BerandaKulinary
Kamis, 3 Jun 2020 14:15

Kupat Jembut, Kuliner Unik Simbol Kesederhanaan Orang Semarang

Kupat Jembut yang hendak dibagikan. (Inibaru.id/ Audrian F)

Namanya mungkin nggak cukup enak didengar telinga. Tapi kuliner asli Semarang ini menjadi simbol kesederhanaan. Sudah ada sejak 1950-an, ada banyak versi terkait asal usul dan penamaannya. Yuk, simak.<br>

Inibaru.id - Namanya Kupat Jembut. Iya, kamu nggak salah baca. Kupat Jembut merupakan salah satu kuliner khas syawalan di daerah Pedurungan Tengah, Kota Semarang. Makanan ini dibagi-bagikan untuk anak-anak di lingkungan setempat.

Jika ketupat lain terasa hambar, kupat jembut beda. Rasanya gurih. Karena itu, penyajiannya nggak perlu ubo rampe yang terlalu banyak seperti opor ayam atau sambal goreng ati. Sepertinya kalau cuma menyantap ketupat tanpa lauk sudah enak karena kupat jembut dilengkapi dengan sayur yang diurap dengan kelapa parut, Millens.

Anak-anak menerima Kupat Jembut. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Ada beberapa versi yang melingkupi Kupat Jembut ini. Munawir, warga dari Kampung Jaten Cilik bercerita kalau kupat jembut ini sudah ada sejak 1950-an. Menurut cerita, ada seorang warga Kampung Jaten Cilik yang pulang kampung akibat Perang Dunia II.

"Sudah ada sejak tahun 1950-an, pulang ngungsi Perang Dunia," kata Munawir, Minggu (31/5).

Kala itu warga hidup dalam kesederhanaan. Namun karena tetap ingin mengungkapkan rasa syukur setelah melewati bulan Ramadan, digelar syukuran sepekan setelah Idulfitri atau Syawalan dengan membagikan ketupat.

"Jadi adanya cuma tauge, kelapa, dan lombok, jadi isinya ya tauge sama sambal kelapa," jelasnya.

Adonan Kupat Jembut. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Setiap syawalan, biasanya hanya anak-anak yang mendapat kuliner ini. Sempat terhenti karena satu insiden yang melanda Indonesia, tradisi ini kembali digelar.

"Sempat berhenti dua tahun karena ramai-ramai PKI waktu itu," imbuh Munawir.

Perihal nama, Munawir mengakui banyak versi penyebutan. Menurut pendapatnya, nama itu spontan tercetus karena bentuknya yang menyerupai (maaf) alat kelamin perempuan. Penyajiannya pun sederhana. Ketupat dibelah dan diberi isi berupa sayuran yang telah dibumbui.

Karena pandemi, tradisi Kupat Jembut diiriingi doa bersama untuk keselamatan. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

O ya, karena kultur Kampung Jaten Cilik yang relijius, banyak orang menyebutnya dengan Kupat Tauge alih-alih Kupat Jembut. Hm

BTW, saya mendapat versi lain mengenai asal usul kuliner ini dari warga di RW 1 Kelurahan Pedurungan Tengah. Mutia, tetua kampung menuturkan kalau dulu makanan ini dibuat untuk bersedekah ketika ada anggota keluarga yang meninggal.

"Dulu nenek moyang kalau ada putranya meninggal dunia. Tiap Lebaran ketupat bikin tradisi seperti ini. Jadi sedekah ketupat," ujar perempuan berusia 63 tahun tersebut.

Menarik ya, Millens. Kamu penasaran nggak dengan rasanya? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024