09/E05)