BerandaKulinary
Sabtu, 8 Nov 2019 15:12

Secangkir Kopi Ciwidey dan Sepenggal Kisah tentang Kastil Pinggir Sawah Lodji Londo

Di Lodji Londo keunikan bangunan kastil menjadi daya tarik. (Inibaru.id/ Abi Fathe)

Di balik kemegahannya, Lodji Londo mengandung cerita mengharukan. Kafe yang menyerupai kastil di pinggir sawah itu dibangun sang pemilik untuk mengenang mendiang putrinya.

Inibaru.id  Secangkir kopi Ciwidey di genggaman tangan masih mengepul saat Gunawan, pemilik "Kastil" Lodji Londo, menyambangi meja saya. Kami duduk berhadapan, lalu dia mulai berkisah tentang berdirinya bangunan yang kini berfungsi sebagai kafe tersebut.

"Kastil ini saya bangun untuk mengenang putri saya yang meninggal pada 2013 lalu," tutur Gunawan, membuka obrolan tentang kastil yang mulai dibuka pada Mei 2018 tersebut.

Setahun setelah kematian putrinya, lanjut Gunawan, Lodji Londo mulai dibangun. Dia mengatakan, putrinya memang bercita-cita punya kastil sendiri.

"Saya bikin desain kastil ini untuk putri saya," terangnya.

Kisah ini sempat membuat saya canggung sejenak. Namun, ini nggak berlangsung lama karena Gunawan segera mengalihkan obrolan ke hal lain.

Suasana pedesaan yang kental menjadikan Lodji Londo tidak membosankan untuk bercengkrama berlama-lama (Inibaru.id/ Abi Fathe)

Perlu kamu tahu, Lodji Londo adalah sebuah bangunan dengan interior mirip kastil yang berlokasi di Desa Sidorejo, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sejak dibuka setahun silam, tempat yang kini berfungsi sebagai kafe tersebut sempat viral di kalangan anak muda Semarang dan sekitarnya.

Selain interior yang instagenik, kafe yang berada di pinggir persawahan itu juga memiliki panorama pedesaan yang memanjakan mata. Latar Gunung Ungaran di sisi barat kian membuat kastil tersebut tampak menawan. Hm, kamu harus coba datang ke tempat ini!

Kastil dan Kafe

Nggak cuma untuk mengenang mendiang putrinya, Lodji Londo juga dijadikan Gunawan sebagai tempat untuk mendukung kegiatan kesenian yang kerap diselenggarakannya. Bekerja sama dengan komunitas Ruang Berkembang, dia menyelenggarakan pemutaran film, pembacaan puisi, pentas akustik, hingga diskusi kebudayaan.

Meski menjadi pemilik lahan dan bangunan, Gunawan nggak mengelola Lodji Londo seorang diri. Kafe Lodji Londo dikelola sepenuhnya oleh Majid. Kafe itu semacam coffee shop yang menyediakan berbagai jenis kopi, mulai kopi Nusantara hingga mancanegara.

Majid mengatakan, melalui Lodji Londo, dirinya memang memiliki misi untuk mengenalkan jenis-jenis kopi kepada pengunjung. Dia mendatangkan kopi dari berbagai tempat, mulai dari dalam negeri seperti kopi Gayo atau Ciwidey yang saya cicipi, hingga kopi impor.

"Kami ambil jenis kopi sesuai minat pengunjung," ungkap Majid yang memilih membuka kafe tiap hari, kecuali Selasa, mulai pukul 16.00 hingga 23.00 WIB tersebut.

Kastil yang jauh dari kesan kuno, Lodji Londo memadukan interiornya dengan konsep modern. (Inibaru.id/ Abi Fathe)

Nggak melulu menyediakan kopi, Lodji Londo juga menyediakan pelbagai penganan ringan untuk menemani ngopi. Selain itu, mereka juga punya menu minuman non-kopi, seperti red velvet, coklat, taro, dan squash. Harga makanan dan minuman di sana dibanderol antara Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.

Untuk sebuah kafe yang menawarkan keunikan bangunan lengkap dengan alam pedesaannya yang menawan, Lodji Londo tentu cukup cocok untuk kamu yang menyukai keindahan. Menunya yang lumayan terjangkau juga bikin hati tetap nyaman meski tanggal tua.

Ya, begitulah! Obrolan hangat kami pun berakhir setelah kopi dicangkir saya tandas tanpa sisa. Menjelang pulang, sekali lagi pandangan saya mengitari bangunan itu dan bergumam, Cinta ternyata bisa punya wujud berbagai macam! Ah, entah apa artinya! Ha-ha. (Abi Fathe/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024